Quote:
Single itu pilihan hidup, memutuskan untuk sendiri dulu meski mungkin semua hal sudah bisa membuatnya membangun rumah tangga.
Usia matang, pekerjaan punya, fisik tak kurang suatu apapun. Namun, seseorang tersebut lebih memilih untuk menunda soal mencari pasangan dan berumah tangga. Banyak alasannya, ada yang karena jadi tulang punggung keluarga, alhasil ia lupa bahwa ia juga harus berkeluarga. Ada yang mengejar jenjang karir, akhirnya lupa kalau kebahagian hidup berkeluarga pun harus dipikirkan. Yang kadang cukup disayangkan adalah jika alasannya karena belum puas menikmati masa muda. Padahal yang namanya umur itu cepat berlalu, tidak terasa tiba-tiba nanti tua menyesal tiada berguna.
Sedangkang Jomlo itu nasib diri (aduh maaf ya para jomlowan jomlowati tak bermaksud menyindir). Orang-orang yang akhirnya menyandang status ini bisa jadi telah berusaha sekuat tenaga untuk mencari pasangan terbaiknya. Namun, apa daya terkadang masih sering tak cocoknya. Karena inilah, karena itulah, banyak sekali alasannya. Akhirnya sebuah akad nikah pun tidak kunjung terselenggara.
Kalau boleh berbagi cerita nih, GanSist, saya menikah bukan atas dasar cinta pada perempuan yang menjadi istri saya sekarang. Kami benar-benar baru mengenal enam bulan sebelum pernikahan digelar. Kita berusaha untuk
membangun cintasetelah akad nikah, ketimbang
jatuh cinta jauh sebelumnya. Alhamdulillah saat ini sudah melewati tujuh tahun pernikahan.

Nah, saya sependapat dengan
Tere Liye bahwa urusan menikah itu adalah urusan rasional, bukan sekedar atas dasar perasaan. Bukankah sering kita menemukan bahwa ternyata orang yang dicintai malah menikah dengan orang lain. Jadi dengan kata lain,
mungkin kita tidak menikah dengan orang yang kita cintai, tapi kita harus mencintai orang yang kita nikahi.
Di thread saya selanjutnya, saya mungkin akan bercerita tentang kisah teman atau orang yang saya kenal, yang akhirnya berbahagia dengan pasangan hidupnya. Mereka pun tak menyangka akhirnya menikah, karena benar-benar berawal dari sekedar teman. Ada teman kerja yang hampir setiap hari berdebat karena beda pendapat. Ada juga yang teman sebatas kenal yang akhirnya dipersatukan melalui proses ta'aruf. Atau ada yang karena pernah melewati masa-masa bersama seperti kuliah kerja nyata, karena seringnya bersama maka mulailah tumbuh rasa.
Cerita akan dikemas seperti cerita pendek, namun berdasarkan kisah nyata. Harapannya dapat menghibur pembaca, atau bahkan memberikan inspirasi soal cinta mencinta. Sampai bertemu di thread selanjutnya ya, GanSist.
Quote:
Hmm, mungkin di antara Agan dan Sista ada juga yang menikah dengan teman? Padahal tadinya biasa saja? bolehlah sharing pengalamannya di komentar.
Original Posted By berbagi274►Yang serius mencinta, tak perlu banyak bicara.Sumber Foto: www.pixabay.com
Dulu saya pernah bekerja di sebuah lembaga zakat lokal. Nah, tempat saya bekerja dulu itu seperti biro jodoh. Ada beberapa pasangan yang akhirnya menikah. Entah karena cinta lokasi atau karena kondisi yang sama-sama single. Yang pasti karena jodoh.
Sementara di kantor atau perusahaan lain itu ada peraturan untuk tidak menikah dengan rekan kerja, lain halnya di tempat ini. Justru berawal dari rekan kerja, jadi tahu kurang lebih masing-masing tanpa harus pacaran dulu. Kalau memang cocok mengapa tidak? Mungkin seperti itu prinsipnya.
Salah satu pasangan yang berawal dari teman dan berakhir di pelaminan itu Rina dan Anto. Mereka berdua sempat menjadi inspirasi buat saya yang sedang butuh energi buat
move on kala itu. Hubungan mereka unik. Mungkin bisa dijadikan ide cerita FTV atau serial drama. Nyaris tak tercium siapa pun. Tahu-tahu sudah tunangan saja.
Suatu pagi setelah briefing harian, Anto minta izin untuk berbicara. Seingat saya ia tak lancar berkata-kata seperti biasanya. Padahal urusan mimpin rapat harian udah makanannya sehari-hari. Maklum dia termasuk salah satu staff paling lama di kantor itu.
Sambil menyimpan sebuah celengan dari tanah liat, ia menyampaikan bahwa sudah beberapa hari sebelumnya sudah bertunangan dengan Rina. Mungkin ada karyawan lain yang sudah tahu hubungan mereka, tapi sebagian besar di antara kami saat itu cukup terkejut. Pasalnya mereka berdua itu termasuk karyawan yang
workaholic banget. Kayaknya gak ada waktu buat acara pacar-pacaran, jalan sini jalan sana, bonceng-boncengan berduaan.
Anto yang saat itu bertugas di bagian keuangan selalu berangkat paling pagi, pulang paling sore. Karena da yang pegang kunci kantor, jadi dia yang buka dan kunci pintu setiap harinya.
Haha, ini bagian keuangan apa satpam kantor?
Seperti umumnya orang yang kerja di bagian keuangan, Anto terkesan pribadi yang serius dan kaku. Orang yang baru kenal pasti akan mengira dia orang yang dingin. Padahal kalau lagi gak kerja sih, gila juga orangnya.
Sedangkan Rina saat itu di bagian unit usaha, semacam unit semi otonom gitu. Lebih sering bertemu klien di lapangan dibanding standby di kantor. Agak terbalik memang karakter dengan Anto, yang seharian bisa menghabiskan waktu di dalam ruangan.
Boleh dibilang Rina itu
wonder woman. Ia satu-satunya karyawan perempuan yang mampu bertahan sampai sekarang. Bahkan saat hamil pun masih mondar-mandir kesana kemari ngurusin kerjaan.
Kembali ke celengan yang tadi diperlihatkan Anto saat mulai berbicara. Celengan itu akhirnya dipecahkan. Ia menceritakan kalau selama ini celengan itu disimpan di bawah meja kerjanya. Diisi setiap hari, diniatkan untuk infak. Mereka berdua sepakat dibuka pas sudah resmi bertunangan. Kemudian diserahkan ke kantor sebagai donasi untuk kegiatan sosial.
Nominalnya cukup besar. Saya lupa jumlah pasti dan berapa lama celengan itu diisi. Yang pasti pola yang mereka buat cukup menginspirasi. Mereka mungkin telah membuat komitmen sebelumnya, dan saya yakin bukan pacaran. Selama bekerja bersama mereka pun tak ada indikasi kalau mereka punya hubungan khusus. Masing-masing fokus dan bertanggung jawab pada pekerjaannya. Tak ada juga panggilan sayang "bebeb", "Aa dan Neng", atau sejenisnya. Semua dilakukan profesional.
Beberapa bulan setelah mengumumkan hubungan pertunangan mereka, akad nikah pun digelar. Sepanjang saya kerja di situ, mereka jadi pasangan pertama yang menikah dengan rekan kerja satu kantor. Mereka berdua juga yang masih loyal mengabdi di kantor yang bergerak di dunia zakat sampai saat ini.
Sampai ketemu di part berikutnya.
