Pemanasan global yang kian naik menyebabkan perubahan lingkungan. Beberapa hewan bahkan tak sanggup beradaptasi terhadap fenomena tersebut. Ambil contoh alga zooxanthellae yang membuat warna-warni pada terumbu karang. Tanpa di sadari alga tersebut sudah banyak yang mati menyebabkan terumbu karang tidak memiliki makanan akibatnya mati sehingga menyebabkan terjadinya coral bleaching (pemutihan terumbu karang). Pada gilirannya ikan-ikan kecil pun akan kekurangan makanan dan populasinya ikut berkurang kemudian diikuti ikan-ikan besar lainnya, menyebabkan stok ikan di perairan terus menurun. Tapi bukan hanya hewan laut yang terancam punah karena pemanasan global. Ada juga beberapa pangan yang terancam karena fenomena tersebut seperti 5 bahan makanan di bawah ini!
Quote:
1. British Brassica

Bahan makanan yang serupa dengan kol ini mulai langka karena pemanasan global. Hujan musim panas yang luar biasa deras membawa banjir ke Lincolnshire, wilayah pertumbuhan utama Inggris untuk bunga kol, menghancurkan banyak tanaman tahun ini.
Pada saat yang sama, para petani Eropa mengalami fenomena gelombang panas (heat wave) yang memecahkan rekor, membuat ladang-ladang bunga kol menjadi layu, membuat hasil panen rendah dan harganya melambung tinggi.
Fenomena itu membuat restoran dan bisnis makanan mencari pasokan alternatif atau pengganti untuk ditawarkan kepada pelanggan. Kembang kol, kol, brokoli, dan kecambah Brussel dapat tahan terhadap perubahan suhu tertentu, tetapi peningkatan suhu yang cukup ekstrem belakangan ini terlalu parah dan hasil panen mengalami penurunan.
Sementara kekurangan kembang kol saat ini diperkirakan akan terus meningkat bahkan bisa punah jika suhu pemanasan global makin meningkat hingga 1,5° C yang berkemungkinan menyebabkan kekeringan, banjir dan badai, membuat panen di masa depan habis.
Quote:
2. Apel USA
Sebagian besar apel organik Amerika ditanam di Negara Bagian Washington, yang memproduksi lebih dari 200.000 ton setiap tahun, menurut The New York Times.
Cuaca musim semi yang lebih panas menyebabkan peningkatan penyakit seperti penyakit busuk api (fire blight), yang khususnya bermasalah untuk kebun organik di mana antibiotik tidak digunakan.
Sinar matahari yang intens juga merupakan masalah, karena dapat membakar kulit buah yang menyebabkan cacat, yang berarti tidak dapat dijual sebagai makanan, tetapi sebaliknya digunakan untuk membuat jus atau campuran bubur kertas dengan harga yang jauh lebih murah.
Meskipun memungkinkan memasang jaring di atas kebun untuk melindungi apel dari sinar matahari langsung, pemasangan tersebut sangat mahal. Yang paling dikhawatirkan, bila pemanasan global makin meningkat maka jaring-jaring pelindung kebun apel tidak dapat melindungi temperatur lagi sehingga menyebabkan kerugian fantastis dimana buah apel banyak yang rusak dan jaring pelindung menjadi useless.
Quote:
3. Brazil dan Ethiopia Coffee
Kopi tidak tumbuh subur di tempat yang panasnya ekstrem ataupun suhu beku, dibutuhkan daerah pegunungan yang relatif dingin di daerah tropis.
Sementara negara-negara seperti Brazil telah menanam kopi selama beberapa ratus tahun, namun suhu yang makin memanas dan cuaca ekstrem yang tidak terduga-duga membuat beberapa daerah disana tidak cocok untuk tanaman kopi. Setidaknya ada tiga perlima dari spesies kopi saat ini menghadapi kepunahan, menurut sebuah studi baru-baru ini.
Perubahan iklim juga mengancam pohon kopi asli Ethiopia yang tumbuh liar di sana. Padahal pohon kopi tersebut merupakan sumber keanekaragaman genetik yang sangat berharga — Yang mungkin perlu ditumbuhkan oleh para ahli penumbuh tanaman jenis baru sebagai langkah untuk mengatasi kepunahan varietas kopi tersebut ketika iklim planet makin menghangat.
Quote:
4. Gandum
Gandum adalah makanan pokok di seluruh dunia. Tetapi gandum sensitif terhadap perubahan suhu dan beberapa negara kurang siap untuk menghadapi dampak tekanan panas pada tanaman mereka. Tempat-tempat seperti India bisa terlihat jelas pengurangan panen gandum antara 6% dan bisa mencapai penurunan hingga 23% pada tahun 2050, menurut sebuah studi baru-baru ini.
Kekurangan produksi gandum di India dapat ditanggulangi oleh negara-negara lain dengan iklim yang lebih dingin, membuat tingkat produksi gandum mereka meningkat saat ini. Para negara penghasil gandum yang besar seperti Rusia rupanya memiliki sumber daya lahan yang belum dimanfaatkan untuk memperluas hasil panen mereka dan meningkatkan ekspor gandum.
Rusia memiliki potensi untuk meningkatkan produksi gandumnya jutaan ton per tahun, menurut penelitian terbaru.
Quote:
5. Californian peach
Menumbuhkan buah persik tidak mudah, karena buah yang lembut ini sangat rentan terhadap perubahan suhu. Panen yang sukses membutuhkan "jam dingin" atau periode cuaca dingin yang konsisten, diikuti oleh periode cuaca lebih hangat. Dengan terlalu sedikitnya jam dingin akibat pemanasan global, tunas persik menjadi lemah dan menghasilkan buah berkualitas buruk.
Di Amerika Serikat, musim dingin yang lebih ringan menyebabkan pohon buah berbunga lebih awal dari biasanya, menyebabkan bunga-bunga menjadi beku. Hujan es dan pola cuaca buruk lainnya memperparah produksi buah peach ini, menurut Washington Post.
Para peneliti bekerja keras untuk mengembangkan varietas persik baru, yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. Strain peach yang baru biasanya membutuhkan waktu dua dekade untuk tumbuh, namun saat ini kemungkinan gangguan iklim akan terus berlanjut membuat kekhawatiran strain terbaru tersebut gagal total.
Wah rupanya bukan cuman hewan saja ya yang dapat punah karena pemanasan global. Tumbuh-tumbuhan pun dapat mengalaminya seperti 5 bahan makanan di atas. Ya pada akhirnya kembali ke kita lagi supaya mencegah agar pemanasan global tidak berlanjut hingga 1,5° C pada tahun 2050 demi menjaga agar sayur dan buah-buahan diatas dapat selamat dari kemungkinan terancam punah. Hufftt gak nyangka!


Sumber :
Disini
Sumber Gambar : Google.com