- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kenapa Kisah Percintaan Ateis Selalu Berakhir Tragis ?
TS
dragonroar
Kenapa Kisah Percintaan Ateis Selalu Berakhir Tragis ?
Quote:
Little Einstein, begitu Stephen Hawking muda dipanggil oleh guru-gurunya. Tentu hal ini bukan tanpa sebab selain memang sosok satu ini pintar luar biasa. Lahir di Inggris 73 tahun lalu, Hawking memang sepertinya diciptakan untuk jadi salah satu ilmuwan hebat. Seperti yang kita tahu, pencapaiannya di bidang akademis luar biasa. Hawking adalah orang yang menemukan banyak hal penting, mulai dari teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam serta masih banyak lagi yang lain.
Ya, kontroversial karena apa yang dikatakannya sangat berkebalikan dengan apa yang dipercayai banyak orang. Berikut adalah deretan statement unik yang pernah dilontarkan oleh si ilmuwan besar itu.
1. Tuhan Sejatinya Tidak Ada
Kita tentu mempercayai eksistensi Tuhan sebagai zat yang berkuasa atas apa pun di dunia ini, termasuk diri kita dan juga alam semesta. Namun, Stephen Hawking secara tersirat dalam bukunya tidak setuju dengan pendapat mayoritas ini. Ia mengatakan Tuhan tidak benar-benar ada.
“Apa yang saya maksud dengan kita akan tahu pikiran Tuhan adalah kita akan tahu segala sesuatu yang Tuhan akan tahu, jika Tuhan ada,” begitu salah satu penggalan pernyataan Hawking dalam bukunya A Brief Story of Time. Sebenarnya pernyataan ini tak begitu mengherankan mengingat kenyataan jika Hawking ternyata adalah atheis alias tak percaya Tuhan.
2. Bukan Tuhan yang Menciptakan Alam Semesta
Bagi kita yang memegang teguh ajaran agama, pasti sangat mempercayai jika sesuatu itu datangnya dari ketidakberadaan. Sama seperti alam semesta yang sebelumnya tidak ada lalu kemudian eksis. Termasuk pula yang mengatur sistem peredarannya, revolusi dan lain sebagainya, sudah barang pasti ada yang mengontrol semua itu dan Dialah Tuhan.
Namun lagi-lagi hal ini tak dipercayai Hawking. Menurutnya, alam semesta ini tercipta dengan sendirinya tanpa campur tangan Tuhan. “Karena hukum gravitasi, alam semesta dapat tercipta dengan sendirinya. Tidak perlu Tuhan untuk memicu pembuatannya dan mengatur segala isi di dalamnya,” ungkap Hawking di sebuah media elektronik Inggris. Sekadar informasi, orang-orang berotak brilian dan idealis seperti Kepler, Leonardo da Vinci, bahkan Einstein percaya jika Tuhanlah pencipta dan pengatur alam ini.
3. Surga dan Neraka Hanyalah Dongeng Semata
Kita sangat percaya jika ada yang namanya kehidupan setelah kematian. Bahkan keberadaan surga dan neraka juga bukan hal yang meragukan sebagai tempat terakhir manusia serta sebagai balasan dari perbuatan semasa hidup. Stephen Hawking menyangkal hal ini dan menganggap surga dan neraka hanyalah sebuah dongeng bagi mereka yang takut mati.
Hawking menganggap manusia yang sudah meninggal ibarat komputer yang rusak, dan menurutnya tak ada kehidupan lain apa pun untuk sebuah komputer yang tak berfungsi lagi. “Tidak ada surga atau kehidupan lain untuk komputer yang rusak, itu hanya cerita dongeng.” Ya, tentu saja pendapat ini juga dikecam banyak orang.
di balik sosok dirinya yang dikenal sebagai selebritis akademik serta teoritikus Fisika yang tersohor di dunia, ternyata kisah asmaranya memiliki sejumlah lika-liku sendiri.
Stephen Menikahi Jane Wilde Tahun 1965
Stephen dalam perjalanan hidupnya saat ini telah menikah sebanyak dua kali. Pernikahan pertamanya terjadi tanggal 14 Juli 1965. Ia menikahi Jane Wilde, seorang mahasiswi jurusan sastra yang dikenalnya saat menjadi mahasiswa S2 di Cambridge. Stephen mengenal Jane sebelum ia didiganosis menderita penyakit motor neurone.
Dalam sebuah artikel di Telegraph, Jane menuturkan bahwa saat Stephen didiagnosis menderita penyakit itu, mereka tidak benar-benar sedang berkencan. Hanya saja Jane sudah jatuh cinta padanya. “Dia memiliki mata yang indah dan selera humor yang menyenangkan, jadi kami selalu saja tertawa. Selain itu aku juga masih muda dan punya energi dan optimisme dan memang ada perbedaan. Tapi yang lebih penting dari segalanya adalah aku mencintainya dan ingin melakukan yang terbaik untuknya. Jadi kupikir akan mudah saja menghabiskan waktu dua tahun untuk membantu seseorang yang aku cintai, seseorang yang punya banyak potensi untuk mencapai ambisinya,” papar Jane.
Stephen Divonis Hidupnya Hanya Tinggal Dua Tahun Saat Akan Melangsungkan Pernikahannya
Saat baru saja di Cambridge, sebenarnya gejala penyakit sklerosis lateral amiotrofik (ALS) sudah dirasakan oleh Stephen. Ketika memeriksakan diri ke dokter, dokter memvonisnya kalau umurnya tinggal dua tahun lagi. Jane pun juga mengetahui hal ini, tapi ia tak berpaling dari Stephen. Ia justru menerima Stephen apa adanya.
Jane dengan latar agama sebagai seorang kristiani dan pernah bersekolah di Saint Albans High School khusus wanita (sekolah yang sebagian muridnya menjadi misionaris) berusaha untuk menguatkan dirinya bahwa ia punya kekuatan yang cukup untuk hidup bersama Stephen.Selain punya kekuatan mental dan batin yang cukup, Jane juga sudah terpesona dengan kecerdasan Stephen. Jane bukan seorang ahli matematika, juga tak jago soal fisika. Tapi Stephen selalu bisa menjelaskan banyak hal pada Jane. Terkadang Jane dan Stephen memandangi langit malam bersama dan menjelaskan semesta yang terus berkembang, bintang, dan lubang hitang. Jane merasa Stephen bisa menjelaskan semuanya dengan cara yang sangat mudah dipahami.
Setelah A Brief History of Time Terbit, Jane Merasa Stephen Mengabaikan Keluarga
Di pernikahan pertamanya dengan Jane, Stephen dikaruniai tiga orang anak. Anak pertama, Robert lahir tahun 1967. Anak kedua yang bernama Lucy lahir tahun 1967. Dan anak ketiga, Timothy lahir tahun 1979. Setelah A Brief of History terbit tahun 1988, Jane merasa kalau Stephen mulai menomorduakan keluarga. Ketenaran dan kepopuleran Stephen mulai membuat kehidupan jadi lebih rumit. Banyak orang yang mengenal mereka dan kehidupan pribadi mereka jadi ikut terusik. Tapi Jane berusaha untuk berpikir jernih. Dengan ketenaran tersebut, setidaknya Stephen bisa merasa diakui atas karya-karya dan kerja kerasnya selama ini.
Di tahun-tahun awal pernikahan, Jane tinggal di London untuk menyelesaikan kuliahnya. Di sela-sela itu, ia dan Stephen beberapa kali pergi ke Amerika Serikat untuk menghadiri konferensi atau acara-acara yang berkaitan dengan Fisika. Stephen sendiri dikenal sebagai orang yang jarang mau menceritakan penyakitnya atau meminta bantuan atas keterbatasan fisiknya.
4. Jane Jatuh Cinta Pada Pria Lain Saat Masih Berstatus sebagai Istri Stephen
Bulan Desember 1977, Jane bertemu dengan seorang pemain organ (organist) bernama Jonathan Hellyer Jones ketika bernyanyi di paduan suara gereja. Jonathan pun kemudian dekat dengan keluarga Jane, termasuk Stephen. Pertengahan tahun 1980, Jane dan Jonathan mulai ada rasa satu sama lain. Menurut pengakuan Jane, Stephen saat itu bisa menerima kondisi tersebut asalkan Jane juga masih akan terus mencintai dirinya. Dalam kurun waktu yang cukup lama, hubungan Jane dan Jonathan berada di ambang tak kepastian.
Tahun 80an itu juga, pernikahan Stephen dan Jane mengalami pasang surut. Kehadiran perawat dan asisten untuk merawat Stephen juga malah memperburuk situasi. Stephen dan Jane seolah makin terpisah satu sama lain. Kedekatan mereka jadi makin merenggang. “Tepat saat para perawat datang ke rumah kami untuk merawat Stephen, rumah tangga kami rasanya jungkir balik,” ungkap Jane. Puncaknya lagi adalah ketika Stephen jatuh cinta pada perawatnya sendiri, Elaine Mason.
Stephen dan Jane Akhirnya Bercerai Tahun 1995
Setelah bertahun-tahun hidup bersama, Stephen dan Jane akhirnya bercerai. Stephen pun sudah berpindah ke lain hati. Ia jatuh cinta pada Elaine. Bulan September tahun 1995, setelah bercerai dengan Jane, Stephen menikahi Elaine. Sementara Jane melanjutkan hidupnya dan menikahi Jonathan.
Hawking terkena semacam kelumpuhan, menyebabkan ia tidak bisa banyak bergerak. Alhasil, sepanjang hidupnya semenjak kelumpuhan tersebut, ia hidup di atas kursi roda mekanik. Bahkan untuk berkomunikasi, ia menggunakan sebuah alat khusus.
Bagi Jane sendiri, perceraian itu sangatlah sulit. Tadinya ia berusaha untuk tetap optimis dan melanjutkan pernikahannya bersama Stephen. Namun, keadaan sudah tak memungkinkan lagi. Tahun 1999, Jane menerbitkan buku Music to Move the Stars yang menceritakan kisah pernikahannya dengan Stephen. Buku itu jadi sensasi di dunia media. Sementara pada masa itu, Stephen tampak makin menjauh dari keluarga Jane. Ada dugaan juga Stephen mendapat kekerasan fisik dari Elaine. Tahun 2009, Stephen dan Elaine bercerai. Dan sejak saat itu hubungan Stephen mulai membaik. Bahkan kini ia sudah kembali dekat dengan Jane, anak-anaknya, dan cucunya.
http://www.boombastis.com/pernyataan...-hawking/48153
http://www.boombastis.com/pernikahan...-hawking/68525
Quote:
https://bhaktisetiawan.wordpress.com...e-filsuf-gila/
Friedrich Wilhelm Nietzsche lahirkan pada 15 Oktober 1844 di Röcken bei Lützen, wilayah Sachsen, terletak di daerah pedesaan tanah pertanian di sebelah barat daya Leipzig, Jerman. Dinamakan Friedrich Wilhelm karena hari kelahirannya sama dengan hari kelahiran Friedrich Wilhelm IV, seorang raja Prusia yang sangat dihormati pada masanya, karenanya, merupakan kebanggaan bagi Nietzsche kecil karena hari kelahirannya selalu dirayakan banyak orang. Berasal dari keluarga yang taat kepada Protestan Lutheran, karena ayahnya, Carl Ludwig beserta kakek-neneknya merupakan biarawan, kecuali ibunya, Franziska Nietzsche, ia bukan seorang yang dekat dengan profesi suaminya (biarawati).
Nietzsche merupakan anak pertama. Ia mempunyai adik laki-laki dan perempuan. Adik perempuannya bernama Elizabeth lahir pada tahun 1846 sedangkan adik laki-lakiny bernama Joseph lahir pada tahun 1849. Kehidupan keluarga Nietzsche sangat bahagia, namun kebahagiaan ini tidak berjalan lama karena pada tahun itu pula sang ayah meninggal.
Setahun kemudian, Joseph, sang adik meninggal dan menyebabkan keluarga ini pindah ke Naumburg dan Nietzsche tinggal di lingkungan keluarga ibunya yang kebanyakan adalah perempuan.
Pada usia 10 tahun (1854), Nietzsche masuk Gymnasium yang terletak lima mil dari kota Naumburg yang merupakan sekolah asrama yang menerapkan peraturan sangat ketat tak ubahnya bagai hidup di penjara. Nietzsche kecil bukanlah murid yang pandai bergaul. Disana, teman-temannya mengenalnya sebagai pendeta kecil karena selalu menyendiri. Namun, empat tahun kemudian, ibunya memintanya pindah ke kota Pforta. Di sana ia belajar di sebuah sekolah asrama Lutheran. Ia mulai membaca karya-karya para sastrawan dan pemikir besar, seperti Schiller, Hölderlin dan Byron, ia juga meminati kejeniusan kebudayaan Yunani kuno terutama pemikiran Plato dan Aeschylus. Pada tahun-tahun terakhir di Pforta, Nietzsche sudah menunjukkan sikap liar dengan mengarang “Ohne Heimat” (tanpa kampung halaman) yang di dalamnya memuat gejolak hatinya yang ingin bebas dan berharap bisa dipahami.
Pada tahun 1864 Nietzsche melanjutkan studi di Universitas Bonn bersama temannya, Paul Duessen. Saat bersama Nietzsche, Dussen pernah mengatakan bahwa do’a itu hanyalah ilusi belaka dan kemudian Nietzsche menanggapi dengan mengatakan: “itu salah satu dari kedunguan Feuerbach”. Nietzsche menanggapi demikian karena waktu itu ia masih memeluk agamanya.
Pada tahun 1865, Nietzsche memutuskan untuk tidak belajar teologi, keputusan ini sangat erat hubungannya dengan keraguannya akan keimanannya dan tentunya mendapat tantangan dari ibunya. Namun ia pernah menulis surat yang isinya
“Jika engkau haus akan kedamaian jiwa dan kebahagiaan, maka percayalah, jika engkau ingin menjadi murid kebenaran, maka carilah…
dan pemikiran ini yang mendasari Nietzsche untuk menjadi free thinker. Di universitas Bonn, ia hanya bertahan selama 2 semester kemudian pindah ke kota Leipzig untuk belajar filologi klasik selama 4 semester di bawah bimbingan Friedrich Ritschl dan hal ini banyak membantu kemahiran Nietzsche dalam bidang filologi klasik. Di sini ia banyak mendapatkan penghargaan di bidang filologi klasik dari universitas. Di sini pulalah, secara kebetulan di tukang loak, dia menemukan buku Schopenhauer yang berjudul “Die Welt als Wille und Vorstellung”. Di kota ini pula, ia meninggalkan agamanya.
Tahun 1867 sampai 1868, Nietzsche mengikuti wajib militer untuk melawan Perancis sebagai salah satu penunggang kuda resimen artileri lapangan dekat Naumburg dan di sana ia mendapatkan banyak pengalaman yang tak terduga. Masa dinasnya berakhir karena ia mengalami kecelakaan jatuh dari kuda dan terluka.Setelah berakhirnya masa dinas militer, Nietzsche merasa studi filologi itu hambar dan mati, namun pendapat ini berubah setelah ia berkenalan secara pribadi dengan musisi Richard Wagner di rumah Herman Brockhaus (1806-1877), seorang ahli pengetahuan ketimuran yang telah menikah dengan adik Wagner. Dari sinilah Nietzsche memperoleh optimismenya kembali bahwa kebebasan dan karya yang jenius masih dapat dicapai asalkan diresapi oleh semangat Wagner.
Pada tahun 1869, atas rekomendasi dari Ritschl, Nietzsche diangkat menjadi professor luar biasa jurusan filologi klasik dan mendapatkan gelar doktornya tanpa ujian. Ia kemudian mengajar di Universitas Basle.
Setelah mendapatkan itu semua, Nietzsche berencana melepaskan kewarganegaraan Prusia. Kemudian ia mulai mengawali serangkaian kunjungan idilisnya pada Wagner di daerah Tribschen, dekat danau Lucerne.
Pada bulan Maret tahun 1870, Nietzsche diangkat menjadi profesor penuh. Sejak saat itu pula secara sukarela, ia ikut dalam perang antara Perancis dan Prusia sebagai perawat medis pada bulan Agustus tahun yang sama. Baru hari keempat sejak keikutsertaannya sebagai tenaga medis, Nietzsche terserang disentri dan diphtheria sehingga ia kembali ke Basle untuk mengajar. Pada bulan Oktober 1870, Nietzsche bertemu dengan Franz Overbeck dan hidup serumah bersamanya selama lima tahun. Ia banyak belajar kata-kata dan sejarah kuno dari Franz Overbeck yang merupakan seorang sejarahwan.
Beberapa tahun kemudian, Nietzsche terlibat skandal asmara dengan gadis bernama Lou Andreas Salomé. Dalam surat yang diberikan kepada Lou (2 Juli 1882) nampak jelas bahwa ia amat mencintai Lou :
“Hari yang lewat tampak seakan ulang tahunku; engkau kirimi aku persetujuanmu (datang dan tinggal selama tiga minggu), hadiah terbaik yang pernah diberikan orang kepadaku” (Nietzsche, 1977: 14)
Namun pernikahan impiannya gagal karena tidak disetujui oleh kakak perempuannya yang mengetahui adanya asmara segitiga antara Nietzsche, Lou dan Paul Ree. Setelah sadar pernikahannya tidak akan pernah terwujud, ia jatuh ke jurang keputusasaan yang sampai menjadi depresi. Depresi inilah yang lama-kelaman membuatnya gila pada 1889.
Setelah Nietzsche benar-benar menjadi gila, ia dirawat oleh kakak perempuannya hingga akhirnya Nietzsche meninggal pada 1900 di Weimar. Kematiannya termasuk yang tragis, karena selain ia meninggal dalam keadaan gila, ia juga meninggal karena tidak bisa menikahi Lou serta ia juga tidak mengetahui bahwa ibunya juga telah meninggal.
Friedrich Wilhelm Nietzsche lahirkan pada 15 Oktober 1844 di Röcken bei Lützen, wilayah Sachsen, terletak di daerah pedesaan tanah pertanian di sebelah barat daya Leipzig, Jerman. Dinamakan Friedrich Wilhelm karena hari kelahirannya sama dengan hari kelahiran Friedrich Wilhelm IV, seorang raja Prusia yang sangat dihormati pada masanya, karenanya, merupakan kebanggaan bagi Nietzsche kecil karena hari kelahirannya selalu dirayakan banyak orang. Berasal dari keluarga yang taat kepada Protestan Lutheran, karena ayahnya, Carl Ludwig beserta kakek-neneknya merupakan biarawan, kecuali ibunya, Franziska Nietzsche, ia bukan seorang yang dekat dengan profesi suaminya (biarawati).
Nietzsche merupakan anak pertama. Ia mempunyai adik laki-laki dan perempuan. Adik perempuannya bernama Elizabeth lahir pada tahun 1846 sedangkan adik laki-lakiny bernama Joseph lahir pada tahun 1849. Kehidupan keluarga Nietzsche sangat bahagia, namun kebahagiaan ini tidak berjalan lama karena pada tahun itu pula sang ayah meninggal.
Setahun kemudian, Joseph, sang adik meninggal dan menyebabkan keluarga ini pindah ke Naumburg dan Nietzsche tinggal di lingkungan keluarga ibunya yang kebanyakan adalah perempuan.
Pada usia 10 tahun (1854), Nietzsche masuk Gymnasium yang terletak lima mil dari kota Naumburg yang merupakan sekolah asrama yang menerapkan peraturan sangat ketat tak ubahnya bagai hidup di penjara. Nietzsche kecil bukanlah murid yang pandai bergaul. Disana, teman-temannya mengenalnya sebagai pendeta kecil karena selalu menyendiri. Namun, empat tahun kemudian, ibunya memintanya pindah ke kota Pforta. Di sana ia belajar di sebuah sekolah asrama Lutheran. Ia mulai membaca karya-karya para sastrawan dan pemikir besar, seperti Schiller, Hölderlin dan Byron, ia juga meminati kejeniusan kebudayaan Yunani kuno terutama pemikiran Plato dan Aeschylus. Pada tahun-tahun terakhir di Pforta, Nietzsche sudah menunjukkan sikap liar dengan mengarang “Ohne Heimat” (tanpa kampung halaman) yang di dalamnya memuat gejolak hatinya yang ingin bebas dan berharap bisa dipahami.
Pada tahun 1864 Nietzsche melanjutkan studi di Universitas Bonn bersama temannya, Paul Duessen. Saat bersama Nietzsche, Dussen pernah mengatakan bahwa do’a itu hanyalah ilusi belaka dan kemudian Nietzsche menanggapi dengan mengatakan: “itu salah satu dari kedunguan Feuerbach”. Nietzsche menanggapi demikian karena waktu itu ia masih memeluk agamanya.
Pada tahun 1865, Nietzsche memutuskan untuk tidak belajar teologi, keputusan ini sangat erat hubungannya dengan keraguannya akan keimanannya dan tentunya mendapat tantangan dari ibunya. Namun ia pernah menulis surat yang isinya
“Jika engkau haus akan kedamaian jiwa dan kebahagiaan, maka percayalah, jika engkau ingin menjadi murid kebenaran, maka carilah…
dan pemikiran ini yang mendasari Nietzsche untuk menjadi free thinker. Di universitas Bonn, ia hanya bertahan selama 2 semester kemudian pindah ke kota Leipzig untuk belajar filologi klasik selama 4 semester di bawah bimbingan Friedrich Ritschl dan hal ini banyak membantu kemahiran Nietzsche dalam bidang filologi klasik. Di sini ia banyak mendapatkan penghargaan di bidang filologi klasik dari universitas. Di sini pulalah, secara kebetulan di tukang loak, dia menemukan buku Schopenhauer yang berjudul “Die Welt als Wille und Vorstellung”. Di kota ini pula, ia meninggalkan agamanya.
Tahun 1867 sampai 1868, Nietzsche mengikuti wajib militer untuk melawan Perancis sebagai salah satu penunggang kuda resimen artileri lapangan dekat Naumburg dan di sana ia mendapatkan banyak pengalaman yang tak terduga. Masa dinasnya berakhir karena ia mengalami kecelakaan jatuh dari kuda dan terluka.Setelah berakhirnya masa dinas militer, Nietzsche merasa studi filologi itu hambar dan mati, namun pendapat ini berubah setelah ia berkenalan secara pribadi dengan musisi Richard Wagner di rumah Herman Brockhaus (1806-1877), seorang ahli pengetahuan ketimuran yang telah menikah dengan adik Wagner. Dari sinilah Nietzsche memperoleh optimismenya kembali bahwa kebebasan dan karya yang jenius masih dapat dicapai asalkan diresapi oleh semangat Wagner.
Pada tahun 1869, atas rekomendasi dari Ritschl, Nietzsche diangkat menjadi professor luar biasa jurusan filologi klasik dan mendapatkan gelar doktornya tanpa ujian. Ia kemudian mengajar di Universitas Basle.
Setelah mendapatkan itu semua, Nietzsche berencana melepaskan kewarganegaraan Prusia. Kemudian ia mulai mengawali serangkaian kunjungan idilisnya pada Wagner di daerah Tribschen, dekat danau Lucerne.
Pada bulan Maret tahun 1870, Nietzsche diangkat menjadi profesor penuh. Sejak saat itu pula secara sukarela, ia ikut dalam perang antara Perancis dan Prusia sebagai perawat medis pada bulan Agustus tahun yang sama. Baru hari keempat sejak keikutsertaannya sebagai tenaga medis, Nietzsche terserang disentri dan diphtheria sehingga ia kembali ke Basle untuk mengajar. Pada bulan Oktober 1870, Nietzsche bertemu dengan Franz Overbeck dan hidup serumah bersamanya selama lima tahun. Ia banyak belajar kata-kata dan sejarah kuno dari Franz Overbeck yang merupakan seorang sejarahwan.
Beberapa tahun kemudian, Nietzsche terlibat skandal asmara dengan gadis bernama Lou Andreas Salomé. Dalam surat yang diberikan kepada Lou (2 Juli 1882) nampak jelas bahwa ia amat mencintai Lou :
“Hari yang lewat tampak seakan ulang tahunku; engkau kirimi aku persetujuanmu (datang dan tinggal selama tiga minggu), hadiah terbaik yang pernah diberikan orang kepadaku” (Nietzsche, 1977: 14)
Namun pernikahan impiannya gagal karena tidak disetujui oleh kakak perempuannya yang mengetahui adanya asmara segitiga antara Nietzsche, Lou dan Paul Ree. Setelah sadar pernikahannya tidak akan pernah terwujud, ia jatuh ke jurang keputusasaan yang sampai menjadi depresi. Depresi inilah yang lama-kelaman membuatnya gila pada 1889.
Setelah Nietzsche benar-benar menjadi gila, ia dirawat oleh kakak perempuannya hingga akhirnya Nietzsche meninggal pada 1900 di Weimar. Kematiannya termasuk yang tragis, karena selain ia meninggal dalam keadaan gila, ia juga meninggal karena tidak bisa menikahi Lou serta ia juga tidak mengetahui bahwa ibunya juga telah meninggal.
Quote:
http://www.dailymail.co.uk/news/arti...alla-Ward.html
The UK's highest profile atheist Richard Dawkins and his actress wife Lalla Ward have confirmed they have separated after 24 years of marriage.
Professor Dawkins, who suffered a minor stroke earlier this year,and the 65-year-old former Dr Who star said their split was 'amicable'.
The pair, who were unable to have children, are understood to be still living at their £3million home in Oxford, where Miss Ward has illustrated some of her husband’s work - and 'remain friends'.
According to the Sunday Times, they released a joint statement which said: 'Our marriage, like everyone's, is a private matter and we are not prepared to share any details. Suffice to say it is true that we recently separated entirely amicably.
'Obviously, this remains a difficult time, one which we simply will not discuss any further publicly. We would, however, like to stress that we shall always be friends and that we will, of course, continue to work together.'
The former couple met are said to have met at a party in 1992 hosted by mutual friend Douglas Adams, a former Dr Who scriptwriter who went on to pen The Hitchhiker's Guide to the Galaxy.
Six months later they married, despite the twice-previously divorced Dawkins claiming he was 'not looking to marry again'.
Oxford academic Prof Dawkins fell ill on February 5, forcing him to cancel a tour of Australia and New Zealand.
He described feeling that the stroke had taken him 'back to childhood' because his 'biggest challenge is buttons', but is believed to have made a full recovery.
The author of The God Delusion was taken to the John Radcliffe Hospital, in Oxford, where doctors found he had suffered a hemorrhagic stroke, affecting movement on the left side of his body.
Prof Dawkins initially found fame in 1976 with his work on evolution, The Selfish Gene.
But he became a household name when Delusion was published in 2006, in which he argued believing in God was delusional because there was no evidence to support his existence.
Prof Dawkins released the second part of his autobiography, Brief Candle in the Dark, last year in which he wrote fondly of their time together and dedicated the book 'For Lalla'.
Richard Dawkins cerai
The couple, pictured, met at a party in 1992 hosted by author Douglas Adams and married six months later
Ward began her acting career in the Hammer Horror series in the early 1970s before playing Time Lady Romana in Dr Who between 1979 and 1981.
She has previously described her husband as 'totally different' at home to the 'outspoken' atheist he comes across as in public, stating 'he doesn't do emotional outbursts, get grumpy or depressed'.
After the couple married, Ward, who was previously married to Dr Who star Tom Baker, effectively ended her acting career, becoming a textile artist.
She has also co-narrated several audio books with her husband and worked on the committee of the Actors' Charitable Trust.
Ward is the daughter of Edward Ward, 7th Viscount Bangor, and his fourth wife, Marjorie Alice Banks.
The UK's highest profile atheist Richard Dawkins and his actress wife Lalla Ward have confirmed they have separated after 24 years of marriage.
Professor Dawkins, who suffered a minor stroke earlier this year,and the 65-year-old former Dr Who star said their split was 'amicable'.
The pair, who were unable to have children, are understood to be still living at their £3million home in Oxford, where Miss Ward has illustrated some of her husband’s work - and 'remain friends'.
According to the Sunday Times, they released a joint statement which said: 'Our marriage, like everyone's, is a private matter and we are not prepared to share any details. Suffice to say it is true that we recently separated entirely amicably.
'Obviously, this remains a difficult time, one which we simply will not discuss any further publicly. We would, however, like to stress that we shall always be friends and that we will, of course, continue to work together.'
The former couple met are said to have met at a party in 1992 hosted by mutual friend Douglas Adams, a former Dr Who scriptwriter who went on to pen The Hitchhiker's Guide to the Galaxy.
Six months later they married, despite the twice-previously divorced Dawkins claiming he was 'not looking to marry again'.
Oxford academic Prof Dawkins fell ill on February 5, forcing him to cancel a tour of Australia and New Zealand.
He described feeling that the stroke had taken him 'back to childhood' because his 'biggest challenge is buttons', but is believed to have made a full recovery.
The author of The God Delusion was taken to the John Radcliffe Hospital, in Oxford, where doctors found he had suffered a hemorrhagic stroke, affecting movement on the left side of his body.
Prof Dawkins initially found fame in 1976 with his work on evolution, The Selfish Gene.
But he became a household name when Delusion was published in 2006, in which he argued believing in God was delusional because there was no evidence to support his existence.
Prof Dawkins released the second part of his autobiography, Brief Candle in the Dark, last year in which he wrote fondly of their time together and dedicated the book 'For Lalla'.
Richard Dawkins cerai
The couple, pictured, met at a party in 1992 hosted by author Douglas Adams and married six months later
Ward began her acting career in the Hammer Horror series in the early 1970s before playing Time Lady Romana in Dr Who between 1979 and 1981.
She has previously described her husband as 'totally different' at home to the 'outspoken' atheist he comes across as in public, stating 'he doesn't do emotional outbursts, get grumpy or depressed'.
After the couple married, Ward, who was previously married to Dr Who star Tom Baker, effectively ended her acting career, becoming a textile artist.
She has also co-narrated several audio books with her husband and worked on the committee of the Actors' Charitable Trust.
Ward is the daughter of Edward Ward, 7th Viscount Bangor, and his fourth wife, Marjorie Alice Banks.
Moral cerita: janganlah kamu jadi Ateis jika nggak mau bininya direbut orang. Tetapi, jadilah penyayang semua wanita biar ada cadangannya
Diubah oleh dragonroar 25-08-2019 04:51
0
719
Kutip
3
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan