Kaskus

Story

rirandaraAvatar border
TS
rirandara
Terbelenggu Amarah
Terbelenggu Amarah


Berulang kali menepis, tetap saja wajah ayu nan teduh itu membayang dalam benak Army. Sepintas akan tetapi amat membekas. Pikirannya kian tak tentu. Entah magnet jenis apa yang dipunya sang gadis, hingga seorang pemuda keras kepala itu pun luluh, tertarik begitu kuat. Lantas melabuhkan harapan yang lama terasing pada Widara--gadis yang ditemuinya minggu lalu. "Semesta terkadang memang lucu," batin Army. Kedua sudut bibirnya terangkat. 


Di beranda rumah bercat hijau dengan atap asbes, tampak pemuda itu sedang berbaring santai. Dipandangnya langit malam tanpa kerlip bintang ataupun sinar rembulan. Lambat laun kantuk menghampiri dan mengantarkannya pada lelap yang semenjak tadi ia rindukan. 



*
Bising klakson motor saling bersahutan ketika Army sampai pada gerbang depan tempatnya bekerja. Beberapa saat, pemuda itu berada di lahan yang penuh dengan kendaraan. 

Namun, tak dinyana sesaat setelah keluar dari tempat parkir dan hendak menuju gedung utama, wajah yang akhir-akhir ini mengganggunya muncul. Dari jarak tujuh meter, Army dapat mengenali pasti, jika sosok itu adalah gadis yang ia temui minggu lalu pada acara ulang tahun Intan-- teman adik perempuannya. 


"Ah … ternyata, semesta selain lucu, juga penuh kejutan." Pemuda itu pun melangkah. Berjalan cepat ke arah tempat di mana si gadis berdiri. Terlambat! Sebelum Army sampai, Widara berlalu-- mengikuti salah seorang staff. Berlari kecil Army mengejarnya. Sehingga tanpa ia ketahui, seseorang ditabraknya. 


"Woy! Woy! Woy! Santai, Bro. Nih bemper gue gak ada cadangannya." Protes lelaki berkumis tebal-- kepala HRD, saat Army tanpa sengaja menabraknya. Segera Army meminta maaf. 

Niatnya untuk mengejar Widara terhenti. Alarm tanda masuk telah berbunyi. Ia pun cepat-cepat balik badan menuju gedung utama. 

Di tengah pekerjaannya yang lumayan padat, dikarenakan permintaan barang membludak, konsentrasi Army buyar. Widara melintas, membuat degup jantung pemuda itu berpacu lebih cepat. Dengan ekor matanya, diikutinya langkah gadis berambut ikal mayang itu. Lantas terhenti pada salah satu bagian, tepat dekat dengan gerbang ketiga, yang menghubungkan gedung utama dan gudang. Sepintas Army menghela napas, lega.



"Jun! Jun!!!" panggil Army saat Junaedi--kepala regu, melintas di depannya. Lelaki berambut sedikit pirang, berkulit bersih itu pun menoleh. Alisnya terangkat sebelah. Langkahnya terhenti ketika Army yang serta merta mencekal pergelangan tangannya. 


"Apaan, Bro?" tanya Junaedi tegas.


Sedikit berdehem, lalu Army pun lebih mendekat pada Junaedi. 


"Gue keknya gak asing sama wajahnya anak buahmu yang itu," ungkap Army tanpa basa basi. Dengan isyarat mata ia menunjuk pada Widara yang tengah fokus mendengarkan arahan teman satu timnya. 


Junaedi sekilas melirik ke arah Widara. Lantas kembali menatap Army. 


"Ohh … dia. Itu sodaranya si Wahyu. Tau sodara dari mana," papar Jun. "Kenapa memangnya? Mau kenalan?" cecar Jun seraya menatap tajam pada wajah Army. Sontak pemuda bermata elang itu pun risih mendapat tatapan yang seolah penuh selidik dari Jun. 

Sesaat berlalu dan akhirnya Army dapat menguasai suasana hatinya. 


"Entar gue kenalan sendiri. Gak perlu comblang kek lu." Tegas Army berucap. Junaedi sekilas tampak mengangkat bahu.


"Dia!" Tunjuk Jun mengarah pada Widara, "Tuh cewek, setahu gue udah ada yang punya." Hampir saja mata elang Army lepas dari rongganya sebab mendengar perkataan Junaedi. Namun, seketika dienyahkannya perasaan tak menentu itu. 


"Sebelum janur kuning melengkung, dia masih milik orang tuanya. Dan masih ada kesempatan buat gue masuk," ujar Army percaya diri. Kemudian berbalik, kembali ke posisinya semula.


Junaedi beranjak pergi. Akan tetapi, setelah beberapa langkah, kakinya seolah menancap pada lantai gedung. Di tempatnya berdiri, satu hati tengah terbakar hebat. Terlihat dari kedua kepalan tangannya, betapa hebat rasa kesal yang melanda. Tatapannya tajam menghujam pada sosok Army yang tak acuh. 



*
Amarah Army membuncah manakala tanpa sengaja ia memergoki dua sosok yang ia kenal tengah berboncengan. Walau tak ada lingkaran tangan dari sang penumpang terhadap pengemudi, tetap saja itu membuat panas suasana hatinya.


"Licik lu, Jun. Lihat saja, gue akan beberin kelakuan lu pada saatnya nanti." 


Dengan menahan amarah, Army memacu motornya begitu cepat. Tak diperdulikannya kemacetan kala itu. Rambu-rambu pun tak ia hiraukan. 


Braaakk!!! 


Dentuman keras menggema di udara. Kondisi jalanan kian kusut. Samar dari kejauhan tampak sesosok tergolek di tengah jalan. 



====


Jatim, Agustus '19
agungdar2494
InaSendry
anasabila
anasabila dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.3K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan