- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Geliat e-commerce memancing pertumbuhan industri pergudangan


TS
BeritagarID
Geliat e-commerce memancing pertumbuhan industri pergudangan

Ilustrasi sebuah pergudagangan.
Perkembangan e-commerce membuat peta bisnis perlahan berubah. Setelah sempat diduga menekan industri retail, kini e-commerce diprediksi akan memancing pertumbuhan bisnis pergudangan logistik.
Senior Director PT Savills Consultans Indonesia Lucy Rumantir mengatakan, di satu sisi e-commerce menekan toko retail tradisional. Tapi di sisi lain justru mendorong bisnis lain seperti gudang, pusat distribusi, dan perkantoran makin meningkat.
Sebabnya, perusahaan e-commerce membutuhkan jalur distribusi untuk lebih mendekatkan diri ke pelanggan. "Implikasinya kebutuhan terhadap toko retail berkurang, tetapi ada pertambahan ke arah yang berbeda, seperti gudang dan pusat distribusi," kata Lucy, Rabu (30/8/2017) seperti dikutip dari Katadata.co.id.
Menurut Anton Sitorus, Direktor Head of Research & Consultancy, prospek pergudangan moderen akan makin cerah seiring pertumbuhan e-commerce.
Pertumbuhan ini memancing masuknya investor asing untuk mengembangkan bisnis pergudangan. Salah satunya adalah Logos Metrolink Logistic.
Perusahaan fund manager asal Australia itu membangun gudang di Bekasi, Jawa Barat seluas 107 ribu meter persegi. "Selain itu, ada juga perusahaan Malaysia yang akan mengembangkan pergudangan di Marunda, Jakarta" kata Anton seperti dikutip dari KONTAN.
Pemain pergudangan juga optimistis dengan tren geliat e-commerce ini. Menurut riset Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), kelas menengah Indonesia hingga 2030 jumlahnya diperkirakan tumbuh 59 persen sejak 2014.
Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, kenaikan masyarakat kelas menengah akan berdampak pada kenaikan daya beli masyarakat. Salah satu sektor yang terimbas positif adalah e-commerce. "Dengan adanya kenaikan daya beli, akan tumbuh volume logistik," katanya kepada Bisnis, Kamis (3/8/2017).
Mohamaf Feriadi, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) yakin bisnis pengiriman ekspres dan logistik secara keseluruhan dapat tumbuh hingga 25 persen tahun ini.
Pendorongnya adalah fakta kalau pangsa pasar e-commerce Indonesia merupakan salah satu yang paling besar di Asia. Yukki, yang juga Chairman Asean Freight Forwarders Association (AFFA) menyatakan, kinerja sektor logistik Indonesia paling bagus di ASEAN. Penyebabnya, genjotan sektor e-commerce membuat bisnis logistik mengkilap.
Yukki membandingkan kinerja negara-negara ASEAN berdasar laju pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR).
Pada rentang 2013-3017, CAGR Singapura hanya 7,3 persen, Filipina 11,3%, dan Thailand 9,7 persen. Sedangkan Indonesia mencapai 11,7 persen.
Riset Google tahun lalu bersama Temasek, menaksir potensi belanja online di Indonesia akan membesar dalam 10 tahun. Pasar e-commerce di Indonesia tumbuh 39 persen per tahun.
Pada 2015, e-commerce di tanah air mencapai US $1,7 miliar. Pada 2025 diperkirakan pasar e-commerce di Indonesia mencapai US $46 miliar. Porsi Indonesia dalam e-commerce Asia Tenggara juga makin membesar. Pada rentang yang sama porsi e-commerce Indonesia dari 31 persen menjadi 52 persen.
Tak heran, pemain lokal giat membangun gudang. Dua di antaranya PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).
"Kami akan terus ekspansi. Prospek pergudangan logistik sewa ini masih cukup bagus, " kata Asa Siahaan, Investor Relation MLPP. Paruh pertama tahun ini, MLPP mengoperasikan gudang di Depok yang disewa e-commerce Lazada.
Sedangkan SSIA, tengah membangun dua gudang di Makassar dan Balikpapan dengan kapasitas masing-masing 10 ribu meter persegi. "Gudang tersebut akan beroperasi pada November 2018," ungkap Erlin Budiman, Investor Relation SSIA.
Savills memprediksi hingga tahun 2020, perusahaan start up termasuk e-commerce akan bertambah 13 ribu perusahaan.
Kini, pasokan pergudangan logistik saat ini di Indonesia hanya sekitar 8,1 juta meter persegi. Dari jumlah itu, sekitar 94 persen digunakan perusahaan konsumer dan 3 persen perusahaan logistik service provider. Perusahaan e-commerce baru menggunakan 3 persen pasokan pergudangan logistik.
"Ke depan kebutuhan akan pergudangan akan besar. Namun arahnya ke pergudangan konsep modern karena produk e-commerce membutuhkan klasifikasi seperti itu," kata Anton.

Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ri-pergudangan
---
Baca juga dari kategori BERITA :
-

-

-



anasabila memberi reputasi
1
992
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan