- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kemana Hati Berlabuh (Fiksi)


TS
zotacpower
Kemana Hati Berlabuh (Fiksi)
Setelah sekian lama menjadi secret reader di forum SFTH, TS berkeinginan untuk menuangkan cerita yang selama ini sering terlintas di angan-angan. Mohon maaf jika nanti feel yang ada dalam cerita masih hambar dikarenakan baru belajar menulis cerita. Karena sejatinya semuanya tak luput dari salah dan khilaf.
Prolog
Quote:
Nasib, cinta, pengorbanan dan perjuangan setiap anak manusia tidak sama. Kadang berada posisi teratas, kadang juga bisa berada dibawah. Ibarat daur hidup, semuanya akan melewati fase balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan manula jika sudah digariskan. Pendewasaan seseorang butuh proses dan waktu. Suatu hal yang umum jika proses itu terjadi ketika seseorang menginjak fase remaja. Dimana akan selalu muncul alasan untuk mencari jati diri. Tak menutup kemungkinan apabila seseorang akan lebih cepat dari yang seharusnya. Bahkan ada juga segelintir orang justru terlambat dalam menuju proses pendewasaannya. Disinilah cerita itu dimulai. Masa SMAku.....
Quote:
Cerita ini hanyalah hasil nglamun TS semata, jika ada kesamaan tokoh, tempat, jalan cerita dan konflik mohon maaf jangan dibesar-besarkan 

. Jangan dikaitkan dengan isu politik, isu agama dan isu-isu lainnya



Quote:
Untuk jadwal update, TS tidak berani menjanjikan. Tapi diusahakan minimal 2x dalam sebulan. Jika dirasa cerita ini menghiburkan bisalah dikirim 

. Apabila membosankan bisalah jangan dikasih 








Spoiler for Part 1 : Introduction:
Hiruk pikuk suporter memenuhi seisi stadion. Sorak sorai teriakan mengiringi yel-yel yang dikumandangkan. Ditengah lapangan dua tim saling berebut satu sama lain. Kali ini giliran tim lawan yang menyerang. Bola berpindah dari kaki ke kaki secara teratur. Evan mencoba mencari celah untuk mencuri bola, namun usahanya belum berhasil. Kini giliran Maldini yang menghadang pemain lawan. Bola hampir saja berhasil direbut namun lawan lebih pandai menggocek bola.
Umpan pendek satu dua bergantian mempercepat tempo penyerangan. Kini giliranku menghalau bola yang di bawa lawan karena memang itulah tugasku sebagai baris pertahanan utama setelah kiper. Diapun berada satu meter tepat didepanku. Ku condongan tubuh ke depan sembari kakiku berusaha merebut bola itu. Namun lawan sepertinya mampu membaca peluang dengan lihai. Sepersekian detik sebelum aku berhasil merebut bola dikakinya, bola itu sudah melambung ke arah tiang jauh, kiperpun berusaha menjangkaunya. Seketika waktu seakan melambat, bagai efek slowmotionlayaknya sebuah film. Pemandangan yang mengguncang batin bagi siapa pun yang melihatnya.
Quote:
“Dek bangun, Udah jam enam” Suara malaikat itu membuyarkan mimpiku yang bahkan aku sendiri tidak tahu itu mimpi yang indah atau buruk
“Astaghfirullah hal adzim.” kalimat itupun keluar dari mulutku.
“Astaghfirullah hal adzim.” kalimat itupun keluar dari mulutku.
Seketika aku duduk di atas tempat tidur sambil berusaha mengumpulkan sisa-sisa nyawa yang belum pulih. Pikiranku masih diambang antara sadar dan tidak.
Shit, belum sholat shubuh gumamku dalam hati.
Segera aku keluar kamar menuju kamar mandi. Di ujung sana, berjalan seorang perempuan hendak memasuki kamar mandi itu.
Quote:
“Mbak gua dululuan mbak.” sahutku memohon.
“Apaan sih, antri dong.” jawabnya ketus.
“Ayolah mbak, darurat nih. Mau nanggung dosanya?” rayuku.
“Yaudah, tapi cuman wudhu doang.”
“Iya bawel.” jawabku sembari masuk kamar mandi.
“Apaan sih, antri dong.” jawabnya ketus.
“Ayolah mbak, darurat nih. Mau nanggung dosanya?” rayuku.
“Yaudah, tapi cuman wudhu doang.”
“Iya bawel.” jawabku sembari masuk kamar mandi.
***
Sial umpatku dalam hati ketika waktu menunjukkan pukul 06.45. Dan hal itu berarti aku nggak boleh bersantai-santai. Aku pun bergegas menuju meja belajar memasukkan buku buku serta barang yang ada diatasnya. Setelah merasa semua beres, ku raih hoodie bertuliskan Arsenal di gantungan baju dan langsung memakainya diiringi ransel hitam yang biasa ku pakai sehari-hari. Setelah merasa semua sudah masuk ke ransel, aku segera keluar dari kamar berukuran 3x4 meter yang berada di lantai 2 rumah ini. Dari kamar menuju pintu depan selalu melewati meja makan. Karna memang letak kamarku tepat diatasnya. Di meja makan sudah ada sepasang suami istri yang telah bersama sepanjang 22 tahun ini.
Quote:
“Ma....Pa..aku berangkat duluan.” ucapku meminta ijin sambil mencium tangan mereka tergesa-gesa.
“Sarapan dulu mas.” perintah mama yang saat itu sedang mengambilkan sarapan papa.
“Nanti aja ma, di sekolah. Daffa udah hampir telat nih.” sembari meninggalkan mereka tergesa-gesa.
“Sarapan dulu mas.” perintah mama yang saat itu sedang mengambilkan sarapan papa.
“Nanti aja ma, di sekolah. Daffa udah hampir telat nih.” sembari meninggalkan mereka tergesa-gesa.
Aku berlari menuju jalan raya tempat biasa angkot ngetem. Sesampainya di halte kebetulan ada angkot yang siap berangkat. Beruntung tidak perlu buang waktu pikirku.
Pagi yang cerah disertai kicauan burung menemani perjalananku membelah keramaian kota itu. Kota yang tidak memiliki pantai namun dilewati oleh sungai yang lumayan panjang. Yang dalam sejarahnya sungai ini dulu membagi dua kerajaan agar tidak terjadi perang saudara dimasanya. Kota yang memiliki sebuah bangunan mirip arc de triomphe di paris. Kota yang dijuluki kota tahu sebagai makanan khasnya. Kota yang diatasnya berdiri sebuah perusahaan rokok terkenal di Indonesia (walaupun nama dengan apa yang dijual sangat bertolak belakang). Dan masih banyak lagi ciri khas yang dimiliki kota kelahiranku ini.
***
Setelah memasuki gerbang sekolah, Ku lirik jam di tangan ternyata waktu menunjukkan pukul tujuh lima belas.
Ternyata gini rasanya telat batinku.
Terlihat siswa-siswi lain yang di bariskan di samping ruangan kepala sekolah. 30 menit waktu yang diberikan untuk mendapatkan kuliah pagi sebelum diperbolehkan masuk ke kelas. Setelah mendapat izin masuk akupun bergegas menuju kelas. Hampir semua kelas yang aku lewati telah berlangsung kegitan belajar mengajar, namun ada beberapa kelas yang sepertinya tidak dimasuki gurunya. Karena ada beberapa siswa yang berkumpul di depannya.
Assalamualaikum ucapku seraya mengetuk pintu lalu membukanya.
Yap, tentu saja setelah pintu terbuka semua mata tertuju ke arahku. Asem... dikira artis apa gumamku dalam hati. Setelah memberikan surat izin masuk kelas dan menjelaskan alasan mengapa aku telat kepada pak Johan, akhirnya aku dipersilahkan duduk oleh beliau. Setelah melihat seisi ruangan, dengan sialnya cuma ada satu bangku yang kosong. Asem... kenapa harus sama dia batinku. Dengan berat hati aku menuju bangku itu, dan bersiap memulai pelajaran.
Quote:
“Fir, tadi pak Johan bahas apaan?” tanyaku.
“Disintegrasi bangsa.”
“Oh.”'
“Disintegrasi bangsa.”
“Oh.”'
10 menit kemudian
Quote:
“Kalian baca materinya dulu, kalau ada pertanyaan nanti bisa ditanyakan di pertemuan selanjutnya. Saya ada rapat sebentar. Assalamualikum, selamat pagi” kata pak Johan mengakhiri pelajaran
“Tumben telat, kenapa?” tanya Firda memulai percakapan.
"Bangun kesiangan.”
“Kok bisa bangun kesiangan?, biasanya juga dateng paling pagi.”
“Semalem nonton bola.”
"Oh.”
“Udah ngerjain tugas kimia?” tanyanya lagi.
“Udah.”
“Lihat dong.”
“Nih.” jawabku sambil menyodorkan buku kimia.
“Tumben telat, kenapa?” tanya Firda memulai percakapan.
"Bangun kesiangan.”
“Kok bisa bangun kesiangan?, biasanya juga dateng paling pagi.”
“Semalem nonton bola.”
"Oh.”
“Udah ngerjain tugas kimia?” tanyanya lagi.
“Udah.”
“Lihat dong.”
“Nih.” jawabku sambil menyodorkan buku kimia.
Sepertinya Firda belum menyelesaikan PR nya. Karena setelah mendapatkan buku milikku, kini dia sibuk dengan kegiatannya menyalin di buku. Setelah beberapa saat hening, Firda kembali membuka percakapan.
Quote:
“Daf, aku mau cerita. Kemarin ada anak kelas ipa 6 minta kenalan.” kata Firda.
Sontak seisi ruangan menoleh ke arah kami.
“Terus.”
“Ya akhirnya kita ngobrol ngobrol gitu.”
“Masa?.”
“Terus akhirnya dia minta nomerku. Karena kasihan, jadinya aku kasih deh.”
“Bodo.” jawabku singkat.
“Daaff... Lo dari tadi diajak ngobrol kok nyebelin banget sih. Pantes sampe sekarang masih aja jomblo.” ucap Firda dengan nada tinggi.
Sontak seisi ruangan menoleh ke arah kami.
***
Tet...tet...tet... bel istirahat pun berbunyi. Berbondong-bondong siswa keluar dari ruangan nya. Waktunya bagi kami merefresh otak yang sedari tadi diperas untuk mengerjakan ujian matematika. Karena hampir tidak sanggup menahan beban dorongan kantung kemih yang sepertinya sudah penuh, aku pun buru-buru lari menuju pintu.
Quote:
“Kemana Daf?” tanya Panji ketika melihatku berlari menuju pintu.
“Kebelet, lo duluan aja” jawabku sambil membuka pintu.
Jarak dari kelasku menuju toilet sebenarnya tidak terlalu jauh. Mungkin karena memang sudah kebelet, jadi terasa agak jauh. Sampai ditoilet, segera aku masuk dan menumpahkan beban yang ku tahan dari tadi. Ah... nikmat. Lega rasanya, hilang sudah beban yang kurasakan sejak tadi gerutuku. Setelah kelar urusanku di toilet, aku pun bergegas menuju kantin. Dari kejauhan sudah terlihat Panji CS menempati meja pojok dekat penjual mie ayam pak Kumis, tempat favorit kami. Namun entah kenapa kali ini perasaanku nggak enak.
Quote:
“Bahas apaan nih, kayaknya seru” Ucapku seraya duduk dan mereka pun dengan kompak pergi meninggalkan meja ini.
“Woy... bangs**...Malah pergi” Teriakku. Seketika itu suasana kantin berubah hening dan semua mata tertuju ke arahku.
“Eh maaf-maaf, ini cuma salah paham” ucapku malu. Panji CS pun kembali ke meja sambil tertawa puas.
“Nyesel gue kesini” sahutku ketus.
“Gitu aja ngambek, kayak cewek aja” ledek Agung.
“Lo tuh yang baper, gue mah biasa aja” jawabku ketus.
“Daf, lo jadian sama firda ya?” tanya Kevin.
“Iya, lo jadian ya sama si firda? Wah, traktiran nih” Tambah Wildan.
“Nggak lah, Fitnah dari mana lagi tuh? Lo semua kan paham gimana gue” bela ku.
“Lo kan homo ya” ujar Agung.
“Asu gung” ucapku.
“Lah terus tadi pagi apaan Daf? Sampe si Firda teriak-teriak gitu” sahut Panji meminta kejelasan.
“Tau lah, lagi PMS kali. Lo semua udah pada pesen?, kalau belum gue nitip” ucapku.
“Lah, kita ini nunggu PJ dari lo” jawab Panji.
“PJ matamu, nggak ada.” jawabku ketus.
“Yah, nggak jadi dapet makan gratis” celetuk Wildan.
Kami pun memesan makanan pilihan kami. Aku memilih nasi goreng telur dadar pedes sama es jeruk seperti biasanya. Panji dan Wildan memilih mie ayam sama es teh. Kevin memilih gado-gado sama jus jambu. Sedangkan Agung memilih Soto Ayam sama kopi item. Sembari menunggu pesanan datang, kami mengobrol tentang kondisi politik negeri ini dan kesejahteraan hati para jomblo dikarenakan semakin berkembangnya populasi kakak gemes di sekolah ini. Sampai akhirnya pesanan kami datang. Dan segera kami santap.
Quote:
“Firda cantik kan Daf?” tanya Kevin ketika kami sedang makan.
“uhuk...uhuk” sontak aku kaget mendengar ucapan Kevin barusan.
“Namanya cewek pasti cantik lah. Mana mungkin ganteng” jawabku setelah meminum es jeruk.
“Semua tau kalau cewek itu cantik. Maksud gue, firda itu cantiknya beda dari yang lain. Iya kan?” Timpal kevin.
“Kalau menurut gue sih lumayan. 85/100 lah” sahut Wildan.
“Setuju gue sama wildan” pungkas Agung.
Akupun masih termenung menyerap kata-kata kevin tadi. Sepertinya Kevin memiliki rasa terhadap Firda. Timbul niat untuk iseng pada Kevin.
“Gue akuin si Firda emang cantik, tapi emang dia mau sama lo” ledekku.
“Hahaha” Panji, Wildan, dan Agung tertawa setelah mendengar ucapanku.
“Ya jelas mau lah, lagian siapa juga yang mau nolak cowok seganteng gue” ucap kevin kepedean.
“Udah, jujur aja. Lo suka sama Firda kan? Pantes waktu gue dateng tadi langsung lo tanyain gue jadian sama dia apa nggak” ucapku men-skakmat Kevin.
“Ah, perasaan lo aja kali Daf” bela Kevin tersipu.
“Tuh kan muka lo aja merah. Udah lah jujur aja ama sohib sendiri” ucap Panji.
“Menurut kalian gimana?” tanya Kevin.
“Gue sih support aja vin” jawab Wildan.
“Pasti kita support lo” timpal Agung.
“Tapi kalau dia nggak mau sama gue gimana?” tanya Kevin ragu.
"Gampang, nanti gue bantu sepik tipis-tipis" jawabku santai
"Anji**, enak di lo itu mah" kevin dongkol.
"Hahaha" panji, wildan, agung tertawa.
“Deketin aja dulu. Nggak ada yang tau kalau belum di coba” jawab gue sok bijak.
“Nah tumben lo bijak Daf. Lo sendiri gimana? Masih aja jomblo” celetuk Panji.
“Gue emang belum ada niatan pacaran Nji” belaku.
“Alibi lo aja itu mah. Bilang aja nggak berani PDKT ama cewek” ledek Agung.
“Taik” jawabku ketus.
“Eh liat tuh, ada cewek cakep” ucap Wildan mendinginkan suasana.
“Wih, bening coy” sahut Panji terpesona.
“Minus gue ngurang nih abis liat dia” ucap Agung.
“Udah biasa aja kalau liat, lagian dia udah punya cowok” sahutku.
“Sok tau lo Daf” bela Agung.
“Ya tau lah, dia itu temen sekelas gue waktu SMP” jawab gue sambil menyeruput es jeruk.
“Wah parah, punya temen cakep nggak bagi-bagi. Kenalin lah Daf” bujuk Wildan.
“Iya Daf, kenalinlah. Walaupun udah punya cowok, tapi selama janur kuning belum melengkung....” Belum selesai kalimat itu keluar dari mulut agung tapi langsung ku potong.
“Awas aja macem-macem. Cowoknya sohib gue tuh” Ancam ku.
“Ah nggak asik lo” ucap Wildan.
Bel tanda masuk pun berbunyi. Setelah menghabiskan makanan dan membayarnya kami segera kembali ke kelas.
Diubah oleh zotacpower 13-08-2019 04:10






someshitness dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan