lin.dwijaAvatar border
TS
lin.dwija
Impianku





Pramuka atau Praja Muda Karana adalah impianku sejak lama. Aku telah mengikuti kegiatan itu sejak kecil. Harapan terbesar dalam hidupku menjadi team khusus atau istilah lainnya Pasus.

Pasus itu berbeda dengan Pramuka biasanya. Kegiatan pasus di antaranya, mendapatkan pelatihan khusus, ada materi kepramukaan dan latihan praktik. Tim ini dilatih agar dapat mengikuti berbagai lomba di luar sekolah juga sebagai panutan di ruang lingkup sekolah.

Aku sangat ingin bisa masuk menjadi anggotanya. Namun, banyak yang mengatakan jika aku tak layak berada di dalam kegiatan yang membutuhkan tenaga yang kuat itu.

Memang dari kecil aku mengalami lemah jantung, jenis Hypertrophic cardiomyopathy. Jantung lemah jenis ini termasuk yang paling umum dan dapat ditemukan pada pasien dari berbagai golongan usia. Kardiomiopati hipertropik terjadi ketika otot jantung membesar dan menebal tanpa penyebab yang pasti.

Penebalan otot jantung menyebabkan penyempitan atau penyumbatan pada ventrikel jantung. Hal ini menyebabkan jantung semakin sulit memompa darah. Kondisi ini juga dapat mengakibatkan ventrikel kaku, katup mitral jantung berubah, dan perubahan sel-sel di jaringan jantung.

Itulah sebabnya orang lain mengatakan aku tidak pantas masuk ke Pasus. Bahkan memilih ekstrakurikuler pramuka saja, aku dikatakan sudah salah. Namun, aku akan membuktikan aku bisa masuk menjadi anggota. Sudah berbagai macam kegiatan aku lakukan. Aku tak akan menyerah begitu saja.

"Mika, sudah siapain alat untuk kemah belum?" Panggilan itu membuatku menoleh. Terlihat Rara, teman sekaligus anggota pramuka sama sepertiku, berjalan menghampiri.

"Udah, aku tinggal siapin bendera semaphore, tali pramuka, sama tongkat aja," jawabku. Rara duduk dan menatapku sendu.

"Kamu yakin bisa ikut seleksi jadi anggota Pasus? Aku khawatir, lho," ucap Rara membuatku tersenyum. Ya, hanya Rara yang tidak meremehkanku. Gadis itu justru selalu memberi semangat agar aku tidak menyerah mewujudkan impianku.

"Aku bisa, Ra. Aku yakin," sahutku mantap. Rara tersenyum lalu memelukku.

"Kalo misal nggak kuat, jangan dipaksa, ya? Kesehatan kamu lebih penting."

Aku mengangguk pasti. Sungguh beruntung rasanya memiliki Rara. Hanya dialah yang tahu tentang kondisi kesehatanku. Aku tersenyum lalu memeluk Rara dengan erat.

***
"Oke anak-anak, seleksi akan di mulai. Siapkan diri kalian." Suara dari pembina pramuka membuat jantungku berdebar-debar. Takut, khawatir, dan tidak sabar menantikan ini. Aku yakin bisa!

Setelah menjawab pemahaman dasar Pramuka, LKBB (Latihan Keterampilan Baris-berbaris) dasar dan lainnya. Aku bisa mengerjakan itu semua dengan lancar. Setelah ini, akan ada latihan fisik yang kuharap aku juga bisa melakukannya.

"Mika, semangat!" pekikan Rara membuatku tersenyum. Itu memnuat semangatku naik untuk segera menyelesaikan seleksi ini.

Kini adalah latihan tali menali, dengan penuh konsentrasi aku. Pembina memintaku membuat ikatan Simpul Barrel Hitch, Simpul Tiang, Simpul Pangkal, dan Simpul Diagonal. Itu pun aku bisa menyelesaikannya dengan baik. 

Aku selesai dan segera menghampiri Rara dengan gembira.

"Ra, aku bisa!" pekikku tertahan. Aku memeluk Rara dengan erat bahkan aku tak bisa menahan air mataku. Kini tinggal beberapa kegiatan lagi yang harus aku lakukan. Aku harus tetap semangat dan tidak menyerah.

***
"Kegiatan terakhir kita hari ini adalah, merangkak di parit, dan teknis menaksir berat. Semangat, kalian bisa!" Sorakan dari pembina menggema di semua tempat, dan diikuti oleh anggota lainnya. Semua bersemangat mengikuti kegiatan terakhir hari ini. Besok masih ada beberapa kegiatan sampai akhirnya dipilihlah siapa yang berhasil masuk ke dalam Pasus.

Aku benar-benar tak sabar menjadi anggota tim. Melihat kelancaranku dalam mengikuti setiap kegiatan, aku yakin aku bisa mendapatkan tempat di tim. Hanya saja, kegiatan terakhir ini membuatku sedikit khawatir. Aku pun merasa tubuhku mulai tidak enak. Panas terik yang sejak tadi menusuk kepala hingga masuk ke tubuh, menimbulkan rasa pening. Berkali-kali aku mengurut pangkal hidungku guna menghilangkan rasa pusing itu.

"Kamu kenapa?" tanya Rara yang tiba-tiba ada di sampingku.

"Agak pusing," jawabku singkat.

"Kamu yakin kuat? Muka kamu udah pucet lho itu." Aku menoleh ke arah Rara.

"Aku bisa." Kulihat raut khawatir di wajah Rara. Aku menggenggam tangannya dan tersenyum, berusaha meyakinkan dirinya.

Rara menggeleng. Ia benar-benar terlihat khawatir. Sampai suara dari pembina membuatku segera berlari menghampiri. Anggota diminta berbaris dan mendengar arahan. Lalu setelahnya, kami semua di minta merangkak di parit.

Kotor, sakit, panas dan berlumpur. Semua itu seketika membuatku semakin pusing. Aku menggeleng dan menguatkan diri. Sampai akhirnya aku bisa melewatinya. Kemudian adalah tes penaksiran. Saat ini kami diminta untuk menaksir berat batu.

Mataku perlahan berkunang-kunang. Jantung pun berdegup dengan kencangnya. Rasa sesak menghampiri rongga dada. Aku berusaha mengabaikan lalu meraih satu batu di kanan dan satu batu di kiri. Berusaha mengontrol diri dan mencoba mengira berapa berat dari batu ini. Namun, makin lama, tubuhku semakin tidak kuat. Pandangan semakin memburam dan aku tak ingat apa pun lagi.

***
"Mika, kamu baik-baik aja?" Aku menatap Rara yang tengah menatapku dengan raut cemas. Aku meneliti setiap ruangan dan aku tahu ini adalah rumah sakit. Kuembuskan napas panjang dan menutup mata. Namun, tiba-tiba aku teringat akan kegiatan pramuka tadi.

"Ra, gimana seleksinya? Udah selesai, ya? Aku pasti pingsan. Ra, ayo kita balik ke tempat seleksi, aku harus nyelesain tugasku."

"Udah, Mika. Kamu harus istirahat."

"Ra, aku nggak mau gagal. Aku harus masuk jadi anggota Pasus."

Air mataku sudah tak terbendung lagi. Aku bangkit dari lalu berusaha mencabut selang infus di tangan. Rara menahan tanganku lalu memelukku dengan erat. Aku menggeleng, dan melepas pelukan Rara. Aku tidak terima jika harus gagal di tugas terakhir. Aku harus menyelesaikannya!

"Udah, Mika, udah. Jangan gini. Aku nggak akan pernah ikut tim kalo kamu juga nggak masuk." Rara ikut terisak yang membuat perlawananku melemah. Air mataku mengalir dengan derasnya saat aku tahu, aku telah gagal dalam seleksi.

-Tamat-
bekticahyopurno
yukinura
anasabila
anasabila dan 16 lainnya memberi reputasi
17
2.3K
30
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan