Quote:
Debaran jantung ini terpacu mengikat diri.
Seperti ritme harmonisasi getaran-getaran yang tak bisa ku pahami.
Melayang jauh membumbung tinggi melewati batas kegundahan hati.
Rasa apakah yang sesungguhnya ku miliki?
Oh Tuhan,,
Betapa indah rasa yang kau hadiahkan.
Engkau kirim seorang peri cantik nan menggemaskan.
Dengan lesung pipi disetiap senyuman.
Garis-garis tegas penuh keagungan.
Aku tersihir bagaikan nada-nada musikalisasi memainkan syair.
Sayapmu berkilau cahaya kilat nan mempesona.
Apakah aku benar-benar jatuh cinta?
Pada dirimu yang tak ingin ku sebutkan.
Engkau putri cantik nan jelita.
Impian setiap insan tuna asmara.
Lengkuk garis wajah yang tenang.
Menghipnotis pada kedamaian.
Sedalam lautan biru nan menenangkan.
Seindah musim semi kuning keemasan.
Memapah jiwa yang meronta akan kasih cinta.
Kau yang selalu ada didalam angan.
(Terima kasih untuk mba Indah yang udah bantu bikinin puisi)
Terima kasih atas segala apresiasi yang diberikan, baik dari pihak Kaskus maupun para Kaskuser kepada gw selama menulis di rumah tercinta kita ini. Karena kalianlah, gw sebagai penulis amatir ini masih percaya diri untuk menulis dan berbagi cerita di SFTH. Mohon izin kepada momod setempat beserta jajarannya yang selalu sabar dalam menjalankan tugas. Juga para sesepuh, rekan penulis dan pembaca setia cerita-cerita di SFTH. Semoga semua selalu diberi kesehatan dan dilapangkan rizkinya, Amin.Terlepas dari semua kekurangan yang gw miliki, dengan segala kerendahan hati, gw meminta maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran sangat diterima. Bisa colek via PM, kok.
****
Ketika ada yang bertanya, siapa orang yang berjasa dalam hidup gw selain orang tua? Tanpa perlu berpikir panjang, gw akan menyebut sebuah nama.. dia yang selalu hadir dalam tiap ingatan. Untaian kata tak dapat menggambarkan betapa istimewa dirinya.
Prolog
Quote:
Kami berdua duduk di sofa sambil menyaksikan acara televisi. Langit mulai gelap karena senja baru saja berlalu.
"Andai aku terlahir duluan ke dunia ini.. pasti usia aku lebih tua dari mba, dong? Nah, kira-kira ada kemungkinan kita bisa jadian, ga?" Tanya gw dengan polosnya. Gw sadar ini adalah pertanyaan terkonyol yang ga seharusnya gw lontarkan.
Reaksi mba Ryana terlihat biasa cenderung cuek mendengar pertanyaan gw. Dia membetulkan posisi duduknya. Pakaian kerja masih menempel di tubuhnya karena belum seperempat jam dia tiba di rumah dari tempat kerjanya.
"Cinta itu ga memandang usia, strata atau lainnya. Kalo udah klik, kenapa engga?" Jawab mba Ryana santai namun tatapannya menyiratkan kecurigaan.
"Oh, sukur deh," celetuk gw.
"Tapi terlalu berharap juga ga baik, karna terkadang kenyataan itu menyakitkan."
Rules :
1. Jaga bicara, hindari komen negatif
2. Saling menghargai sesama
3. Jangan mengomentari kehidupan TS
4. Taati peraturan yang ada di subforum (SF) ini.
Quote:
DILARANG KERAS :
1. Mengcopy, menyimpan dan memperbanyak lalu mempublikasikan cerita ini untuk tujuan komersial atau demi keuntungan pribadi tanpa ada izin dari penulis yaitu gw sendiri inginmenghilang a.k.a Prima.
2. Mengcopy dan menyimpan lalu membelokkan (mengedit) isi cerita sehingga merubah esensi dari jalan cerita yang ada.
Mengabaikan peringatan diatas dapat dianggap perbuatan melawan hukum dan ada konsekuensinya. Poin diatas sewaktu-waktu dapat dirubah tergantung situasi dan kondisi.