- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dianggap Maksiat, Jember Fashion Carnaval Dikecam FPI


TS
goldjempol
Dianggap Maksiat, Jember Fashion Carnaval Dikecam FPI
Surabaya, CNN Indonesia -- Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur mengecam keras penyelenggaraan Jember Fashion Carnaval (JFC) 2019, yang dilaksanakan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, 31 Juli-4 Agustus lalu. FPI menilai acara tersebut nirfaedah dan sarat maksiat.
Ketua DPD FPI Jatim Habib Haidar Alhamid mengatakan kecaman terhadap JFC 2019 berdasarkan sejumlah foto dan video yang merekam acara itu. Dari foto dan video itu FPI menilai JFC telah melanggar norma kesusilaan dan norma agama, karena mempertontonkan aurat.
"Kami lihat di lapangan, juga dari bukti foto dan sebagainya, sudah lengkap, acara ini sudah melanggar norma susila, norma agama, melanggar syariat," kata Haidar, saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Rabu (7/8).
JFC adalah sebuah even karnaval busana yang setiap tahun digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karnaval ini digagas oleh Dynand Fariz sejak 2001. Dalam acara ini ratusan hingga ribuan masyarakat Jember memperagakan busana etnik nan meriah dengan berbagai tema.
Haidar menilai bahwa JFC hanyalah ajang eksploitasi budaya. Ia mengaku telah menolak gelaran ini sejak lama, dan puncaknya terjadi pada JFC 2019 yang dihadiri aktris Cinta Laura.
"Jelas, lah, dia (Cinta Laura) mengumbar aurat. Yang jelas kan itu. Bukan cuma pakaiannya, tapi juga meninggalkan salat, berdandan yang berlebihan, norma agama dan norma sosial tidak diperolehkan, itu eksploitasi budaya, budaya dari mana?" kata Haidar.
Ia juga mempertanyakan manfaat JFC. Menurutnya jika ditinjau dari segi ekonomi dan kreatifitas, banyak acara yang bisa digelar dan lebih baik ketimbang JFC.
"Apa itu dibilang kreatifitas anak bangsa? Kreatifitas konyol itu, itu ada budaya luar dan sudah terjadi di Brasil, kita cuma jiplak," ujarnya.
FPI mendesak penyelenggara dan pemerintah Jember mau menghentikan JFC terhitung mulai tahun depan. JFC sendiri adalah acara yang sudah berjalan sejak 2001.
Kata Haidar, FPI mendorong agar pemerintahan Jember mengganti JFC dengan ajar yang menurutnya lebih bermanfaat. Dia mencontohkan acara seperrti lomba baca Al Quran, santunan anak yatim, dan kompetisi ilmu pengetahuan.
"Harus dibubarkan, bukan FPI yang bubarkan tapi aparatur negara yg menghentikan ini. Kalau FPI jelas menolak," ujar dia.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) JFC, Suyanto, mengatakan protes dari FPI menjadi pelajaran. Ia juga memohon maaf atas keresahan yang bergulir di masyarakat.
Ia menyebut apa yang terjadi dalam gelaran JFC tahun ini adalah sebuah kelalaian panitia.
"Ini kelalaian panitia, tanggung jawab saya, dan mohon maaf," katanya, saat dikonfirmasi.
Kendati demikia, ia tak mau sepenuhnya menyalahkan Cinta Laura. Menurutnya, dalam JFC tahun ini pihaknya luput melakukan kurasi busana Cinta Laura.
"(Cinta) adalah sahabat yang baik dan tulus menghargai karya sahabatnya dengan tulus, itu adalah tamu kehormatan kami," katanya.
Protes semacam ini, kata dia juga pernah terjadi pada JFC tahun 2005. Saat itu, JFC mendapatkan masukan dari DPRD Kabupaten Jemberk dan masukan itu diterapkan pada JFC tahun-tahun selanjutnya.
Maka itu, Suyanto mengatakan penyelenggara JFC akan melakukan koreksi serta memperbaiki proses kurasi busana dengan ketat, dalam gelaran tahun-tahun berikutnya.
"Konsep JFC nantinya adalah konsep busana yang menutup dari ujung rambut hingga kaki," kata dia.
https://m.cnnindonesia.com/nasional/...al-dikecam-fpi
Ketua DPD FPI Jatim Habib Haidar Alhamid mengatakan kecaman terhadap JFC 2019 berdasarkan sejumlah foto dan video yang merekam acara itu. Dari foto dan video itu FPI menilai JFC telah melanggar norma kesusilaan dan norma agama, karena mempertontonkan aurat.
"Kami lihat di lapangan, juga dari bukti foto dan sebagainya, sudah lengkap, acara ini sudah melanggar norma susila, norma agama, melanggar syariat," kata Haidar, saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Rabu (7/8).
JFC adalah sebuah even karnaval busana yang setiap tahun digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karnaval ini digagas oleh Dynand Fariz sejak 2001. Dalam acara ini ratusan hingga ribuan masyarakat Jember memperagakan busana etnik nan meriah dengan berbagai tema.
Haidar menilai bahwa JFC hanyalah ajang eksploitasi budaya. Ia mengaku telah menolak gelaran ini sejak lama, dan puncaknya terjadi pada JFC 2019 yang dihadiri aktris Cinta Laura.
"Jelas, lah, dia (Cinta Laura) mengumbar aurat. Yang jelas kan itu. Bukan cuma pakaiannya, tapi juga meninggalkan salat, berdandan yang berlebihan, norma agama dan norma sosial tidak diperolehkan, itu eksploitasi budaya, budaya dari mana?" kata Haidar.
Ia juga mempertanyakan manfaat JFC. Menurutnya jika ditinjau dari segi ekonomi dan kreatifitas, banyak acara yang bisa digelar dan lebih baik ketimbang JFC.
"Apa itu dibilang kreatifitas anak bangsa? Kreatifitas konyol itu, itu ada budaya luar dan sudah terjadi di Brasil, kita cuma jiplak," ujarnya.
FPI mendesak penyelenggara dan pemerintah Jember mau menghentikan JFC terhitung mulai tahun depan. JFC sendiri adalah acara yang sudah berjalan sejak 2001.
Kata Haidar, FPI mendorong agar pemerintahan Jember mengganti JFC dengan ajar yang menurutnya lebih bermanfaat. Dia mencontohkan acara seperrti lomba baca Al Quran, santunan anak yatim, dan kompetisi ilmu pengetahuan.
"Harus dibubarkan, bukan FPI yang bubarkan tapi aparatur negara yg menghentikan ini. Kalau FPI jelas menolak," ujar dia.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) JFC, Suyanto, mengatakan protes dari FPI menjadi pelajaran. Ia juga memohon maaf atas keresahan yang bergulir di masyarakat.
Ia menyebut apa yang terjadi dalam gelaran JFC tahun ini adalah sebuah kelalaian panitia.
"Ini kelalaian panitia, tanggung jawab saya, dan mohon maaf," katanya, saat dikonfirmasi.
Kendati demikia, ia tak mau sepenuhnya menyalahkan Cinta Laura. Menurutnya, dalam JFC tahun ini pihaknya luput melakukan kurasi busana Cinta Laura.
"(Cinta) adalah sahabat yang baik dan tulus menghargai karya sahabatnya dengan tulus, itu adalah tamu kehormatan kami," katanya.
Protes semacam ini, kata dia juga pernah terjadi pada JFC tahun 2005. Saat itu, JFC mendapatkan masukan dari DPRD Kabupaten Jemberk dan masukan itu diterapkan pada JFC tahun-tahun selanjutnya.
Maka itu, Suyanto mengatakan penyelenggara JFC akan melakukan koreksi serta memperbaiki proses kurasi busana dengan ketat, dalam gelaran tahun-tahun berikutnya.
"Konsep JFC nantinya adalah konsep busana yang menutup dari ujung rambut hingga kaki," kata dia.
https://m.cnnindonesia.com/nasional/...al-dikecam-fpi


tien212700 memberi reputasi
1
1.6K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan