- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Polusi Jakarta Berkurang usai Listrik Blackout? Ini Telaah Walhi


TS
anarchy0001
Polusi Jakarta Berkurang usai Listrik Blackout? Ini Telaah Walhi
Quote:
Selasa 06 Agustus 2019, 06:16 WIB
Polusi Jakarta Berkurang usai Listrik Blackout? Ini Telaah Walhi
Danu Damarjati - detikNews

Polusi Jakarta Berkurang usai Listrik Blackout? Ini Telaah Walhi
Danu Damarjati - detikNews

Jakarta - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mencoba menelaah kualitas udara Jakarta yang membaik pada Senin (5/8) kemarin usai dilanda blackout listrik PLN pada Minggu (4/8). Setidaknya ada tiga faktor yang diduga memengaruhi kondisi itu.
"Kombinasi tiga faktor," kata pengkampanye energi dan perkotaan Walhi, Dwi Sawung, kepada wartawan, Selasa (6/8/2019).
Pertama, matinya listrik PLN yang melanda setengah Pulau Jawa termasuk kawasan Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) membuat aktivitas penduduk berkurang. Aktivitas yang siginifikan menyumbang polusi udara adalah transportasi dan industri.
"Ini lebih ke aktivitas orang dan pabrik yang berhenti," kata Sawung.
Dia mengatakan aktivitas industrial di pabrik-pabrik kawasan Jakarta Timur dan Bekasi menggunakan batu bara. Karena listrik mati, aktivitas pabrik-pabrik juga berkurang. Pencemaran udara juga berkurang.
"Juga, angin kencang sore itu," kata Sawung.
Menurut prakiraan cuaca Badan Metereoligi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk Jakarta pada 5 Agustus 2019, angin berembus Timur Laut-Tenggara dengan kecepatan 05-25 km/jam. Menurut Sawung, ini memengaruhi kualitas udara di Jakarta pada hari kemarin.
"PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)-nya mati juga. Bila beraktivitas itu pengaruh juga ke Jakarta," kata Sawung.
Dia menyebut PLTU Babelan yang berada di sebelah timur Jakarta. Di sebelah barat Jakarta, ada PLTU Lontar. Jauh di Cilegon Banten, ada PLTU Suralaya. Emisi gas buang dari PLTU-PLTU berbahan bakar batu bara bisa saja sampai ke Jakarta bila angin mendukung. Namun kemarin, itu tidak terjadi sehingga udara Jakarta terpantau lebih baik oleh AirVisual.
"Namun demikian justifikasi ini sulit, karena alat pemantau kualitas udara di Jakarta masih kurang jumlahnya," kata Sawung.
Soal alat pemantau AirVisual, BMKG menyebut AirVisual melibatkan delapan lokasi pengukuran konsentrasi PM2,5 (debu polutan berukuran ~2,5 mikron). Tiga lokasi di antaranya menggunakan instrumen standar internasional, yakni satu unit di kantor BMKG, dan dua unit di Kedutaan Besar AS untuk RI, dan sisanya adalah milik Greenpeace dan perseorangan berupa low-cost censor.
Dalam beberapa pekan belakangan, Jakarta kerap menduduki posisi pertama dalam hal kualitas udara terburuk. Air Quality Index (AQI) Jakarta berkisar pada rentang angka 130-170. Kategorinya pun 'tidak sehat'. Namun pada Senin (5/8) pagi kemarin, AirVisual mencatat kualitas udara Jakarta membaik. Pada pukul 06.50 WIB, Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 79. Itu berarti kualitas udara Jakarta ada di kategori moderat. Tak lagi berada di peringkat 3 besar kualitas udara terburuk, Jakarta pagi tadi ada di posisi ke-15.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku tidak ingin berspekulasi soal membaiknya kualitas udara Jakarta versi AirVisual. Anies mengatakan akan melihat bagaimana kualitas udara di hari-hari berikutnya.(dnu/lir)
Quote:
Kualitas Udara DKI Jakarta Justru Membaik Usai ListrikPadam Seharian
Aug 5, 2019

Aug 5, 2019

Pemadaman listrik serentak di sejumlah wilayah di Jawa pada Minggu (4/8) memang menimbulkan sejumlah dampak negatif. Mulai dari sejumlah transportasi yang mengalami gangguan hingga lampu jalan yang ikut mati.
Namun, pemadaman listrik di Jakarta rupanya juga membawa dampak yang positif. Kualitas udara Jakarta disebut semakin membaik pada Senin (5/8) pagi.
Lewat pantauan di laman Air Visual, ranking Jakarta sebagai kota berpolusi semakin turun ke peringkat 22 dunia pada pukul 08.04 WIB. Indek kualitas udara Jakarta mencapai 75 atau kategori moderat.


Padahal, akhir-akhir ini Jakarta sempat beberapa kali menduduki peringkat satu kualitas udara terburuk di dunia. Meski Jakarta kini turun peringkat, masih ada sejumlah wilayah Ibu Kota yang memiliki kualitas udara buruk.
Pertama, kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, dengan indeks kualitas udara di angka 165. Lalu kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, dengan indeks kualitas udara 156.
Lalu yang ketiga adalah kawasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)-GBK, Jakarta Pusat, dengan indeks kualitas udara di angka 153. Sedangkan yang keempat adalah kawasan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan indeks kualitas udara 105.
Diketahui, kondisi udara Jakarta yang buruk akhir-akhir ini memang mendapat banyak sorotan. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pun mengupayakan berbagai langkah demi mengatasi masalah ini.
Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem pembatasan kendaraan berdasarkan nomor polisi ganjil dan genap. Menurut Anies, saat ini Pemprov DKI tengah mempersiapkan sejumlah cara untuk mengatasi polusi udara. Nanti rencana-rencana tersebut akan dipublikasikan apabila sudah rampung dirancang.
Untuk diketahui, sistem pembatasan kendaraan berdasarkan nomor polisi ganjil dan genap ini sudah diberlakukan di Ibu Kota. Namun Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyarankan agar sistem ini diperluas penerapannya.
Pemprov DKI juga disebut tengah fokus untuk mengurangi sumber-sumber polusi. Namun, langkah tersebut pasti akan berimbas pada kendaraan dan masalah lalu lintas.
Quote:


Akhirnya tidak peringkat 5 besar lagi..
ini merupakan prestasi gubernur pilihan kita kita



Diubah oleh anarchy0001 06-08-2019 07:03






maman80 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
11.1K
Kutip
158
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan