Sumur:
1. CNBC Indonesia[Pemadaman Listrik, Mal Beroperasi Biasa dan Diserbu Warga]

2. Kompas [Gaduh Listrik Mati, dari Keluhan, Gangguan Layanan, hingga Penjelasan PLN]

3. Tempo [Ijtima Ulama IV PA 212 Bakal Bahas Arah Politik di 2024]

Hari Minggu 4 Agustus adalah hari yang cerah. Hari itu pun saya manfaatkan untuk berolah raga, dilanjutkan dengan membersihkan rumah, menyikat bak mandi, hingga mencuci pakaian. Setelah semuanya beres, saya sadari bahwa tubuh ini penuh dengan keringat. Persediaan air telah habis karena telah dipakai untuk mencuci. Maka saya pun menyalakan kembali mesin pompa air. Waktu menunjukkan pukul 11.45. Tak lama berselang, listrik pun mati.

Usut punya usut, ternyata telah terjadi pemadaman listrik total di daerah Jabodetabek, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah. Pemadaman listrik tersebut terjadi sekitar pukul 11.50 WIB dan berlanjut terus hingga malam harinya. Tentunya aktivitas warga yang terkena pemadaman listrik menjadi sangat teganggu.

Akibat dari pemadaman listrik ini, warga mengeluhkan air yang tidak dapat mengalir, matinya pendingin ruangan, matinya alat elektronik, ponsel yang tidak bisa di charge, leletnya jaringan telekomunikasi, hingga tidak berfungsinya mesin ATM. Belum lagi warga yang saat itu sedang berada di KRL.

"Semua perjalanan terhenti karena Listrik Aliran Atas (LAA) kan off (mati) ya," kata Vice President Communication PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba.

MRT pun tak luput dari dampak pemadaman listrik. Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Muhamad Kamaludin mengatakan ada 4 rangkaian kereta yang terhenti di stasiun bawah tanah. Apakah ada pembaca yang saat itu berada di kedua moda transportasi itu? Tentunya sangat mengganggu dan tidak nyaman bukan?

Akan tetapi, ternyata ada hikmah yang bisa kita ambil dari pemadaman listrik tersebut. Masih ingat dengan Ijtima Ulama IV? Ijtima Ulama IV diadakan guna menentukan arah politik dari para ulama yang pernah mendukung Prabowo-Sandi saat Pilpres 2019. Ijtima Ulama IV diadakan hari Senin 5 Agustus di Hotel Lorin Sentul, Bogor. Menurut Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma’arif, "Peserta Ijtima ulama satu, dua, dan tiga akan kami undang. Kurang lebih seribu ulama dan tokoh kita undang."

Tentunya dengan terjadinya pemadaman listrik pada tanggal 4, menjadi penghambat bagi para peserta Ijtima Ulama IV yang datang dari berbagai daerah. Matinya sistem telekomunikasi mungkin saja dapat menyebabkan peserta yang datang tidak sebanyak yang seharusnya. Di sini, pemadaman listrik menjadi hal yang positif karena berkat pemadaman listrik, Ijtima Ulama IV yang menentukan arah politik dari kelompok Islam kanan pro khilafah tersebut menjadi terganggu.

Akan tetapi, ada pula sisi gelap dari pemadaman listrik. Saat listrik mati, tentu orang tidak ingin berada di dalam rumah. Istilahnya ‘mati gaya’. Masyarakat mungkin lebih memilih berada di luar, ke tempat yang ramai, memiliki listrik, dan penerangan seperti mall, kafe, ataupun restoran. Akibatnya adalah jalanan menjadi ramai dan penuh dengan kemacetan. Di sinilah hal yang berbahaya muncul. Keramaian dan padamnya listrik dapat dimanfaatkan oleh kelompok teroris untuk memindahkan aset mereka seperti peledak atau sejenisnya ke tempat lain. Mereka jadi leluasa dalam bergerak karena sementara waktu gerak-gerik mereka bisa lolos dari pantauan. Sehingga patut kita waspadai bersama apabila ada kejadian serupa di kemudian hari.

Memang padamnya listrik membuat kita tidak bisa melakukan berbagai macam aktifitas. Akan tetapi harus diingat, padamnya listrik mungkin saja telah menghambat jalannya Ijtima Ulama IV yang inginkan perpecahan Indonesia padahal rakyat kini sedang berada di masa damai. Sayangnya, di sisi lain gerakan jaringan teroris menjadi tidak terpantau. Mereka dapat dengan mudah berbaur dengan kemacetan serta warga yang keluar rumah dalam rangka memindahkan aset atau peralatan terornya. Waspadalah.