Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Hadiansyah97Avatar border
TS
Hadiansyah97
Kita baru akan peduli pada isu Whitewashing ketika film yang bersangkutan jelek


Whitewashing di dunia perfilman seolah menjadi masalah yang tak kunjung selesai, tapi setidaknya kita semakin baik dalam menyebut istilah - istilahnya. Ingat apa yang terjadi pada Ghost Ini The Shell, yang mendapuk si seksi Scarlett Johansson sebagai karakter Asia? Situs budaya pop paling pop seperti Collider and IndieWire menyebut peng-Casting-an ini sebagai bentuk rasisme, para kritikus pun mengatakan hal yang kurang lebih serupa, dimana seorang karakter ikonik diperankan aktor kulit putih adalah sebuah "kejahatan", Twitter pun tak mau ketinggalan, para SJW atau orang - orang yang sekedar concern terhadap ko ini menuliskan cuitan terbaik mereka di sana. Dan selamat! Film Ghost in the Shell melempem di Box Office, dan Studionya sendiri mengakui bahwa isu Whitewashing merupakan pemain utama dalam kegagalannya ini. Orang - orang di Amerika hingga Cina ramai memboikot hingga membuat film ini bahkan tidak sampai 8 minggu tayang. Horee!

Ok, sekarang mari kita ke beberapa bulan selanjutnya dimana musim keempat dari serial BoJack Horseman mulai rilis. Dalam BoJack, suara kulit putih luar biasa Allison Brie mendubber karakter Vietnam-Amerika Diane Nguyen, dan perilisan salah satu serial yang paling diantisipasi itu seperti sebuah kesempatan yang bagus untuk menjelaskan fakta bahwa serial itu, yang dengan jelas mengolok isu Whitewashing di Hollywood, mengedepankan bintang kulit putih ketimbang memberikan aktor yang lebih otentik. Dan apa yang dibilang Collider? Mereka bilang serial ini "brilliant" dan IndieWire berkata bahwa serial ini adalah "most honest and soulful season yet." Diikuti para pengguna Twitter yang juga ramai membicarakan serial ini dan tak henti memujinya. Jika kalian mengetik "Ghost in the Shell Scarlet Johansson" di Google kalian hanya akan mendapatkan artikel - artikel yang penuh hujatan. Dan kalian tentu tau apa yang kalian dapati saat kalian mengetik "BoJack Horseman Allison Brie".

Kenapa perlakuan khalayak berbeda? Banyak faktor dan alasannya, tapi yang paling simpel adalah: Ghost In The Shell hanya mendapat 44% di Rotten Tomatoes, saat BoJack secara luar biasa bertengger di angka 89%. Dan jika kalian belum menonton Ghost on the Shell maupun mendengar BoJack Horseman karena terlalu sibuk dengan Game of Thrones, tenang, saya masih punya contoh lainnya.



Ridley Scott dengan film The Martian-nya yang memukau semua orang juga tak lepas dari "Dosa" ini, mereka dengan tanpa alasan me-recast seorang karakter Korea-Amerika dari bukunya menjadi wanita kulit putih. Tapi siapa yang peduli pada gadis fiktif Korea saat The Martian bertengger di rating yang fantastis yaitu 91% dan mengantongi lebih dari $630 juta.

Tapi "Dosa" tetaplah dosa, dan semesta akan menagihnya bagaimanapun juga. Pada 2014 Ridley Scott kembali muncul dengan film Exodus: Gods And Kings (yang konyolnya dulu dilarang tayang di bioskop indo, tapi tayang di GlobalTV), dimana film itu memproyeksikan Christian Bale sebagai Musa serta John Turturro dan Joel Edgerton sebagai bangsawan Mesir, karena mungkin, yaa di kepala Ridley Scott bangsa kuno Mesir itu berbicara dengan aksen Australia. Tentunya teori babang Ridley ini harus jadi bahan perdebatan di fakultas - fakultas sejarah daripada kita terus menerus debat soal teori Darwin.

Anyway, film ini langsung dihajar para kritikus hingga hanya menyisakan 27% saja di Rotten Tomatoes. Yang paling vokal adalah Situs Review Mashable, dimana mereka berkata, "Whitewahing di film'Exodus' sangat tidak bertanggung jawab – dan mereka menggali kuburan mereka sendiri." Namun mereka malah meng-highlight kata "stellar," untuk film The Martian dan menyebut bahwa Matt Damon layak mendapatkan penghargaan untuk perannya di film itu, tapi mereka sama sekali tidak menyebutkan satu pun kata whitewashing yang juga dilakukan film itu. So, buat babang Ridley, ber-whitewashing-rialah sesuka hatimu – tapi pastikan hasil filmnya bagus, ok.



Bicara tentang Matt Damon, mari kita ke 2016 dimana The Great Wall yang juga mendapuk si putih Matt Damon sebagai penolong bangsa Tionghoa dari monster yang hendak menyerang tembok raksasa Cina. Seorang penulis Daily Beast menuliskan "felt the bile rise at the sight of another blatant white savior narrative." (Stereotip orang kulit putih yang selalu menjadi penyelamat di manapun mereka berada) Tapi setahun berikutnya The Daily Beast malah mendeklarasikan, "Dengan 'Dunkirk,' Christopher Nolan membuktikan dirinya sebagai pencerita  film blockbuster paling berani."



Dunkirk juga bisa dibilang memasang stereotype yang sama – Christopher Nolan mengabaikan tentara - tentara India hingga hingga tentara dari negara - negara Afrika seperti Maroko yang juga berperang di dalam pasukan Inggris dan Perancis, membuat film ini hanya berisikan orang - orang kulit putih yang menyelamatkan bangsa dan ras mereka sendiri. Setidaknya The Great Wall jujur dalam penceritaannya dimana Matt Damon diceritakan sebagai tentara bayaran yang sedang mencari bahan yang lebih ampuh untuk membuat mesiu – Namun malah terlibat konflik dalam negeri. Sedangkan Christopher Nolan hanya mengambil satu sudut pandang saja dari legacy yang rumit tentang kolonialisme, dan dengan "Nyeni" me-whitewashing salah satu momen paling terkenal dalam sejarah manusia. Tapi dengan rating yang mencapai 93% hingga taburan Oscar, membuat fakta - fakta ini sangat mudah untuk diabaikan.



Beralih ke ranah Superhero, dimana Serial Iron Fist, mendapuk Finn Jones sebagai ahli bela diri berkekuatan mistis. Apa yang dikatakan para kritikus? "Racially uncomfortable" dan "falling into the white savior trope,". Babak belur, serial ini hanya memperoleh 17% saja. MCU juga tak lepas dari isu ini. 2016 lalu sempat heboh saat Marvel Studios mengumumkan bahwa Aktris pemenang Oscar Tilda Swinton akan memerankan karakter Ancient One, yang dalam komik merupakan pria Asia Tibet. Tapi hujatan - hujatan itu tak berlangsung lama. Saat filmnya memulai screening pertamanya (yang ditujukan untuk kritikus) hujatan itu perlahan berubah menjadi rasa penasaran. Bagaimana tidak, para kritikus itu menyebut film ini "Engaging, smartly cast." serta pujian khusus bagi sang Aktris; "Tilda Swinton has a central role in this film, and it's far better for it." Film ini pun langsung duduk manis di angka 90%, membuat kolom "want to see" terus membludak. Saat filmnya dirilis, memang masih ada penghujat, tapi itu tak bisa menghalangi kita untuk memberikan lebih dari $677 juta pada film ini. Sekali lagi, Doctor Strange sebenarnya lebih "berdosa" karena dengan terang - terangan mengganti karakter pria Asia dengan Wanita kulit putih. Setidaknya di Iron Fist, Danny Rand selalu berkulit putih di komik maupun serial animasi - animasi Spider-Man, jadi agak berlebihan kalau me-recast karakter ini hanya karena tak mau tersandung isu Whitewashing. Kelebihan Doctor Strange lainnya adalah film itu sangat menyenangkan dengan parade CGI cantik, serta penampilan para cast-nya yang memukau, sedangkan serial Iron Fist hanyalah obat insomnia saja.

Kesimpulannya adalah bukan untuk mengajak kalian untuk mengabaikan isu Whitewashing. Hanya saja protes - protes serta hujatan - hujatan mengenai Whitewashing akan menjadi bahan olokan saja saat suatu film yang jelas - jelas melakukan whitewashing tak beralasan malah kita apreasiasi karena kualitasnya yang bagus sehingga mendapat nilai yang bagus dari kritikus atau bahkan sukses besar di Box office.

Jika pola diatasi tidak berubah juga, setiap komplain mengenai whitewashing dari kita tak ubahnya hanya kepalsuan dan kemunafikan saja saat film yang bersangkutan mendapat nilai yang bagus dari kritikus atau rating yang tinggi dari audience Imdb. Isu whitewashing merupakan protes kepada Hollywood mengenai jalan mudah yang kerap kali mereka ambil saat meng-casting seorang karakter yang bukan kulit putih – hingga mereka menggunakan cara yang kita mau – yaitu memberi kita aktor yang otentik berdasarkan sumbernya. Tapi, jika hal ini merupakan sesuatu yang benar - benar kita concern mengenainya, maka kita harus membuat pengorbanan yang sejati, seperti melewatkan film - film bagus diatas, misalnya. Ya, memang itu agak berlebihan, tapi bukankah itu yang memang kita harus lakukan – kalau kita ingin terus menerus menjadi pahlawan kebajikan yang berteriak - teriak mengenai whitewashing, rasisme, dan diversity? So, good luck with that.

Support the Author by Clicking the Adsense at his Blog

Quote:
Diubah oleh Hadiansyah97 04-08-2019 10:17
setper
kunkuntoto
kunkuntoto dan setper memberi reputasi
2
2.1K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan