Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) tengah hitung-hitungan membentuk kabinet yang akan membantunya dalam bekerja lima tahun ke depan. Beragam nama yang diusulkan terus dikaji oleh Jokowi.

Perkembangan terkini yang tengah menyita perhatian adalah makin rapatnya hubungan kubu Jokowi dengan kubu Hambalang yang merupakan pusaran lingkaran terdekat Prabowo Subianto, eks seteru dalam Pilpres 2019.

Ya, pascapertemuan Jokowi dan Prabowo di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada 13 Juli 2019 lalu, hubungan keduanya tampak mencair. Sinyalemen terjadinya rekonsiliasi antara kedua kubu makin kuat disusul adanya pertemuan antara Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, 24 Juli 2019 lalu.

Usai pertemuan itu, muncul kabar jika Jokowi mengincar sejumlah elit politik oposisi, atau eks oposisi lebih tepatnya, untuk mengisi kursi kabinet dan lembaga tinggi negara. Ada tiga sosok yang katanya berpeluang masuk kabinet dan pimpinan lembaga tinggi negara, yakni Wakil Ketua Umum Gerindra Edhy Prabowo dan Fadli Zon, serta mantan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno.

Juru Bicara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, menegaskan Prabowo tidak pernah menyodorkan nama kader partai untuk menduduki posisi Menteri, baik saat bertemu Jokowi maupun saat bersilaturahmi dengan Megawati.

Dari ketiga nama di atas, Edhy Prabowo adalah sosok yang katanya "diincar" Jokowi. Bahkan sebelum Gerindra menyodorkan nama-nama calon pengisi kabinet pun, Edhy sudah dibidik Jokowi untuk menduduki kursi Menteri Pertanian menggantikan Amran Sulaiman.

Kabarnya permintaan itu bahkan terjadi sebelum berlangsungnya Rekonsiliasi MRT Lebak Bulus, beberapa tiga pekan lalu.

Jokowi meyakini bakal cocok bekerja sama dengan Edhy untuk mengurusi aspek pertanian dan pangan. Apalagi karena selama ini kiprah Edhy di Komisi IV DPR RI mengharuskannya bermitra dengan Kementerian Pertanian.

Edhy sempat muncul dalam pertemuan di Stasiun MRT Lebak Bulus.. Dia bahkan ikut bersantap siang di bilangan Senayan bersama Jokowi, Prabowo dan beberapa Menteri kabinet saat ini. Saat berlangsungnya “Rekonsiliasi Nasi Goreng” di kediaman Megawati di Teuku Umar, Menteng, pun Ketua Komisi IV DPR RI itu juga hadir menyertai Prabowo.



Namun Edhy mengaku belum pernah diminta Jokowi secara langsung untuk menjadi menteri. "Saya baru dengar kabar itu," akunya dikutip dari CNNIndonesia.com, beberapa saat lalu.

Sosok Edhy Prabowo dikenal kedekatan dengan Prabowo Subianto yang pada saat itu berpangkat Letkol dan menjadi pejabat Dangrup II TNI AD.

Edhy memulai karir politiknya pada 2005 dengan aktif berorganisasi di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan menjabat sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan HKTI. Dua tahun kemudian Edhy kemudian mendirikan perusahaan jasa keamanan, PT Garuda Security Nusantara, dan menjabat Presiden Direktur serta menjadi Komisaris di PT Kiani Lestari Jakarta, perusahaan kertas milik Prabowo Subianto.

Mungkin karena telah cukup lama berkecimpung di HKTI, Edhy tampak concern pada masalah ketahanan pangan. Ia selalu menekankan pada pentingnya mendorong sinergi program pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, demi mengoptimalkan program ketahanan pangan yang dicanangkan pusat.

Edhy sendiri beberapa saat lalu mendesak pemerintah agar Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) diberikan kewenangan lebih sebagai lembaga layaknya Badan Pangan Nasional. Hal ini dinilai akan memperkuat tingkat ketahanan pangan dalam negeri.

Hal ini sejalan dengan agenda Partai Gerindra yang tengah menggodok konsep ketahanan dan kemandirian pangan serta energi untuk ditawarkan kepada Presiden Jokowi. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan konsep-konsep itu kini tengah digodok oleh Dewan Pakar Gerindra.

"Sebelum diajukan akan dipresentasikan terlebih dahulu kepada Dewan Pembina Partai Gerindra," kata Dasco pekan lalu.



Kita semua tahu, ketahanan dan kedaulatan pangan masih menjadi persoalan yang perlu dituntaskan oleh presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Ma'ruf Amin selama lima tahun ke depan. Ketahanan pangan belum terwujud, nasib petani belum juga membaik, apalagi dalam beberapa kasus, pemerintah terus melakukan impor komoditas pangan terutama beras.

“Pucuk dicinta, ulam tiba”. Apapun yang komentar yang keluar dari mulut Edhy Prabowo, rasa-rasanya tidak salah jika kita berasumsi bahwa jabatan inilah yang memang ia tunggu-tunggu. Gayung pun bersambut. Ternyata Jokowi menginginkan hal yang sama.

Jika nanti terpilih, mampukah Edhy Prabowo membawa pertanian nasional ke arah lebih maju dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, yang selama masih menjadi angan-angan yang tak kunjung juga tercapai?


Acuan:

Calon-Calon Menteri Dari Hambalang

Gerindra Godok Konsep Pangan dan Energi Untuk Dibawa ke Jokowi