- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Menerka Peluang Risma di Pilkada DKI Jakarta 2022


TS
mario.b
Menerka Peluang Risma di Pilkada DKI Jakarta 2022
Quote:
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2413389/original/008869500_1542794505-20181121-Tri-Rismaharini-6.jpg)
Surabaya, CNN Indonesia -- Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2022 masih 3 tahun lagi digelar. Namun riuhnya sudah dimulai dari sekarang. Nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma dimunculkan.
Keinginan memboyong Risma ke ibu kota mulanya diutarakan oleh Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta, Bestari Barus. Ia terang-terangan mengaku kepincut dengan cara Risma mengelola Surabaya.
Hal itu diungkapkan Bestari di tengah studi banding DPRD Provinsi DKI Jakarta untuk menyelesaikan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengelolaan Sampah dengan konsep ITF (intermediate treatment facility), di Balai kota Surabaya, Senin (29/7).
Menanggapi hal itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut tak mau banyak berkomentar. Menurutnya, Pilgub DKI masih lama. Sambil berseloroh, Risma balik mempertanyakan siapa yang mau menawarinya.
Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Mochtar W. Oetomo menilai kemunculan nama Risma dalam bursa bakal calon gubernur DKI dapat memberikan alternatif bagi warga Jakarta.
"Menarik tentu, karena akan melahirkan kompetisi politik yang liar, cerdas dan visioner di Pilkada DKI 2022. Jika benar Risma running, bisa saja Risma membuat kejutan yang akan sulit dibendung," kata Mochtar kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/7).
Hal itu, kata Mochtar, lantaran pemilih di kota metropolitan seperti Jakarta relatif lebih rasional dan punya kecenderungan melihat rekam jejak dan kinerja sebagai pertimbangan utama. Risma pun dianggap punya kans untuk melenggang ke ibu kota.

"Risma punya nilai plus sebagai pekerja keras dan lugas. Kadang tanpa kompromi untuk hal-hal yang kritis, itu diperlukan untuk Jakarta. Track record-nya pun sejauh ini cukup bagus dan diakui oleh berbagai kalangan dalam berbagai hal," kata Mochtar.
Namun, kata Mochtar, keberhasilan Risma di Surabaya memang tidak begitu saja diharapkan bisa menjawab berbagai persoalan di Jakarta. Ia mengatakan Jakarta memang beda dengan Surabaya. Ibu kota tentu memiliki tantangan yang lebih kompleks.
Tapi, setidaknya, menurut Mochtar, Risma memiliki modal awal yang cukup, karena mengusai tata kelola kota dan pengelolaan lingkungan. Hal itu lah yang menjadi permasalahan penting Jakarta saat ini.
"Jakarta relatif lebih kompleks tantangannya, pemimpin dengan tipikal pekerja keras, lugas, bervisi lingkungan dan equal dalam layanan publik cocok untuk kebutuhan Jakarta. Setidakya Risma relatif menonjol dalam penangganan lingkungan itu tentu amat dibutuhkan Jakarta," katanya.
Mochtar menambahkan, nama Risma sebenarnya pernah mencuat dalam Pilgub DKI 2017 lalu. Nama Risma, oleh beberapa pihak bahkan sempat dibandingkan dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang masih aktif menjabat kala itu.
Namun Risma menolak maju. Ia belum bersedia, karena masih terikat janji jabatan 5 tahun memimpin Surabaya yang belum selesai. Kondisi ini, menurut Mochtar akan berbeda setelah 2020 nanti, saat janji jabatan Risma di Kota Pahlawan sudah usai. Maka perkiraan besar Risma akan melaju di Pilgub DKI 2022.

Soal peta politik dan partai apa yang akan mengusung Risma nanti, menurutnya hal itu akan sangat cair. Sebagaimana berkaca pada situasi Pilgub DKI 2017 lalu di mana Anies Baswedan ternyata diusung oleh Gerindra dan PKS di detik-detik akhir.
Mochtar menilai belum tentu ketertarikan NasDem kepada Risma kali ini akan bersambut. Bagaimanapun Risma adalah kader PDI Perjuangan, langkahnya ke depan sudah barang tentu juga akan ditentukan oleh ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri.
"Bagaimanapun Risma memiliki kedekatan khusus dan sejarah panjang dengan Megawati. Dan sejauh ini Risma dikenal teguh dalam deal-deal politik, jadi bicara peta Pilgub DKI 2022 untuk saat ini tentu masih terlalu nggege mongso atau terlalu dini," ujarnya.
Di sisi lain, menurut Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Suko Widodo, selain masalah lingkungan, ada sejumlah permasalahan besar lainnya yang harus dihadapi di Jakarta. Salah satunya soal sekat polarisasi politik atau derasnya politik identitas.
Namun, bagi Suko, gaya kepemimpinan Risma selama ini adalah modal yang cukup untuk menghadapi dinamika politik di kota sebesar Jakarta. Karakter Risma yang orisinal dan tegas akan menyambung sekat polarisasi politik identitas yang terjadi selama ini.
"Risma itu punya orisinalitas gaya kepemimpinannya. Ia punya komunikasi asertif yang cocok untuk warga metropolis. Karakternya yang unik, mampu menjaga jarak politik dan blak-blakkan bisa menyambung sekat polarisasi identitas pemilih Jakarta selama ini," kata Suko.
sumber
Pilpres 2019 aja Jokowi bisa menang di DKI Jakarta,
apalagi Risma yg menurut gue kapabilitasnya lebih baik dalam pengelolaan pemerintahan

apalagi lawan incumbentnya yaaah tau sendirilah

duet maut Tri Rismaharini - Yoyok Riyo Sudibyo

Polling
0 suara
Gubernur DKI Jakarta 2022?
Diubah oleh mario.b 31-07-2019 23:23




tien212700 dan muhamad.hanif.2 memberi reputasi
2
2.9K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan