- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kumpulan Pentigraf Montage Fiksi


TS
evywahyuni
Kumpulan Pentigraf Montage Fiksi
Kumcer Tiga Paragraf Teknik Montage Fiksi

Part. 1
Haruskah Salah

Kutepuk dulang dalam genggaman, mencerna bisik malam di tengah riuh ramai orang yang asyik bercanda menghibur diri di tengah kerlap-kerlip lampu temaram. Dulang tetiba terjatuh menimpa kaki seseorang, rintihannya menyadarkanku. Lelaki itu tertunduk mengusap kaki yang kiranya sakit.
"Maaf, tak sengaja," kataku lirih seakan hendak berbisik. Pandang matanya tajam menusuk sudut netra indahku yang bertabur lebam, ia terpukau sesaat. Senyum tiada ramah sekilas terbersit, lalu pudar ditelan bengisnya tamparan yang ringan melayang. Aku terjatuh.
Kenangan lima tahun yang lalu itu masih saja terbayang dalam benak, kala dengan tubuh terhuyung kucoba bangkit dan menusuk tubuh lelaki itu dengan sebilah pisau tumpul hingga ia tewas seketika. Dendam terbalaskan, meski kini aku berada di balik jeruji besi.



Part. 2
Detak Jantung

Kau tampak tak berdaya, memburu napas yang berlarian satu persatu ketika mencoba berjalan tertatih-tatih. Sesekali kau tertunduk menatap jalan berbatu tak beraspal, sesekali pula memandang ujung belokan yang masih teramat jauh. Rasa dahaga mulai menyerang.
Kau lupa. Entah di mana botol minum yang tadi kaubawa, entah terlupa saat berteduh tadi atau tertinggal di rumahmu yang penuh kehangatan dan ramai suara kanak-kanak belia. "Aku ada di mana?" tanya hatimu yang kebingungan mencari jalan pulang.
Setidaknya, kau tidak perlu bersusah payah mencarinya, karena sejam yang lalu. Keluargamu telah mengantarkan dirimu pergi, detak jantungmu sudah tak kuat lagi memperpanjang usia. Kau kini telah terbaring damai di perut bumi.



Part. 3
Terdiam Tak Bersuara

Kucoba membuka pintu yang seakan terkunci rapat itu, tak ada gerakan. Bilah-bilah jendela tempat mengintip telah tertutup oleh beberapa lembar papan. Mereka tega mengurung dan membiarkan kebingungan terus menghantui. Padahal seingatku, bukan di sini tempat berawal, entah ulah siapa yang membuat terkurung kesini ... aku lupa.
Aku mengeram marah, perasaan tak pandai bermain logika. Tempat ini kumuh, berbau menyengat dan teramat kotor. Badan yang tadi bersih, kini perlahan mulai terindikasi hawa pengap ruangan bak penjara ini. Suara percakapan beberapa orang mulai terdengar di balik pintu, aku berharap ... salah satu dari mereka mau mengeluarkan dan membebaskanku.
Suara kunci pintu yang saling berdenting bergesekan terdengar, salah satunya mencoba dimasukkan ke lubang kunci, aku bersiap. Terus memasang sikap siaga, kayu yang tadi kutemukan di sudut ruangan ini telah tergenggam erat. Seiring daun pintu terbuka ... suara alarm ikut pula berbunyi keras. Tetiba kaget dan terkejut bukan kepalang, sontak pula melihat sekeliling. "Astaga ... rupanya aku hanya bermimpi." Dengan kesal, alarm brengsek itu kini terlempar di sudut kamar.



Part. 4
Terlambat

Aku telah terbangun setengah jam lebih awal dari biasanya, setelah merapikan tempat tidur, segera bergegas mandi dan memakai pakaian sekolah. Tak lupa menuju meja makan untuk sarapan ala kadarnya dan meraih tas sekolah yang telah kupersiapkan sejak semalam. Alangkah lega hari ini bisa segera tiba di sekolah tanpa terlambat lagi seperti hari-hari kemarin.
Riang berdendang melangkah sepanjang jalan, teman-teman menyambut di pintu gerbang, kami berangkulan menuju kelas. Alangkah indahnya bila cepat bangun pagi, tak ada makian ... tak ada pukulan mendera bokong. Hari ini kulalui dengan selamat. Bokong pun bisa kudaratkan di bangku kelas tanpa rasa perih.
Ketika hendak masuk ke ruang kelas, tiba-tiba ... byuurrr! Air segayung mendarat ke mukaku. Sontak kaget dan melongo kutatap emak yang tampak marah. "Dasar tukang tidur! Disuruh mandi malah enak-enakan molor di kamar mandi. Kamu terlambat ke sekolah lagi, tau?" Rupanya aku masih di rumah, di kamar mandi pula, hadeeuh! Terlambat lagi.



Part. 5
Dewa Cinta

Dewa namanya. Senyumnya yang manis itu bak mengiris hati, tatapan mata yang bak elang nganggur pun tak jauh beda. Semua pesona yang ia tampilkan seakan menyihir diri ini. Aku tak berdaya ... ketampanan ketua OSIS itu telah memikat hati. Aku ditelan kasmaran pada sosok lelaki jangkung, pujaan hati setiap perempuan di sekolah ini.
Ia kemudian menghampiri, menggenggam tanganku penuh kehangatan. Mengajak terbang ke nirwana, walau hanya ke kantin belakang sekolah. Beberapa teman perempuan mengolok-olok cemburu, beberapa pandang mata teman laki-laki juga seakan menyiratkan rasa itu. Aku tak peduli, dengan tenang berjalan di sisi Dewa ... seperti ia yang tetap tenang berjalan sambil terus menggenggam jemariku.
Tepukan Rani mengagetkan dari belakang, "Hei ...Cinta, kamu melamunkan Dewa lagi, ya?" Tersadar tiba-tiba, rupanya aku masih duduk di bangku depan kelas, sambil memperhatikan Dewa dan beberapa teman lainnya yang sedang asyik bermain basket. Imajinasi mengajak bermain. Semoga rasa ini tidak bertepuk sebelah tangan.




Diubah oleh evywahyuni 30-07-2019 04:55






bukhorigan dan 34 lainnya memberi reputasi
35
8.3K
135


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan