Meski Presiden terpilih belum dilantik, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh siap mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi capres di Pilpres 2024 nanti.

Manuver politik ini dinilai tidak etis, sebab menunjukan wajah asli Nasdem pragmatis dan opotunis.

Sejumlah pihak pun merasa kecewa. Tak terkecuali PDI Perjuangan. Sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari, kubunya merasa sangat menyayangkan manuver Ketum Nasdem tersebut.

Eva khawatir manuver ini dapat membuat polarisasi baru dan mewadahi residu-residu yang potensial mengganggu konsolidasi Presiden Jokowi.

Menurutnya, justru kasihan Pak Jokowi. Seharusnya Surya Paloh menunggu hingga KPU menetapkan tahapan pilpres baru 2024. Sabarlah, kecuali ada maksud tertentu misalnya naikin bargaining ke Presiden Jokowi.

Apa yang diungkapkan oleh Eva itu diamini oleh politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.

Menurut Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat itu mencurigai ada 'udang di balik bakwan' di balik manuver NasDem. Artinya, ada kepentingan terselubung dari pertemuan tersebut.

Diakui atau tidak, pernyataan dua politikus di atas memang ada benarnya. Pertemuan Ketum Nasdem dengan Anies Baswedan, apalagi diikuti dengan pernyataan soal pencapresan agak kebablasan.

Hal itu menunjukkan Nasdem tidak fokus dalam membantu pemerintahan Jokowi-Ma’ruf yang baru saja terpilih pada Pilpres 2019.

Karena disaat Presiden Jokowi sedang bekerja keras untuk konsolidasi pasukan, membersihkan residu-residu Pemilu yang menyebabkan polarisasi untuk bersatu bekerja mewujudkan Nawacita yang menjadi amanah rakyat, Partai Nasdem justru melakukan manuver politik yang dikhawatirkan dapat membuat polarisasi baru pasca-Pilpres 2019.

Itulah kelakuan pendukung yang abu-abu. Untuk itulah, Presiden Jokowi sebaiknya hati-hati dengan langkah Surya Paloh.

Jangan mau disusupi oleh musuh dalam selimut. Tetap fokus dan waspada, Pak!