Jerman dan Cyprus merupakan negara yang mengambil andil didalam penelitian mengenai berapa banyak kematian akibat polusi udara ini. Dalam penelitian yang dilakukan mulai dari tahun 2014 kedua negara menghasilkan data yang mengejutkan. Yups benar! setelah diestimasi tiap tahunnya justru polusi udara semakin meningkat, bukannya makin menurun. Akibatnya pada tahun 2015 tercatat 2x lebih banyak kematian dibanding tahun 2014 yang disebabkan polusi udara, sepele bukan.

Penelitian kemudian dilanjutkan dengan membandingkan total kematian karena polusi udara akibat bahan bakar fosil dan kematian karena merokok. Lagi-lagi penelitian menemukan hasil yang cukup membuat shock lagi, ternyata hampir 2x lipat dimana total kematian pada 2014-2015 karena polusi dari bahan bakar fosil sebanyak 4,5 jt + 8,8 juta atau total 15,1 juta sedangkan kematian karena merokok di rentang waktu yang sama tidak lebih dari 7 juta. Mengapa demikian?

European Society of Cardiology mengklaim bahwa residu dari bahan-bakar fosil yang berupa suatu asap dengan ukuran PM 2.5 (ukuran partikulat lebih kecil dari 2.5 mikron) lebih berimpact kepada penyakit pernapasan dan kardiovaskular ketimbang partikulat rokok. Yang lebih mengejutkan lagi yakni fakta dilapangan bahwa polusi dari penggunaan bahan bakar fosil tidak bisa dihindari dari semua golongan, sedangkan merokok bisa dihindari sehingga lebih banyak orang yang terpapar partikulat polutan PM 2.5 ketimbang partikulat rokok.

Para peneliti dari Jerman dan Siprus tersebut akhirnya berpendapat bahwa “sejak bahan bakar fosil banyak berperan dalam menghasilkan residu PM 2.5 maka kita harus segera berganti dari bahan bakar fosil ke bahan bakar terbarukan secepatnya”. “Jika kita menggunakan bahan bakar terbarukan yang bersih kita tidak hanya memenuhi Perjanjian Paris : Mitigasi Efek Perubahan Iklim namun kita juga menyelamatkan nyawa masyarakat eropa hingga 55%.