Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

Β© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cyberconclenxAvatar border
TS
cyberconclenx
Cara membangun bisnis konsinyasi dari nol hingga menjadi pasif income Part 1




Hallo agan sista apa kabar anda hari ini..?
Semoga selalu dalam keadaan sehat yang luar biasa ya, baik itu sehat jasmani maupun sehat rohani.



Agan sista, apakah pernah terbesit dalam fikiran anda untuk berkeinginan punya sebuah bisnis..?

Jika ya, itu adalah modal awal yang baik dan sangat dibutuhkan dalam mencapai kesuksesan secara finacial.

Akan tetapi sering sekali banyak orang beranggapan bahwa memulai bisnis itu sulit hingga akhirnya muncul alasan - alasan yang menjadikan real bagi mereka sendiri yang menyatakan bahwa bisnis itu memang sulit. Saya berharap buang kata - kata negatif seperti "sulit" tadi dari fikiran anda oke.

Perlu anda ketahui bahwa fikiran akan merespon cepat sebuah kata atau kalimat yang hendak diucapkan. Ketika kita berkata "sulit", maka sejumlah alasan yang mendukungnya akan keluar dalam fikiran anda sehingga menjadikannya benar begitu adanya. Tetapi sebaliknya jika kita mengatakan "tidak sulit", maka sejumlah alasan dan keyakinan yang ada difikiran anda akan hadir dan tentu akan membuktikan bahwa semua itu memang "tidak sulit".

Oke jadi kalau begitu sebelum kita lanjut membaca persiapkan dulu fikiran yang positif dalam kepala anda supaya tidak gagal faham ataupun salah menafsirkan.

Jika sudah, mari kita mulai.


CARA MEMBANGUN BISNIS DARI NOL HINGGA MENJADI PASIF INCOME

Pertama - tama kita harus tahu terlebih dahulu apa itu pasif income. Saya sederhanakan saja ya, pasif income itu adalah pendapatan yang masuk kedalam kantong kita yang ketika kita tidur, sakit, nyantai, bahkan tidak bekerja sekalipun uangnya akan terus masuk kedalam kantong rekening kita. Enak bukan..?

Tapi tetap saja ketika kita menginginkan hal seperti itu, kita harus kerja keras terlebih dahulu diawal dengan membangun sistemyang mampu berjalan secara auto pilot, bahkan setelah berjalanpun kita tidak bisa melepaskan secara sepenuhnya, tetap saja harus punya jeda waktu untuk melakukan pengontrolan.

Kira - kira sampai disini jelas..?

Oke mari kita lanjut ke tahapan berikutnya.

Sebelum memulai bisnis, kita harus tahu dulu bagaimana cara bisnis kita bekerja hingga menghasilkan uang. Contoh, tukang nasi uduk bisa mendapatkan uang atau keuntungan setelah ia membeli bahan baku lalu kemudian memasaknya dan menjajalkannya dipinggir jalan hingga akhirnya laris dan mendapatkan keuntungan. Namun apakah incomenya itu pasif..? Ternyata tidak, sistemnya harus terus seperti itu untuk bisa menghasilkan keuntungan. Dari mulai membeli bahan baku sendiri, memasak sendiri lalu menjualnya sendiri. Kendati ada orang yang menjualnya, membelanjakannya atau memasakan untuknya, maka tetap saja tukang nasi uduk itu masih bekerja ekstra setiap harinya. Dan apabila terus seperti itu, pendapatannya pun sudah dapat dipastikan akan jadi sekian jikalau semua dagangannya laris manis.

Tapi contoh diatas bukan tidak mungkin untuk berubah menjadi sistem yang pasif income, justru bisnis yang sudah berjalan seperti itulah yang akan lebih mudah mengkonfersikannya kedalam konsep bisnis pasif income. Jadi pasif income itu adalah sebuah konsep yang dapat berlaku untuk model atau jenis bisnis apapun.

Kira - kira sampai disini jelas atau tidak..?

Oke Next

Wah kalau bisnis seperti itu mungkin butuh modal yang sangat besar dong..?

Saya katakan "ya" itu jika kalian membeli franchise atau berinvestasi pada usaha yang sudah menjadi perusahaan besar dan terkenal seperti Alfamart, Warunk Upnormal, MCD dan lain sebagainya, pasti harus sekali mengeluarkan uang ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah untuk berkecimpung. Hehehe uang dari mana, bagi sebagian orang menjual aset sekalipun belum tentu cukup jika ingin bergabung dengan perusahaan semacam itu.

Oke lah, lupakan saja Alfamart, Upnormal dan MCD kita beralih ke yang lebih sederhana semacam nasi uduk atau bisnis lainnya yang cukup pake duit dibawah 10 juta tapi harus bisa menghasilkan laba15 juta per 30 hari dengan perputarannya itu.

Lalu bagaiman caranya..?

Disini saya ilustrasikan saja biar lebih mudah difahami oleh anda pembaca sekalian.

1. KETAHUI KONSEP BAGAIMANA BISNIS ANDA MENGHASILKAN KEUNTUNGAN

Seorang bekas pegawai usaha mainan, tepatnya dia spesialis kurir mengantar dan menarik dagangan beserta uang penjualnnya dari warung ke warung hendak berniat membuka usahanya sendiri.

Dia berfikir mau dagang apa yang bisa cepat menghasilkan uang. Akan tetapi dia tidak mau berjalan mendorong roda atau memikul dagangannya keliling tempat setiap hari. Alasannya sederhana, capek, panas, belum tentu juga menghasilkan 150 ribu bersih dari seluruh hasil penjualan perhari. Kemudian jika seandainya ia sakit ketika melakukan semuanya itu maka ia pun tidak akan mendapatkan penghasilan.

Terbesit lagi dalam fikirannya, mau buka kios sepertinya gak bisa, wong dia cuma punya modal 5 juta. Buat sewa kios aja rasanya gak cukup, kalau pun cukup paling pas - pasan cuma buat bayar sewa bagaimana dengan barang dagangannya.

Tak perlu fikir panjang, 4 juta dari 5 juta tadi ia belanjakan ke produk mainan curah yang jika di ecer modalnya hanya berkisar rata - rata 500 rupiah per pcs. Secara otomatis dia mempunyai 8,000 pcs mainan. Kemudian sisa uang 1 juta tadi ia alokasikan untuk membeli plastik pembungkus, terpal, karton dan perlengkapan lain seperti alat tulis, steples dan gunting. Singkat cerita habislah 500 ribu.

Dia membungkus mainan 1 / 1 dan menempelkannya di kertas karton atau per gantungan yg terbuat dari potongan terpal yang telah ia persiapkan sebagai metode untuk mendisplay barang. Tiap display terdiri dari tiga baris panjang kebawah yang tiap baris itu tertempel 10 mainan yang telah di pak, sehingga dalam satu paket itu ada 30 pcs mainan siap jual.

Total pak barang kurang lebih ada 266 yg masing masing berisi 30 / pcs.

Dia mengkalkulasi biaya dengan sangat cerdas seperti ini,

Modal barang per pcs = Rp 500,
Biaya packing per pcs = Rp 200,
Dia mark up laba kotor = Rp 600,


Total per pcs Rp 1,300

Kemudian dia meminjam uang sejumlah 5 jt ke orang lain sebagai tambahan modal karena masih ada biaya lain yg diperlukan.

Total sekarang Dia mempunyai uang 5,5 jt.

Kemudian dia mencari orang yang mau membantunya memasukan barang ke warung - warung yang ada didaerah sekitar yang sudah dia targetkan dengan imbalan 5,000 rupiah per warung yang diambil dari dana pinjaman tadi. Jalur dibagi menjadi 6 sesuai hari yang ada, 1 hari untuk hari libur. Sebanyak 266 paket dagang siap jual dengan harga 1,300 yang sudah termasuk keuntungan dia siap diedarkan.

Dari 266 pak barang dagang dibagi menjadi 6 jalur kurang lebih didapat 43 pak per jalur. Setiap pak ini dimasukan ke warung yang kemudian warung memajangnya. Walhasil jumlah warung ada 266. Dia hanya menyimpan atau menitipkannya saja di warung tersebut. Pembayaran dilakukan setelah nanti barang ada yang terjual, dan warung membayar sesuai jumlah pcs yang terjual ketika beberapa hari kemudian di kontrol si pemilik.

Dia memberikan harga jual kepada konsumen sebesar 2,000 rupiah per pcs dan keuntungan warung 400 rupiah. Jadi nantinya warung harus membayar 1,600 rupiah per pcs kepada dia.

Loh kok ada anggaran lebih 300 rupiah ya, padahal semula hanya 1,300..?

Eits tunggu dulu, dia kan gak mungkin keliling setiap hari mengambil atau menambal barang dagang yg terjual ke tiap - tiap warung. Hmm sudah tentu dia butuh pegawai kurir.

Oke seruput dulu kopinya. Kita lanjutkan.

Singkat cerita, pemilik membelikan lagi uang yang tersisa akan tetapi tidak terlalu banyak, melainkan hanya setengaj barang dari total yang sudah diedarkan. Jika ada 8000 pcs yg sudah diedarkan, maka dia hanya belanja 4000 pcs.
Kenapa begitu..?
Sederhana, barang yang kedua sama di paking seperti barang pertama tadi, namun jumlahnya sedikit. Hal ini karena barang tersebut hanya digunakan untuk tambal sulam.

Lalu selanjutnya dia mengangkat seorang pegawai untuk menjadi kurir dengan imbalan 300 rupiah per pcs mainan. Setiap hari kurir bekerja menyinggahi warung pada jalur yang sudah ditentukan untuk mengecek, mengambil pembayaran barang yang terjual, serta menambal kembali barang yang sudah keluar, sehingga barang dagang tetap utuh 30 pcs dalam 1 paket display pada tiap - tiap warung.

Wow fantastis, jika 1 warung laku rata - rata 10 pcs maka kurir punya Rp 3,000 upah, dan sang pemilik Rp 6,000 per warung.

Sekarang kita lihat dalam 1 jalur ada 43 warung yang setiap hari harus terdatangi ( jujur ini baru sedikit ) oleh kurir. Jija rata - rata yang laku 10 pcs kemudian dikali 43 warung, maka keuntungan yang di dapat oleh kurir adalah Rp 300,000 ribu per hari dan pemilik 600,000 ribu per hari. Luar biasa kan..?

Jikalau 28 Hari kerja X 600,000 = 16,800,000 per bulan. Gaji anda berapa..?

Ini baru 1 orang pegawai loh..

Setiap hari kurir bekerja terus seperti itu, hanya membawa barang dan mebambalnya sembari mengangbil pembayaran yang telah terjual. Hari senin ke jalur 1, hari selasa ke jalur 2, hari rabu ke jalur 3, begitu seterusnya.

Sementara disi lain, pemilik hanya belanja dan membungkus. Ketika sudah berjalan, baru membuat tim pembungkus alias tim produksi. Apa yang terjadi, pemilik sudah bisa duduk dengan sistem yang sudah berjalan dengan demikian. Akan tetapi tidak sepenuhnya duduk, karena masih melakukan pekerjaan seperti belanja dan mengurusi pembukuan dengan sendiri.

Apakah sudah pasif income..?

Capek gan.. Sumur nya dibawah lanjutannya..!!

Cara membangun bisnis konsinyasi hingga pasif income part 1



pumichan
pumichan memberi reputasi
1
1.3K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan