- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Wajah Ibu Pertiwi


TS
Comeradt
Wajah Ibu Pertiwi
Bangsa ini tetap tidur pulas lalu kemudiian mimpi Indah Meskipun rakyatnya sudah diujung maut )
Indonesia kontemporer adalah cermin bangsa yang ringkih mirip barang pecah–belah. Berada di tepian tebing yang setiap saat siap menghancurkan eksistensinya. Dalam keanekaragamannya ternyata malah mengandung potensi konflik yang mengancam kelangsungannya sebagai bangsa manusia yang beradab. Barbarisme senantiasa datang mengendap–endap membawa teror di balik jubah perbedaan agama, etnis, provinsi, bahkan golongan politik. Elite–elite politik sedia untuk saling cakar demi rebutan roti kekuasaan yang semakian membuat rakyat terpuruk dalam amarah tanpa daya kekuatan. Dimata mereka kekuasaan itu adalah sesuatu yang mutlak dan harus dicapai dengan cara apapun, bahkan mengorbankan sebangsanya sendiri, saudaranya sendiri, yang dilahirkan dalam bumi yang sama, yaitu bumi ibu pertiwi Idonesia. Sekarang pun bisa dilihat sesama agama yang saling mencela satu sama lain, bahkan satu suku dengan suku yang lain masih saling adu kekuatan. Kejadian seperti ini sudah dirasakan oleh Ibu pertiwi sejak belanda berada dalam tampuk kekuasaan di bumi selama 350 tahun, tentu ini waktu yang sangat lama bagi Indonesi tapi waktu yang sangat singkat untuk belanda. Belanda mempraktekan politik adu domba ( devide at empera ) agar ia tetap menjarah sang negeri tercinta. Tatkala tidak bisa dilupakan suatu peristiwa penting yang sudah tercatat dalam lembaran sejarah ketika isu agama dijadikan sebagai alat politik oleh kaum elit para penguasa untuk saling memecah belah kesatuan bangsa yang telah di perjuangkan selama puluhan bahkan ratusan tahun agar kekuasaan tetap berada di tangan mereka yang mempunyai sebagian modal besar untuk menguasai sang ibu pertiwi tapi tidak ada yang mampu memberikan kontribusi apapun untuk bangsa dan ibu kandung pertiwi nya. Kini negeri yang tercinta hanya mampu tertunduk dan bersedih ketika melihat semua peristiwa yang terjadi dan seolah tidak mampu untuk bangkit dan berdiri tegak untuk tetap menjadi bangsa yang masih kokoh dengan pendirian cita-cita yang telah diproklamirkan, kini sang ibu hanya mampu bersandarkan diri dan bergantung di punggung bangsa lain.
Apa yang tengah terjadi di Indonesia sekarang tak jauh beda dengan sebuah kapal besar yang pecah dan siap tenggelam di dasar samudra. Di ruang kemudi terjadi kekacauan yang memperebutkan posisi di pucuk kekuasaan. Sementara kondisi ekonomi semakin terpuruk, politik tak keruan dan agenda–agenda reformasi kandas di telan kepentingan berbagai gerombolan elite. Dan sempurnalah penderitaan rakyat negeri ini; kehidupan rakyat yang semakin terkepung krisis dari segala sudut, dan bangsa ini sedang memproses kehancurannya sendiri, Bahkan sekarang orang lebih memilih untuk tetap menutup mata, telinga bahkan menutup mulut melihat situasi dan kondisi kebangsaan yang kian hari makin berada di tengah krisis. Jika pada tahun 1996 merupakan proses tahap pertama penetrasi kapitalisme dalam bumi Indonesia maka semua agenda Nasioanal tidak selalu berpihak pada rakyat lemah. Kini ibu pertiwi sedang bersusah hati dan air matanya yang berlinang, selama ratusan tahun sang ibu di perjuangkan untuk menuju Pembebasan dari Bangsa penindas kini ia tengah bersedih karena negeri Indonesia kembali di jarah oleh bangsa lain dengan sistem menindasnya. Bukan hanya itu, melihat anak-anaknya yang berada di seluruh penjuru bumi Indonesia selalu adu kekuatan untuk kepentingan kelompoknya, baik itu ras, suku, dan Agama. Dengan situasi seperti ini sang ibu tidak dalam kondisi baik-baik saja. Keadilan itu tidak pernah dirasakan oleh semua rakyat, masih ingatkah dengan peristiwa seorang nenek tua yang mencuri sebuah manga hanya untuk melangsungkan hidupnya, ia lalu kemudian di hokum dengan pidana selama 6 bulan, lalu bandingkan dengan elit politik yang mencuri uang rakyat sebanyak triliun rupiah, ia tidak mendapatkan hukuman apa-apa. Sementara gaji yang mereka peroleh itu semua di dapatkan dari hasil pajar rakyat. Masih pantaskah kita sebut bangsa ini masih memiliki keadilan??
Tidakkk …. !!!!!!
Negeri ini sudah tidak memiliki namanya keadilan, baik itu keadilan ekonomi maupun keadilan politik. Sudah enam kali pergantian kepempinan Nasioanl tapi ternyata tidak mampu mewujudkan cita-cita sang ibu pertiwi.
Lantas masihkah bangsa ini rela melihat sang ibu pertiwi di jarah??
Selama ratusan tahun sang ibu pertiwi di perjuangkan bahkan ribuan nyawa menjadi korban, laki-laki yang hilang serta nyawa nya pun ia pertaruhkan, bahkan perempuan yang rela mengorbankan hidup, jiwa dan raganya hanya untuk melayani para penindas mereka, tapi itu tidak menyurutkan semangat juang para pendahulu sebelum sang ibu bebas dari gempuran asing. Semangat itu tetap terpatri dalam jiwa ketika hendak membebaskan nya, karena sang negeri Indonesia adalah suatu bumi untuk generasi kedepan hanya demi kebebasan itu.
Sekarang lihat dengan mata yang lebar, ketimpangan terjadi disegala penjuru bangsa baik itu di pedesaan maupun diperkotaan, elit politik yang bermental korupsi, kekayaan alam yang ada dimana-mana tapi masih tetap saja rakyatnya berada dalam garis kemiskinan. Hal ini menunjukan bahwa bangsa ini sudah tidak mampu berdiri tegak dan terbang tinggi untuk melampaui negeri-negeri lain, ia hanya bergantung tanpa ada timbal balik yang diperoleh, seolah-olah rakyatnya mati di tengah kekayaan alamnya yang melimpah. Api semangat juuang itu telah padam, bukankah dulu pernah di ingatkan bahwa Revolusi itu belum selesai?? Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan yang dimana tidak ada lagi rakyat yang melarat kemiskinan, dan adanya keadilan bagi semua golongan.




bangsu dan cellato memberi reputasi
-2
2.8K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan