- Beranda
- Komunitas
- News
- Sains & Teknologi
Gurun Sahara dulu Kaya Air dan dihuni Hewan Raksasa


TS
froye
Gurun Sahara dulu Kaya Air dan dihuni Hewan Raksasa
Quote:


HT_Ke-99


Credit: Pixabay.com
Quote:
Gurunmerupakan daratan yang sebagian besar areanya ditutupi oleh pasir. Tahukah kalian gurun terbesar yang ada di bumi ini ?
Sebagian besar dari anda pasti sudah mengetahui jawabanya.. Menurut pengalaman TS ketika membaca RPUL gurun terbesar adalah Gurun Sahara di Benua Afrika. (
tertebak sudah umur TS)
Luas Gurun Sahara sekitar 9.000.000 Km2, luas sebesar ini bisa dibandingkan dengan Negara Cina atau Amerika Serikat. Jadi, cukup terbayangkan betapa luasnya Gurun Sahara ini.
Well, pertanyaan berikutnya, Tahukah kalian bahwa di Gurun Sahara dulunya terdapat hewan-hewan air raksasa ?
Untuk pertanyaan ini, TS yakin lebih sedikit yang mengetahui jawabannya dibandingkan pertanyaan pertama.
Sebagian besar dari anda pasti sudah mengetahui jawabanya.. Menurut pengalaman TS ketika membaca RPUL gurun terbesar adalah Gurun Sahara di Benua Afrika. (

Luas Gurun Sahara sekitar 9.000.000 Km2, luas sebesar ini bisa dibandingkan dengan Negara Cina atau Amerika Serikat. Jadi, cukup terbayangkan betapa luasnya Gurun Sahara ini.
Well, pertanyaan berikutnya, Tahukah kalian bahwa di Gurun Sahara dulunya terdapat hewan-hewan air raksasa ?
Untuk pertanyaan ini, TS yakin lebih sedikit yang mengetahui jawabannya dibandingkan pertanyaan pertama.

Credit:American Museum of Natural History 2019
Quote:
Yap, Gurun Sahara dulunya memiliki berbagai hewan air besar . Jutaan tahun lalu Gurun Sahara ini memiliki kandungan air yang lebih banyak dan memungkinan untuk hewan-hewan besar hidup di dalamnya.
Penelitian ini telah diterbitkan dalam sebuah Papper berjudul “Stratigraphy and paleobiology of the Upper Cretaceous-Lower Paleogene sediments from the Trans-Saharan Seaway in Mali”
Dimana penelitian ini dipimpin oleh Maureen O’Leary, dari Stony Brook University, Amerika Serikat. O'Leary bersama timnya melakukan penelitian ini di Maliyang merupakan bagian dari Gurun Sahara, khususnya di Mali Utara. Dimana mereka menemukan banyak fosil dari area yang dulunya kaya akan air.
Area penuh air di Gurun Sahara ini disebut Trans-Sahara Seaway yang memiliki kedalaman 50 meter dengan sekitar 3.000 km[sup]2[/sup] luas area. Sedimen laut yang tersisa dari jaman purbakala ini meninggalkan fosil-fosil yang menjadi bahan penelitian para ilmuwan.

Credit: American Museum of Natural History 2019
Kumpulan fosil ini lalu dikonstruksi ulang oleh para peneliti dan dari penelitian tersebut ditemukan bahwa Ikan lele, belut , dan pycnodonts memiliki tubuh sangat besar dibandingkan era modern.
Selain itu masih banyak hewan berukuran besar yang diperkirakan hidup bersamaan di 100 juta sampai 50 juta tahun lalu.
Hasil penelitian ini juga menggambarkan keberadaan air di Gurun Sahara, pada era Cretaceous dan era awal Paleogene. Menurut Maureen O’Leary, pada era itu terjadi fenomena Gigantism, dimana hewan-hewan memiliki ukuran tubuh yang sangat besar.

Para peneliti evolusi biologist memang sudah sering mengangkat isu ini dimana ada kemungkinan untuk hewan-hewan jaman purba memiliki ukuran besar di area dengan sumber makanan tinggi dan jumlah predator yang kecil.
Dengan kondisi air di Gurun Sahara yang merupakan jalan masuk dan keluar menuju laut, area ini cukup terpencil di lautan yang sangat luas. Sehingga memungkinkan adanya variabel baru yang mendorong tubuh hewan-hewan ini lebih besar dari biasanya.
Penemuan seperti ini sebenarnya pernah dilakukan di Mali, pada tahun 1980an dimana ditemukan fosil dengan ukuran besar dari hewan kura-kura. Kini fosil ini di simpan di American Museum of Natural History.
Penelitian ini telah diterbitkan dalam sebuah Papper berjudul “Stratigraphy and paleobiology of the Upper Cretaceous-Lower Paleogene sediments from the Trans-Saharan Seaway in Mali”
Dimana penelitian ini dipimpin oleh Maureen O’Leary, dari Stony Brook University, Amerika Serikat. O'Leary bersama timnya melakukan penelitian ini di Maliyang merupakan bagian dari Gurun Sahara, khususnya di Mali Utara. Dimana mereka menemukan banyak fosil dari area yang dulunya kaya akan air.
Area penuh air di Gurun Sahara ini disebut Trans-Sahara Seaway yang memiliki kedalaman 50 meter dengan sekitar 3.000 km[sup]2[/sup] luas area. Sedimen laut yang tersisa dari jaman purbakala ini meninggalkan fosil-fosil yang menjadi bahan penelitian para ilmuwan.

Credit: American Museum of Natural History 2019
Kumpulan fosil ini lalu dikonstruksi ulang oleh para peneliti dan dari penelitian tersebut ditemukan bahwa Ikan lele, belut , dan pycnodonts memiliki tubuh sangat besar dibandingkan era modern.
Selain itu masih banyak hewan berukuran besar yang diperkirakan hidup bersamaan di 100 juta sampai 50 juta tahun lalu.
Hasil penelitian ini juga menggambarkan keberadaan air di Gurun Sahara, pada era Cretaceous dan era awal Paleogene. Menurut Maureen O’Leary, pada era itu terjadi fenomena Gigantism, dimana hewan-hewan memiliki ukuran tubuh yang sangat besar.

Credit: American Museum of Natural History 2019
Para peneliti evolusi biologist memang sudah sering mengangkat isu ini dimana ada kemungkinan untuk hewan-hewan jaman purba memiliki ukuran besar di area dengan sumber makanan tinggi dan jumlah predator yang kecil.
Dengan kondisi air di Gurun Sahara yang merupakan jalan masuk dan keluar menuju laut, area ini cukup terpencil di lautan yang sangat luas. Sehingga memungkinkan adanya variabel baru yang mendorong tubuh hewan-hewan ini lebih besar dari biasanya.
Penemuan seperti ini sebenarnya pernah dilakukan di Mali, pada tahun 1980an dimana ditemukan fosil dengan ukuran besar dari hewan kura-kura. Kini fosil ini di simpan di American Museum of Natural History.

Credit: Pixabay.com
Quote:
Hanya saja kondisi keamanan Mali yang kurang kondusif khususnya di bagian Utara Mali, membuat penelitian ini sering terhambat.
Salah satu kejadian yang paling diingat oleh O’Leary mungkin adalah dihentikannya ekspedisi di Mali pada tahun 2009. Dimana, dia baru mengerti alasan dari penenghentian tersebut setalah membaca buku tentang seorang Diploma, Robert Fowleryang mengalami penculikan oleh simpatisan Al-Qaida di Mali.
Kondisi keamanan di Mali ini sangat disayangkan karena banyaknya “harta karun” di tanah Mali yang bisa diekplor lebih dalam, selain tentu saja hal ini tidak baik untuk orang-orang di Mali yang hidup dalam tekanan para pembrontak.
O’Leary pun menyatakan kekecewaanya, seperti dikutip dari Theguardians.com,
“ This is such a terrible thing to happen to such an interesting country with such a rich legacy. I hope that by telling our scientific story, it gets the word out that there’s many important and interesting things to be known about Mali that are probably not that well understood. There’s a tremendous amount of scientific work to be done there and it’s impossible “
Hasil penelitian dari tim yang dipimpin oleh O’Leary ini selain memperlihatkan hal istimewa di tanah Mali, para peneliti ini juga membuktikan bahayanya perubahan iklim bagi masa depan bumi.
Hilangnya sebagian besar air di Gurun Sahara ini membuktikan bahwa pemanasan global bukan sesuatu yang harus dihadapi dengan skeptis, tetapi harus direspond dengan sangat serius oleh setiap Negara di Bumi ini.
Memang perubahan besar tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tapi, kita harus mulai peduli dengan apa yang akan terjadi bagi umat manusia di masa yang akan datang.
Salah satu kejadian yang paling diingat oleh O’Leary mungkin adalah dihentikannya ekspedisi di Mali pada tahun 2009. Dimana, dia baru mengerti alasan dari penenghentian tersebut setalah membaca buku tentang seorang Diploma, Robert Fowleryang mengalami penculikan oleh simpatisan Al-Qaida di Mali.
Kondisi keamanan di Mali ini sangat disayangkan karena banyaknya “harta karun” di tanah Mali yang bisa diekplor lebih dalam, selain tentu saja hal ini tidak baik untuk orang-orang di Mali yang hidup dalam tekanan para pembrontak.
O’Leary pun menyatakan kekecewaanya, seperti dikutip dari Theguardians.com,
“ This is such a terrible thing to happen to such an interesting country with such a rich legacy. I hope that by telling our scientific story, it gets the word out that there’s many important and interesting things to be known about Mali that are probably not that well understood. There’s a tremendous amount of scientific work to be done there and it’s impossible “
Hasil penelitian dari tim yang dipimpin oleh O’Leary ini selain memperlihatkan hal istimewa di tanah Mali, para peneliti ini juga membuktikan bahayanya perubahan iklim bagi masa depan bumi.
Hilangnya sebagian besar air di Gurun Sahara ini membuktikan bahwa pemanasan global bukan sesuatu yang harus dihadapi dengan skeptis, tetapi harus direspond dengan sangat serius oleh setiap Negara di Bumi ini.
Memang perubahan besar tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tapi, kita harus mulai peduli dengan apa yang akan terjadi bagi umat manusia di masa yang akan datang.
Well, semoga kondisi di Mali semakin aman rakyatnya bisa tidur dengan tenang, penelitian dapat berlangsung dengan aman, dan para pemimpin Negara mulai memperhatikan kondisi Lingkungannya.

Spoiler for Referensi:
Wikipedia.org
TheGuardian.com
[url=https://archive.org/details/stratigraphypal00olea ]https://archive.org[/url]
TheGuardian.com
[url=https://archive.org/details/stratigraphypal00olea ]https://archive.org[/url]
Quote:


HT_Dinosaurus Jenis Baru Berhasil Diidentifikasi_HT
HT_Jejak kaki Dinosaurus berumur 170 juta tahun ada di Skotlandia_HT
HT_Ini Ukuran Hewan Modern di Zaman Purba_HT
HT_Ternyata Kura-kura Purba tak Memiliki Tempurung_HT
Diubah oleh froye 21-07-2019 13:07





eShopSulis dan 23 lainnya memberi reputasi
22
20K
Kutip
104
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan