Teka-teki mengenai penembakan korban kerusuhan 21-22 Mei lalu, akhirnya sedikit terkuak.

Polri menyatakan bahwa dari 2 proyektil yang bersarang di tubuh korban tersebut ternyata tidak sesuai dengan senjata yang digunakan Brimob.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Asep Adi Saputra kepada wartawan, di Gedung Ombudsman, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan (16/7).

Asep Adi mengatakan uji balistik tersebut mengkomparasikan proyektil peluru dengan senjata Brimob. Hasilnya, dikatakan Asep, proyektil tidak identik dengan senjata organik anggota Brimob.

Dengan temuan ini, maka dugaan 'settingan' dalam kerusuhan itu semakin kuat. Kerusuhan tersebut merupakan hasil pengondisian sebelumnya yang telah dilakukan beberapa bulan sebelumnya.

Pengakuan tersebut didapat dari mereka yang ikut berdemo karena adanya ajakan berjuang yang tersebar di media sosial.

Penggorengan isu penembakan terhadap beberapa orang dalam kerusuhan itu diduga kuat merupakan bagian dari skenario untuk menjatuhkan aparat dan  pemerintah.

Padahal saat itu, aparat keamanan dilarang membawa senjata berpeluru tajam. Hanya menggunakan peluru karet dan hampa untuk memecah kerusuhan.

Adanya uji balistik ini menunjukan bahwa kerusuhan itu memang disengaja. Istilahnya ada korban yang sengaja dijadikan "martir" untuk menjatuhkan nama pemerintahan Jokowi.

Jalan menuju terungkapnya dalang kerusuhan tersebut semakin terbuka. Satu per satu fakta diungkap.

Mari kita awasi bersama.