- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Korban Penganiayaan MOS SMA Taruna Palembang Bertambah


TS
anarchy0001
Korban Penganiayaan MOS SMA Taruna Palembang Bertambah
Quote:
Korban Penganiayaan MOS SMA Taruna Palembang Bertambah
CNN Indonesia | Selasa, 16/07/2019 03:27 WIB

Kegiatan MOS di SMA Taruna Indonesia Palembang menjadi perhatian menyusul adanya siswa yang tewas karena kekerasan dalam kegiatan tersebut. (CNN Indonesia/Hafidz Trijatnika)
Palembang, CNN Indonesia -- Korban penganiayaan dalam masa orientasi siswa (MOS) di SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang bertambah.
Salah satu orang tua siswa baru SMA Taruna Indonesia, Suwito (44) mendatangi Polresta Palembang untuk melaporkan hal tersebut.
Suwito mengatakan, peristiwa penganiayaan dialami anaknya, WJ(14) diketahui pada Sabtu (13/7) sekitar pukul 14.00. Ia mengaku ditelepon pihak sekolah bahwa anaknya dibawa ke RS Karya Asih Kenten, Palembang karena sakit.
"Datang ke rumah sakit saya langsung diminta menyetujui tindakan medis mendesak untuk operasi. Kata dokter anak saya sakit di bagian perut karena ada ususnya yang terbelit. Jadi sekitar pukul 21.00 itu anak saya dioperasi," ujar Suwito.
Sebelumnya, Suwito pun menanyakan apa yang menyebabkan WJ masuk rumah sakit karena tidak memiliki sakit bawaan.
"Anak saya cerita, waktu MOS dia ditendang dan perutnya ditonjok. Dia juga menanyakan kondisi temannya [DBJ], 'mati dak kawan aku digebuki' kata anak saya. Sekarang anak saya masih dirawat pemulihan setelah operasi," ujar Suwito.
Lalu, Suwito didampingi kuasa hukumnya, Firli Darta memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut kepada kepolisian. Saat tiba di Polresta, Suwito diterima dan segera diperiksa Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Palembang.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Unit PPA Satreskrim Polresta Palembang Inspektur Dua Hasa menyatakan laporan tersebut masih didalami.
"Ada keluarga dari siswa SMA Taruna Indonesia yang melaporkan penganiayaan. Masih didalami, laporan sudah kita terima secara lisan dan akan ditindaklanjuti," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, Polresta Palembang menetapkan Obby Frisman Arkataku (24) sebagai tersangka penganiayaan yang menyebabkan DBJ (14) meninggal dunia. Obby merupakan pegawai sekolah yang bertugas sebagai pembina dan pengawas dalam kegiatan MOS di SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang.
DBJ mengalami kejang-kejang di asrama sekolah usai mengikuti proses orientasi yakni berjalan sejauh 4 kilometer pukul 24.00 Jumat (12/7). Namun pukul 01.00, Sabtu (13/7), setibanya di kawasan Sukabangun, DJB pingsan saat disuruh berjalan ke parit selebar 2 meter.
Akibat kejang-kejang tersebut, pihak sekolah membawa DBJ ke RS Myria Palembang untuk diberikan pertolongan medis namun nyawa DBJ tidak tertolong.
Quote:
Racau 'Ampun Komandan' Korban MOS SMA Taruna yang Masih Koma
CNN Indonesia | Rabu, 17/07/2019 20:07 WIB


Palembang, CNN Indonesia -- Untaian selang dan kabel masih menghubungkan tubuh WJ (14), siswa SMA Taruna Indonesia Palembang, dengan mesin penunjang kehidupan di Intensive Care Unit (ICU) RS RK Charitas, Palembang.
Sejak selesai operasi usus bocor di RS Karya Asih pada Sabtu (13/7) pukul 23.00 hingga Rabu (17/7) petang setelah dirujuk pindah rumah sakit, siswa baru SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia, Palembang ini masih dalam kondisi kritis dan sama sekali belum sadarkan diri.
Di sela ketidaksadaran anak dari pasangan Suwito-Nurwanah ini, igauan dan erangan kesakitan seringkali meluncur dari mulut yang dipasangkan ventilator tersebut.
Racauan 'ampun', dan 'ampun komandan'kerap terlontar dari mulut WJ yang dalam kondisi tak sadarkan diri tersebut.
"Ampun, ampun komandan," kata Suwito menirukan igauan anaknya.
Suwito mengatakan igauan anaknya itu terdengar sering, dan ia tak menghitung jumlahya.
Sang ibu, Nurwanah, enggan beranjak dari sisi kiri ranjang tempat WJ berbaring. Air mata Nurwanah terlihat menderai, dan mulutnya tak berhenti memanjatkan doa memohon kesembuhan anaknya itu. Berbeda dengan Suwito yang meladeni pembesuk, Nurwanah irit bicara kepada para penjenguk anaknya. Bahkan, ketika pejabat publik yang membesuk anaknya, Nurwanah tetap diam menemani sang buah hati.
Namun, dalam kunjungannya, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) RI Retno Listyarti mengungkapkan Nurwanah sempat mendengarkan pengakuan WJ yang mengalami kekerasan dan dianiaya dalam proses Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMA Semi Militer Taruna Indonesia Palembang. Pengakuan WJ tersebut bahkan direkam Nurwanah.
"Sangat miris, orang tua mengantarkan anaknya bersekolah dalam kondisi sehat, namun pulang sudah di rumah sakit. Berdasarkan pengakuan orang tuanya pun korban sering mengigau, nampaknya mengalami trauma karena menjerit-jerit seperti orang dipukuli. Saya tidak tahu ini bagaimana menggali [keterangan] karena ibunya menangis terus," ujar Retno, Palembang, Rabu (17/7).
Suwito menerangkan pihak keluarga belum bisa melaporkan secara resmi penganiayaan WJ tersebut karena korban belum bisa dimintai keterangan.
"Untuk sementara ini, kita sudah minta Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Sumsel untuk memberikan bantuan psikologis kepada orang tua WJ. Termasuk orang tua korban yang meninggal, DBJ yang berada di kabupaten. Ini harus provinsi yang bergerak karena domisili korban yang antardaerah," ujar Retno.
Dokter ICU RS RK Charitas, Justinus R Nugroho mengatakan kesehatan WJ belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Sejauh ini, kata dia, kestabilan WJ masih ditunjang obat-obatan dan pemakaian peralatan medis yang intensif.
Selain itu, sambungnya, rumah sakit pun membentuk tim khusus dari berbagai ahli untuk menangani kondisi kesehatan WJ
"Kami berharap kondisinya tidak memburuk. Kami masih mencoba mendiagnosa penyebab luka yang diderita oleh WJ, namun kini belum bisa disimpulkan penyebabnya," ujar Justinus.

Polisi melakukan olah TKP Penganiayaan SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia dengan tersangka Obby Frisman Arkataku di Palembang, 16 Juli 2019. (CNN Indonesia/Hafidz)
Laporan ke Polisi
Sementara itu, kuasa hukum keluarga WJ, Firli Darta mengatakan baru melaporkan penganiayaan yang dialami WJ secara lisan kepada Polresta Palembang. WJ yang masih dalam kondisi tidak sadar menyebabkan penyelidikan belum bisa dilakukan.
"Untuk saat ini keluarga masih fokus dalam masa penyembuhan, sekarang kondisinya sedang genting sekali, keluarga besar sudah berkumpul di RS Charitas," ujar dia.
Firli mengatakan saat mendaftar di SMA Taruna Indonesia, WJ dalam kondisi sehat wal afiat. Itu pun, sambungnya, dibuktikan pula lewat tes kesehatan yang menjadi syarat untuk masuk SMA Semi Militer tersebut.
"WJ dipastikan sehat tidak menderita penyakit apa-apa sebelum MOS, karena lulus tes kesehatan dari sekolah. Jadi ini ada penyebab lain yang menyebabkan ususnya terbelit atau bocor itu. Kita belum bisa menyimpulkan apa-apa karena WJ belum sadar. Doakan saja lekas sembuh, bisa kembali beraktifitas, dan bisa memberikan keterangan kepada penyidik," tutur Firli.
Dikonfirmasi terpisah, Kasatreskrim Polresta Palembang Komisaris Yon Edi Winara membenarkan perihal belum dimulainya penyidikan atas laporan kekerasan yang dialami WJ.
Ia mengatakan keluarga WJ baru melaporkan secara lisan, karena belum memiliki bukti terkait laporan tersebut. Pihaknya masih akan menindaklanjuti laporan keluarga WJ apabila korban sudah sadarkan diri.
"Kita tidak bisa menuduh ataupun mengusut perkara dimana belum ada buktinya. Karena itu, kami masih menunggu WJ sadar untuk keterangan tersebut. Kami juga masih harus menunggu hasil medisnya," ujar Yon Edi.
"Untuk saat ini keluarga masih fokus dalam masa penyembuhan, sekarang kondisinya sedang genting sekali, keluarga besar sudah berkumpul di RS Charitas," ujar dia.
Firli mengatakan saat mendaftar di SMA Taruna Indonesia, WJ dalam kondisi sehat wal afiat. Itu pun, sambungnya, dibuktikan pula lewat tes kesehatan yang menjadi syarat untuk masuk SMA Semi Militer tersebut.
"WJ dipastikan sehat tidak menderita penyakit apa-apa sebelum MOS, karena lulus tes kesehatan dari sekolah. Jadi ini ada penyebab lain yang menyebabkan ususnya terbelit atau bocor itu. Kita belum bisa menyimpulkan apa-apa karena WJ belum sadar. Doakan saja lekas sembuh, bisa kembali beraktifitas, dan bisa memberikan keterangan kepada penyidik," tutur Firli.
Dikonfirmasi terpisah, Kasatreskrim Polresta Palembang Komisaris Yon Edi Winara membenarkan perihal belum dimulainya penyidikan atas laporan kekerasan yang dialami WJ.
Ia mengatakan keluarga WJ baru melaporkan secara lisan, karena belum memiliki bukti terkait laporan tersebut. Pihaknya masih akan menindaklanjuti laporan keluarga WJ apabila korban sudah sadarkan diri.
"Kita tidak bisa menuduh ataupun mengusut perkara dimana belum ada buktinya. Karena itu, kami masih menunggu WJ sadar untuk keterangan tersebut. Kami juga masih harus menunggu hasil medisnya," ujar Yon Edi.
Quote:
Korban meninggal 1 orang, korban ICU 1 orang..

Gw yang dewasa saja umur 20-an ditonjok dan ditendang pasti bisa tidak sadarkan diri, sedangkan ini yang masih anak-anak malah ditendang di tonjok.

Ini sih sudah tidak bisa ditolerir lagi. Tidak ada itu namanya kekerasan fisik di pendidikan Militer apalagi ini pakai embel2 semi militer.

Anak umur 14 tahun masih dibawah umur sudah ditendang2 di doktrin sebutan2 ampun dan pakai istilah senioritas seperti komandan dsb.

Amat sangat wajib menutup sekolah seperti ini.

Bayangkan saja kejadian ini baru Masa Orientasi Siswa (MOS) alias perkenalan belum masuk ke masa pendidikan resminya.
Diubah oleh anarchy0001 17-07-2019 21:30






fitra91 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
4.9K
Kutip
60
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan