- Beranda
- Komunitas
- Automotive
- Kendaraan Roda 2
Motor Suzuki Pernah Jaya, tapi Kini Kurang Diminati. Mengapa?
TS
djalanloeroes
Motor Suzuki Pernah Jaya, tapi Kini Kurang Diminati. Mengapa?
Sepeda motor Suzuki pernah cukup diminati di Indonesia. Pada tahun 1970-an, ketika sepeda motor belum begitu banyak di Indonesia, Suzuki A-100, motor 2 tak 100 cc, sangat terkenal. Motor ini terbukti bermesin bandel dan tak pernah rewel. Ia bersaing dengan Honda yang kala itu mengandalkan Honda 90 Astra, motor 4 tak.
Memasuki era 90-an, Suzuki terkenal sebagai produsen sepeda motor yang paling inovatif. Dengan tagline “Inovasi Tiada Hanti”, Suzuki menghadirkan RGR 150, motor batangan ala motor balap berfairing, 2 tak. Motor ini yang pertama menggunakan monoshock. Shogun 110, motor bebek 4 tak yang pertama ber-cc 110 dan terkenal andal dan bertenaga besar. Era Shogun 110 juga menandai merajainya Suzuki di balap motor kelas bebek 4 tak 110 cc. Suzuki juga mengeluarkan Satria 125 cc 2 tak yang terkenal kencang dan motor bebek pertama dengan monoshock.
Era kejayaan Suzuki masih berlanjut di awal 2000-an dengan Shogun 125 cc dan Satria 150 cc, keduanya motor 4 tak yang terkenal bertenaga besar dan kencang.
Lalu hadirlah Smash 110 cc, bebek 4 tak low entry yang dihadirkan Suzuki untuk membendung boomingnya motor China kala itu. Karena motor-motor China masuk dengan harga yang murah, Smash pun diposisikan sebagai motor “paket hemat”.
Smash sangat sukses dan berhasil merajai jalan raya di kelasnya. Namun, suksesnya Smash juga menandai awal kemunduran Suzuki di Indonesia. Kalau Smash mencapai puncak kesuksesan, Suzuki bahkan menempati urutan nomor dua dalam penguasaan pangsa pasar sepeda motor di Indonesia, di bawah Honda.
Smash yang booming, memenuhi jalan raya, kemudian menjadi kampanye negatif bagi Suzuki. Apa pasal? Karena kualitas Smash, terutama bodinya, yang sangat rendah. Bodi Smash mudah retak dan pecah. Seakan menjadi jawaban karena harganya yang murah. Padahal, Smash sudah terlanjur booming sehingga rontoknya bodi Smash menjadi pemandangan sehari-hari di jalan raya.
Sejak kasus Smash itulah era Suzuki menjadi meredup dan sulit bangkit kembali hingga kini. Sejak itu pula berkembang opini di publik otomotif Tanah Air tentang motor Suzuki yang membuat motorn Suzuki kurang diminati. Opini tersebut adalah:
Pertama, desain motor Suzuki selalu ketinggalan zaman. Desainnya out of date. Anak-anak motor mengistilahkannya “katrok” dan zadul. Sementara kompetitor selalu memunculkan desain yang modern, aerodinamis, dan “segar”.
Kedua, bodi dan cover motor Suzuki berkualitas rendah, tipis, dan mudah patah/pecah. Pendapat ini muncul akibat kasus Smash tadi.
Ketiga, spare part motor Suzuki langka. Jarang bengkel menyediakan spare part Suzuki. Akibatnya, ketika konsumen butuh, harga spare part menjadi mahal, bahkan terkadang harus inden dulu.
Keempat, harga jual kembali motor Suzuki murah. Dibanding kompetitor sekalas, harga jual kembali motor Suzuki bisa lebih murah sepertinya, bahkan setengahnya. Hal ini menjadi alasan konsumen untuk tidak memilih Suzuki karena kebanyakan konsumen suatu saat akan menjual kembali motornya untuk ganti dengan motor baru.
Semoga hal-hal ini bisa menjadi masukan bagi Suzuki untuk bangkit dan meraih kembali kejayaannya.
Ditulis berdasarkan opini pribadi dan opini publik otomotif di Indonesia
Sumber foto
Spoiler for Suzuki RGR 150:
Memasuki era 90-an, Suzuki terkenal sebagai produsen sepeda motor yang paling inovatif. Dengan tagline “Inovasi Tiada Hanti”, Suzuki menghadirkan RGR 150, motor batangan ala motor balap berfairing, 2 tak. Motor ini yang pertama menggunakan monoshock. Shogun 110, motor bebek 4 tak yang pertama ber-cc 110 dan terkenal andal dan bertenaga besar. Era Shogun 110 juga menandai merajainya Suzuki di balap motor kelas bebek 4 tak 110 cc. Suzuki juga mengeluarkan Satria 125 cc 2 tak yang terkenal kencang dan motor bebek pertama dengan monoshock.
Era kejayaan Suzuki masih berlanjut di awal 2000-an dengan Shogun 125 cc dan Satria 150 cc, keduanya motor 4 tak yang terkenal bertenaga besar dan kencang.
Lalu hadirlah Smash 110 cc, bebek 4 tak low entry yang dihadirkan Suzuki untuk membendung boomingnya motor China kala itu. Karena motor-motor China masuk dengan harga yang murah, Smash pun diposisikan sebagai motor “paket hemat”.
Smash sangat sukses dan berhasil merajai jalan raya di kelasnya. Namun, suksesnya Smash juga menandai awal kemunduran Suzuki di Indonesia. Kalau Smash mencapai puncak kesuksesan, Suzuki bahkan menempati urutan nomor dua dalam penguasaan pangsa pasar sepeda motor di Indonesia, di bawah Honda.
Smash yang booming, memenuhi jalan raya, kemudian menjadi kampanye negatif bagi Suzuki. Apa pasal? Karena kualitas Smash, terutama bodinya, yang sangat rendah. Bodi Smash mudah retak dan pecah. Seakan menjadi jawaban karena harganya yang murah. Padahal, Smash sudah terlanjur booming sehingga rontoknya bodi Smash menjadi pemandangan sehari-hari di jalan raya.
Sejak kasus Smash itulah era Suzuki menjadi meredup dan sulit bangkit kembali hingga kini. Sejak itu pula berkembang opini di publik otomotif Tanah Air tentang motor Suzuki yang membuat motorn Suzuki kurang diminati. Opini tersebut adalah:
Pertama, desain motor Suzuki selalu ketinggalan zaman. Desainnya out of date. Anak-anak motor mengistilahkannya “katrok” dan zadul. Sementara kompetitor selalu memunculkan desain yang modern, aerodinamis, dan “segar”.
Kedua, bodi dan cover motor Suzuki berkualitas rendah, tipis, dan mudah patah/pecah. Pendapat ini muncul akibat kasus Smash tadi.
Ketiga, spare part motor Suzuki langka. Jarang bengkel menyediakan spare part Suzuki. Akibatnya, ketika konsumen butuh, harga spare part menjadi mahal, bahkan terkadang harus inden dulu.
Keempat, harga jual kembali motor Suzuki murah. Dibanding kompetitor sekalas, harga jual kembali motor Suzuki bisa lebih murah sepertinya, bahkan setengahnya. Hal ini menjadi alasan konsumen untuk tidak memilih Suzuki karena kebanyakan konsumen suatu saat akan menjual kembali motornya untuk ganti dengan motor baru.
Semoga hal-hal ini bisa menjadi masukan bagi Suzuki untuk bangkit dan meraih kembali kejayaannya.
Ditulis berdasarkan opini pribadi dan opini publik otomotif di Indonesia
Sumber foto
Anti.mukidi dan 32 lainnya memberi reputasi
33
53.4K
278
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan