IdhamahdIAvatar border
TS
IdhamahdI
Fashion-Nista
Penampilan mahasiswa jaman dulu dengan jaman sekarang udah bener-bener berbeda. Kalo dulu, misalnya seperti yang kita liat di film Warkop atau Catatan Si Boy, kebanyakan mahasiswa datang ke kampus dengan setelan kemeja santai dan celana bahan/jeans. Dandanan kasual semiformal ini seperti disesuaikan dengan label mahasiswa sebagai kaum intelek. Namun demikian, jaman udah berubah. Kampus sekarang udah gak lagi jadi tempat yang didatangi oleh mahasiswa bergaya busana monoton. Ada banyak klasifikasi gaya berpakaian mahasiswa saat datang ke kampus. Secara umum, gue mengelompokan ini ke dalam lima kategori gaya busana mahasiswa di kampus.

  • Mahasiswa Biasa | Mereka adalah tipe mahasiswa yang kesehariannya tampil biasa dan gak menyolok perhatian. Ibarat kata, mereka adalah daun di tengah hutan. Kalo untuk cowok, biasanya mereka selalu simpel dengan kaos/t-shirt/kemeja dengan balutan celana jeans di kaki. Hal serupa juga dapat terlihat pada cewek yang nyaman datang ke kampus dengan dandanan sederhana mereka.

  • Mahasiswa Cuek | Tipe ini hampir sama dengan mahasiswa biasa, hanya aja mereka lebih cuek. Kecuekan mereka bahkan hampir di ambang gak tau mulu. Beberapa ada yang kuliah cuman make kaos oblong doang, beberapanya lagi ada yang ke kampus make daun pisang. Oke yang ke kampus make daun pisang doang cuman gue. Khusus untuk cowok, di samping kaos dan jeans yang terlihat udah bapuk, biasanya mereka juga gak terlalu memerhatikan soal penampilan rambut. Rambut gondrong yang menjuntai gak rapi seolah mendukung penampilan gak terurus mereka. Biasanya tipe-tipe mahasiswa kayak gini kalo kuliah pagi gak pernah mandi.

  • Hijaber | Pembahasan pada poin ketiga ini lebih difokuskan pada kaum perempuan, karena jarang gue liat ada laki make hijab. Ada tiga tipe hijaber di sini, yaitu hijaber konvensional, hijaber kasual, dan hijaber modis. Hijaber konvensional adalah tipe hijaber yang gaya penampilannya merujuk pada esensi pokok adat berpakaian muslim yang tradisional dan baku. Biasanya tipe-tipe hijaber seperti ini cenderung berpenampilan sederhana dengan balutan hijab dan rok panjangnya. Sementara itu, sesuai namanya, hijaber kasual lebih mencitrakan model berpakaian hijab yang telah diadaptasi dengan gaya kasual jaman sekarang. Sedangkan hijaber modis adalah tipe hijaber yang mengombinasikan gaya berpakaian muslim dengan variasi fesyen masa kini. Mereka tidak hanya memegang prinsip menutup aurat, tapi juga mengaplikasikan adat busana muslim dengan tren jaman sekarang untuk tetap tampil modis.

  • Mahasiswa Modis | Tipe mahasiswa ini selalu total dalam berbusana di setiap kesempatan. Mereka seperti gak memiliki celah atas ketidaksempurnaan penampilannya. Bagi cowok, kaos branded, jaket branded, jeans branded, sarung branded, koteka branded dan lain-lainnya yang serba branded selalu setia menemani hari-hari mereka di kampus. Sedangkan untuk cewek, mereka lebih niat lagi. Di samping fashion item (jiaaa "fashion item"... omongan gue udah kayak host acara fashion di net aja...) yang bermerek seperti baju, celana, atau tas, beberapa di antara mereka juga ada yang tampil maksimal dengan lapisan make up tebal dan lipstick-nya. Kadang gue gak tau, muka mereka putih karena bedak make up atau karena di jalan abis nyundul tukang kue mochi.

  • Mahasiswa Sporty | Ini adalah tipe mahasiswa penggemar olahraga yang selalu mengenakan atribut keolahragaan mereka ke kampus. Atribut olahraga emang bisa menjadi sebuah simbol representatif yang dapat mengekspresikan kecintaan orang ke jenis olahraga tertentu seperti topi baseball bagi penggemar baseball atau Air Jordan untuk fans basket. Salah satu atribut olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat kita adalah jersey bola.


Gue inget dulu pas jaman-jamannya pertama punya baju bola. Jersey pertama gue adalah Bierhoff-nya Milan musim 1999/2000. Tiap make baju tersebut kayaknya gue berasa keren aja. Waktu itu selain baju Dragon Ball, Smackdown, ama Snoopy; jersey bola emang musim banget di kalangan para bocah. Hobi make jersey ini ampe ngebuat kita suka maen pleset-plesetan nama pemain bola. “Boban” jadi “Babon”, “Beckham” jadi “Bebek kampung”, “Giggs” jadi “Gigi selang-seling”. Warna-warni kostum bola emang gak pernah pudar pesonanya. Sampe sekarang pun jersey bola terus memancarkan daya tariknya sampai menjadi tren di masyarakat. Gak sulit untuk menemukan jersey bola di pasaran, dari mulai yang ORI ampe KW 3. Tren memakai jersey bola pun menular ke lingkungan kampus. Sehari-hari bisa kita liat beragam jersey klub bola yang melekat di tubuh para mahasiswa. Cewek juga gak mau ketinggalan tren ini. Banyaknya model jersey cewek yang gak lagi canggung dikenakan oleh mereka semakin membuktikan bahwa tren ini udah sangat udah sangat meluas perkembangannya di masyarakat. Kalo fans bola make jersey bola, fans basket make sepatu basket, fans baseball make topi baseball, mungkin di masa depan ketika olahraga renang jadi tren, kita bisa liat orang ke kampus make sempak renang.

Gaya berpakaian bisa menjadi salah satu ciri identitas kelompok sosial di dalam masyarakat. Misalnya anak-anak gaul yang dalam geng hitsnya selalu mengenakan pakaian serba gaul atau anak bola yang dalam geng bolanya selalu akrab dengan setelan jersey klub bola kebanggaan mereka. Itu udah kayak aturan gak tertulis yang tersemat di masing-masing diri mereka kalo mau terlibat pada komunitas pergaulan tertentu. Ya analoginya kayak lo harus mengembik kalo mau gabung ke rombongan kambing, atau mengaung kalo mau masuk ke kelompok serigala. Berdasarkan pemahaman tersebut, gue gak mungkin tiap hari dandan make jilbab kalo mau gabung ke geng anak metal.

Gue sendiri termasuk karakter mahasiswa nomor dua, yaitu mahasiswa cuek. Gue gondrong, baju gue belel & kuning, dan gak jarang gue gak mandi pas ada kuliah pagi. Dandanan gue di kampus emang di bawah standar banget. Setelan gue gak jauh-jauh dari kaos polos yang masih ada bekas noda tintanya, jaket item yang lebih cocok dipake ama bapak-bapak, sepatu bolong yang penuh dengan debu, dan jeans usang yang gak dicuci selama tiga bulan. Gue emang gak punya gaya. Dan kalo itu belom cukup mewakili gambaran penampilan gue di kampus, pengalaman berikutnya bahkan lebih menjerumuskan gue ke dalam status sebagai mahasiswa yang gak fashionable. Dilatarbelakangi oleh situasi di kelas, gue yang lagi bengong saat dosen nerangin tiba-tiba dipanggil dari belakangama seorang temen, Agnes.

“Dham...”

“Hmm...?” noleh ke belakang dengan sok keren, padahal pas noleh, leher gue keplitek.

“Itu...”

“Itu...?” dalam hati gue berpikir, mungkin dia mau nanya materi kuliah yang kurang dia pahami. Sialan, gue emang keren abis.

“Itu boxer kamu yang gambar Mickey Mouse warna pink nyembul keluar.”

Fak.

Boxer. Mickey Mouse. Dan Pink. Pink sodara-sodaraaa.

Saat beli boxer tersebut, tentu gue gak pernah mengekspektasikan diri untuk mamerin celana itu ke hadapan orang-orang. Waktu beli, gue cuman berpikir bahwa ni boxer keliatannya bakalan adem kalo dipake di rumah. Apapun modelnya, yang penting fungsional, gak pernah terbesit di pikiran gue bahwa di masa depan gue bakalan memperlihatkan boxer tersebut ke salah satu temen cewek di kampus. Gue bukan tipe orang gak tau malu yang dengan pedenya keluar cuman berbalutkan boxer doang. Bagi gue itu jijik ketika ngeliat cowok make boxer mini hingga menampakan bulu yang menjalar dari tulang kering sampe paha mereka.

*Kata seseorang yang pernah ke warung make celana renang*

Pada ujungnya pengalaman ini semakin meyakinkan orang bahwa gue emang punya selera yang buruk dalam berpakaian, termasuk soal pakaian dalam. Ada banyak pilihan boxer lainnya yang bisa dipake oleh mahasiswa yang akil baligh-nya 50 tahun yang lalu selain boxer bermotif karakter tikus yang punya tumor segede piring di pala. Sebut aja ada boxer polos, kotak-kotak, polkadot, et cetera, et cetera. Bahkan di jaman sekarang, distro-distro udah banyak menyediakan ragam pilihan motif boxer yang bisa membuat gue disebut anak gaul kayak boxer motif motor, motif tengkorak, motif ganja, motif lalapan, dll. Pemakaian boxer Mickey Mouse berwarna pink oleh bujangan alot cuman memberikan gue kesan bahwa masa kecil gue kurang bahagia.Ya maklum lah, emang kenyataannya masa kecil gue kurang bahagia. Gue selalu nangis kalo tiap ulang tahun gak pernah dikasih perosotan. Padahal pengen gue taro di ruang tamu.

Menyoal pada kesalahan dalam berpakaian, ketidakpekaan gue dalam berbusana juga menyeret gue ke situasi yang mengeksekusi kemaluan gue (maksudnya yang membuat gue malu, gue gak bicara soal penggal-memenggal baik.). Ini terjadi saat SMA dulu. Kala itu gue yang lagi ngaso sambil kipas-kipas selangkangan di rumah tetiba mendapat telpon dari temen gue, Maming.

“Halo, Dham, di mana lo?”

“Hah? Gue lagi di rumah aja, ngape.”

“Lo gak dateng ke ulang tahunnya si Indah?”

“Indah yang mana?”

“Indah temen SMA lo…”

“Kan ada dua. Yang cewek apa yang laki?”

“Indah mana ada yang laki bodoh!” (pupuslah rencana gue untuk namain anak laki gue "Indah")

“Oh…”

“Iya, lo kagak dateng ke ulang tahunnya?”

“Hah? Dia ulang tahun? Oh…”

“Iyak elah, lo kemari dong, banyak anak-anak, nih…”

“Aduuh… lagi mager gue, nih…”

“Yah, temenin gue dong… rame, nih.”

“Errngh… emang ada siapa aja?”

“Banyaak... Udeh pokoknya lo ke sini dulu, gue tunggu ye.”

“Errmm… yaudah, deh… tunggu, ni sape, si?”

“MAMING, buset dah baru nanya sekarang. Dateng ye.”

“Yaokelah.”

Setelah telepon ditutup, gue pun langsung bersiap untuk pergi ke rumahnya si Indah. Indah adalah temen sekelas gue saat SMA dulu yang rumahnya deket dengan rumah gue. Saat itu gue berpikir bahwa si Indah cuman ngadain pesta kecil-kecilan yang dihadirin oleh temen-temen deketnya. Oleh karena itu gue dateng ke sana dengan perlengkapan yang nyantai: kaos oblong, celana pendek, dan sendal jepit. Gue gak pernah mengira bahwa apa yang gue kenakan saat itu malah menjadi bom bunuh diri karena pesta yang gue hadiri terlihat jauh dari bayangan gue. Pestanya rame, ada dekorasinya, banyak makanan, dan banyak tamu yang hadir dengan baju bagus sementara gue dateng kayak tukang minta-minta. Dateng-dateng gue langsung diketawain.

“Anjing, Dham! Dandanan lo metal banget! Wahahahahah!!” reaksi si Maming setelah ngeliat gue yang kayak lagi nge-cosplay tukang ojeg payung.

“… Abis gue pikir pestanya kecil-kecilan gitu…”

“Kan gue udah bilang banyak orang! Gyahahahah…”

“Yaa… gue gak nyangka bakalan sebanyak ini…”

Untungnya si Indah dengan berbaik hati mau menerima gue. Gue dikasih makanan dan minuman yang sama dengan para tamu undangan yang make baju bagus. Pesta ulang tahun tersebut jadi terlihat seperti acara ngasih sedekah ke kaum dhuafa.

Inilah akibatnya kalo punya kepribadian yang gak sensitif sama gaya busana. Setelan gaya gue kayak semacam resisten ama perkembangan mode jamann sekarang. Kayaknya semua outfit gaul gak berjodoh banget ama gue. Apalagi postur badan gue yang kurus kering juga kurang menunjang untuk make pakaian gaul jaman sekarang. Baju jangkis dan skinny jeans di badan kerempeng gue cuman membikin gue keliatan kayak siluman peniti. Fisik kurang, selera fesyen di bawah standar, beginilah rasanya jadi fashion-nista. Terlalu nista untuk bergaya.

Dear, Diare...

Gue udah mempermalukan diri sendiri. Ya gue sadar bahwa selera fashion gue memang gak sebagus yang dibayangkan. Gue tau seharusnya gue gak beli boxer Mickey Mouse. Seharusnya gue beli boxer Donald Bebek.






Diubah oleh IdhamahdI 09-07-2019 09:33
0
356
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan