unicorn.phenexAvatar border
TS
unicorn.phenex
Sampai Kapan Pencari Suaka Tinggal di Trotoar Ibu Kota?


Sudah lebih dari sepekan para pencari suaka bermukim di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Sebelumnya, para pencari suaka itu sempat berdiam diri di Kalideres, Jakarta Barat.

Kondisi para pencari suaka tampak memprihatinkan. Di antara mereka, ada yang mencurahkan isi hati bahwa anaknya sakit perut dan muntah.

"Anak saya juga sakit sudah dua hari, sakit perut sama muntah. Di sini semua anak-anak sakit ini (sakit perut dan muntah), sudah dua hari," ujar Nazifa asal Afganistan dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (8/7/2019).

Nazifa tidak mengetahui penyebab sakit perut dan muntah anaknya. Namun ibu Mohammad Faiz tersebut mengatakan anaknya sudah diberi obat.

"Tidak tahu (kenapa anak sakit). Di sini ada dua anak orang Somalia, sama, sakitnya sama. Sudah (diberi obat), terus muntah-muntah sudah sedikit. Itu perutnya belum sehat. Ini lagi sakit (menunjuk sang anak)," ucap wanita berumur 21 tahun itu.


Nazifa dapat membeli obat setelah diberi uang oleh seorang warga negara Australia ketika mewawancarainya. Dia mendapat uang Rp 150 ribu, lalu ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan dan diantar taksi online secara gratis.

"Itu obatnya beli (uang) dari orang Australia, itu dia wawancara sama saya. Itu dia lihat anak saya perutnya sakit. Dia kasih Rp 150 ribu buat dua keluarga," katanya.

"Naik taksi online. Lalu pulang dia (sopir) tahu saya tinggal di jalan, dia (bilang) nggak bayar, free," tambahnya.


Ketika ditanya kenapa anaknya tidak berobat ke dokter, Nazifa mengatakan tidak memiliki uang, "Aku tidak punya uang," tuturnya. Sang anak, Mohammad Faiz, berumur 1 tahun 9 bulan, yang lahir di Afganistan, saat umur 5 bulan dibawa ke Indonesia untuk mencari suaka.

Pantauan detikcom, para pencari suaka masih bertahan di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta pusat. Mereka duduk-duduk santai, salah satunya di depan Masjid Ar-Rayyan Kementerian BUMN dan di depan gedung Ravanido. Terlihat memang para pencari suaka ini membawa anaknya di trotoar jalan. Terpantau satu keluarga membawa satu-dua anak.

Mereka duduk sambil sambil bercengkerama dengan keluarganya. Ada juga anggota keluarga yang sedang menemani anaknya bermain. Lalu lintas di Jalan Kebon Sirih ramai-lancar. Para pekerja kantor yang pulang kerja tampak berjalan santai melewati para pencari suaka.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyebut masalah pencari suaka yang telantar di trotoar Jalan Kebon Sirih adalah tanggung jawab Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Menurutnya, UNHCR-lah yang bertanggung jawab mencarikan negara yang bersedia menampung para pencari suaka itu.

"Mungkin masalahnya bukan di pihak Indonesia ya, tapi dengan pihak UNHCR yang mencarikan negara yang bersedia menampung mereka sebagai pengungsi. Itu di luar ranah pemerintah karena itu adalah bagaimana tanggung jawab yang dimiliki oleh UNHCR untuk mencarikan status penempatan mereka," ujar Plt Jubir Kemlu Teuku Faizasyah kepada wartawan di kantornya, Jalan Pejambon, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (5/7).

Untuk itu, pemerintah RI berharap UNHCR segera bergerak untuk memberi solusi bagi para pencari suaka yang berdiam diri di trotoar Jalan Kebon Sirih.

"Kami berharap pihak UNHCR dapat segera memproses mereka segera menuju negara ketiga yang dapat menampung mereka sebagai warga negara atau segera memulangkan mereka ke negara asalnya bila dimungkinkan," kata Kepala Subbagian Humas Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkum HAM Sam Fernando kepada wartawan, Sabtu (6/7).

Para pencari suaka ini sudah lama berada di kawasan Kalideres, Jakarta Barat, tepatnya di pinggir jalan luar Rumah Detensi Militer (Rudenim). Namun, sejak pekan lalu, mereka semakin banyak berpindah ke trotoar kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, dekat kantor UNHCR Perwakilan Indonesia. Mereka berharap segera diberangkatkan oleh UNHCR ke luar negeri.

"Pengungsi datang ke Indonesia pada dasarnya hanya transit. Biasanya mereka bertujuan ke Australia atau New Zealand yang mereka tuju. Prosesnya kita serahkan melalui UNHCR untuk memverifikasi mereka," kata Sam.

Sam menyatakan pengurusan para pencari suaka di luar tanggung jawab Direktorat Jenderal Keimigrasian. Supaya mereka segera diberangkatkan oleh UNHCR, pihak Ditjen Keimigrasian terus berkomunikasi dengan UNHCR.

"Itu di luar ranah Imigrasi karena hal itu adalah tanggung jawab yang dimiliki oleh UNHCR untuk mencarikan status penempatan mereka. Imigrasi sebatas mengawasi mereka sebagai orang asing yang berada di Indonesia. Apabila ada pelanggaran keimigrasian, imigrasi akan memprosesnya," kata Sam.

sampai kapan

Pulau galang dulu menampung 250 ribu pengungsi vietnam yang pada akhirnya bagi yang tidak mendapat negara tujuan dipulangkan ke negara asalnya.

Dari pada menyusahkan warga negara kenapa tidak dibuatkan atau diberdayakan kembali fasilitas penampungan tersebut.

Kenapa pemerintah terkesan lambat menangani para pengungsi dr timteng dan afrika ini?
Bukannya sudah banyak kasus gesekan sosial yg berdampak negatif terhadap warga negara kita?


referensi tentang pulau galang

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengun...m_di_Indonesia
Diubah oleh unicorn.phenex 08-07-2019 15:06
raptordeltadunn
tomo007
ssalfad
ssalfad dan 7 lainnya memberi reputasi
8
6.8K
83
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan