- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
TOPENG WARISAN SETAN


TS
breaking182
TOPENG WARISAN SETAN
TOPENG WARISAN SETAN

PROLOG
Quote:
Di atas langit sana, rembulan begitu pucat. Di sekeliling, kegelapan begitu hitam pekat melingkupi permukaan bumi. Kesunyian yang tadi menyergap mulai terusik dengan suara semak belukar dan rumput kering yang tersibak langkah –langkah kaki yang berlari dengan terburu –buru dan membabi buta. Lewat cahaya bulan pucat yang merembes terlihatlah seorang lelaki berpakaian serba gelap berlari seperti dikejar setan. Dalam kegelapan malam.
Tubuhnya beberapa kali membentur pohon, pakaiannya robek-robek terkait duri, bahkan kulitnya penuh dengan barut luka yang menjadi perih akibat teresap keringat. Namun semua itu tidak diperdulikannya. Dia lari terus sekencang yang bisa dilakukannya walau nafasnya mulai menyesak dan terengah -engah. Di tangan kirinya tampak membawa sebuah kotak berbentuk kubus yang besarnya tidak lebih dari sekepalan tangan orang dewasa. Sambil berlari dia berulang kali berpaling ke belakang seperti takut si pengejar telah sampai tepat di belakangnya.
“ Aku harus pergi !" ia merintih.
"Aku harus menjauhi tempat terkutuk ini. .. .! "
Udara sedingin es menusuk tubuhnya yang masih saja bercucuran keringat. Lelaki itu terus saja berlari dan berlari dengan mengumpulkan sisa-sisa tenaga maupun keberanian untuk menerobos kegelapan yang masih saja pekat menghadang di depannya.
"Mana jalan setapak itu! Mana jalan itu! Mana...!" , lelaki itu berlari sembari berteriak-teriak histeris. Tersaruk-saruk. Kakinya yang telanjang menginjak duri dan ranting-ranting patah, membentur akar-akar yang menyembul dari dalam tanah. Jatuh tunggang-langgang mencium tanah, tetapi segera bangkit lagi. Terdengar suara menggeram di dekatnya.
Lelaki itu sontak menghentikan larinya dan tertegun diam. Suara menggeram itu kian dekat.
Endusan napas yang berat disusul suara menggeram lagi. Lalu sepi sejenak. Tiba –tiba sesosok mahkluk hitam besar meloncat dari balik semak belukar. Terbang ke arahnya. Satu dua detik lelaki itu hanya terpana. Awalnya ia hanya melihat dua bintik hijau kemerahan di bagian depan mahkluk hitam tersebut. Detik kemudian baru ia melihat taring-taring putih. Berkilau tajam. Dan kini ia baru sadar, makhluk apa yang menerjangnya. Ia mencoba mengelak. Tetapi ia terlambat beberapa detik.
Dengan pekikan yang menyayat hati, lelaki tadi terhempas dengan mahkluk hitam besar dan berat itu berada di atas tubuhnya. Terdengar suara menggeram, suara mengaum. Kedua tangan lelaki itu meronta-ronta, mendorong-dorong tak terkendali saat telapak tangannya menyentuh benda kenyal, hangat, dan berbulu. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh makhluk itu. Ia jauhkan wajahnya dari pancaran mata hijau kemerahan itu, juga dari terkaman taring-taring yang mengancam buas.
Ia bertarung seperti orang gila yang kesurupan, mempertahankan nyawanya yang diancam maut. Kakinya menendang-nendang lalu dijejakkan sekuat-kuatnya ke tanah. Lutut dilipat, kemudian tubuhnya menggeliat untuk membebaskan diri dari impitan makhluk besar hitam itu. Kotak yang berada di genggaman tangannya juga dipukul –pukulkan berulang kali ke samping ke arah kepala mahkluk yang menghimpitnya itu.
Tetapi cakaran demi cakaran kuku mulai merobek bajunya, kulit dada serta perutnya. Ia mulai merasakan pedih dan hangat darah yang merembes dari balik baju. Tenaganya semakin berkurang. Perlawanannya pun semakin mengendur semakin lemah. Tangannya meluncur terkulai. Lehernya kini terbuka tanpa perlindungan, siap direngkah maut. Mata lelaki itu terpejam. Pasrah.
Tetapi maut itu tak pernah datang. Justru menjauh. Ia merasakan endusan napas hangat menerpa lehernya. Tubuh hitam besar yang mengimpitnya, terangkat pelan. Endusan napas makin menjauh, begitu pula suara dengus menggeram makin merendah. Secara perlahan –lahan lelaki itu membuka kelopak matanya. Menaikkan lehernya sedikit saja dan hati - hati.
Dan yang ia lihat justru keanehan. Raja hutan berbulu hitam berkilauan itu bergerak mundur menjauhinya. Sepasang matanya yang tadinya mencorong buas kini meredup tak berdaya. Seringai mulut yang tadinya buas, juga mengendur. Terdengar suara menggumam pelan dan lirih. Harimau kumbang berwarna hitam pekat itu bangkit di atas keempat kakinya yang kekar kukuh, bergerak memutar, lantas dengan suatu lompatan yang tangkas makhluk itu menghilang di balik pepohonan. Tak lama kemudian terdengar suara aumannya, sayup –sayup.
Lelaki tadi berusaha bangkit dengan susah payah akhirnya ia mampu juga untuk duduk. Meski dengan sekujur tubuhnya terasa remuk, persendian terasa mau rontok dan kaki hampir lumpuh. Di belakangnya. terdengar lagi suara menggumam pelan. Suara yang sangat ia kenali. Ia menarik nafas panjang dan pasrah menanti suara orang yang berdiri mungkin di belakangnya itu mendekat.
Tubuhnya beberapa kali membentur pohon, pakaiannya robek-robek terkait duri, bahkan kulitnya penuh dengan barut luka yang menjadi perih akibat teresap keringat. Namun semua itu tidak diperdulikannya. Dia lari terus sekencang yang bisa dilakukannya walau nafasnya mulai menyesak dan terengah -engah. Di tangan kirinya tampak membawa sebuah kotak berbentuk kubus yang besarnya tidak lebih dari sekepalan tangan orang dewasa. Sambil berlari dia berulang kali berpaling ke belakang seperti takut si pengejar telah sampai tepat di belakangnya.
“ Aku harus pergi !" ia merintih.
"Aku harus menjauhi tempat terkutuk ini. .. .! "
Udara sedingin es menusuk tubuhnya yang masih saja bercucuran keringat. Lelaki itu terus saja berlari dan berlari dengan mengumpulkan sisa-sisa tenaga maupun keberanian untuk menerobos kegelapan yang masih saja pekat menghadang di depannya.
"Mana jalan setapak itu! Mana jalan itu! Mana...!" , lelaki itu berlari sembari berteriak-teriak histeris. Tersaruk-saruk. Kakinya yang telanjang menginjak duri dan ranting-ranting patah, membentur akar-akar yang menyembul dari dalam tanah. Jatuh tunggang-langgang mencium tanah, tetapi segera bangkit lagi. Terdengar suara menggeram di dekatnya.
Lelaki itu sontak menghentikan larinya dan tertegun diam. Suara menggeram itu kian dekat.
Endusan napas yang berat disusul suara menggeram lagi. Lalu sepi sejenak. Tiba –tiba sesosok mahkluk hitam besar meloncat dari balik semak belukar. Terbang ke arahnya. Satu dua detik lelaki itu hanya terpana. Awalnya ia hanya melihat dua bintik hijau kemerahan di bagian depan mahkluk hitam tersebut. Detik kemudian baru ia melihat taring-taring putih. Berkilau tajam. Dan kini ia baru sadar, makhluk apa yang menerjangnya. Ia mencoba mengelak. Tetapi ia terlambat beberapa detik.
Dengan pekikan yang menyayat hati, lelaki tadi terhempas dengan mahkluk hitam besar dan berat itu berada di atas tubuhnya. Terdengar suara menggeram, suara mengaum. Kedua tangan lelaki itu meronta-ronta, mendorong-dorong tak terkendali saat telapak tangannya menyentuh benda kenyal, hangat, dan berbulu. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh makhluk itu. Ia jauhkan wajahnya dari pancaran mata hijau kemerahan itu, juga dari terkaman taring-taring yang mengancam buas.
Ia bertarung seperti orang gila yang kesurupan, mempertahankan nyawanya yang diancam maut. Kakinya menendang-nendang lalu dijejakkan sekuat-kuatnya ke tanah. Lutut dilipat, kemudian tubuhnya menggeliat untuk membebaskan diri dari impitan makhluk besar hitam itu. Kotak yang berada di genggaman tangannya juga dipukul –pukulkan berulang kali ke samping ke arah kepala mahkluk yang menghimpitnya itu.
Tetapi cakaran demi cakaran kuku mulai merobek bajunya, kulit dada serta perutnya. Ia mulai merasakan pedih dan hangat darah yang merembes dari balik baju. Tenaganya semakin berkurang. Perlawanannya pun semakin mengendur semakin lemah. Tangannya meluncur terkulai. Lehernya kini terbuka tanpa perlindungan, siap direngkah maut. Mata lelaki itu terpejam. Pasrah.
Tetapi maut itu tak pernah datang. Justru menjauh. Ia merasakan endusan napas hangat menerpa lehernya. Tubuh hitam besar yang mengimpitnya, terangkat pelan. Endusan napas makin menjauh, begitu pula suara dengus menggeram makin merendah. Secara perlahan –lahan lelaki itu membuka kelopak matanya. Menaikkan lehernya sedikit saja dan hati - hati.
Dan yang ia lihat justru keanehan. Raja hutan berbulu hitam berkilauan itu bergerak mundur menjauhinya. Sepasang matanya yang tadinya mencorong buas kini meredup tak berdaya. Seringai mulut yang tadinya buas, juga mengendur. Terdengar suara menggumam pelan dan lirih. Harimau kumbang berwarna hitam pekat itu bangkit di atas keempat kakinya yang kekar kukuh, bergerak memutar, lantas dengan suatu lompatan yang tangkas makhluk itu menghilang di balik pepohonan. Tak lama kemudian terdengar suara aumannya, sayup –sayup.
Lelaki tadi berusaha bangkit dengan susah payah akhirnya ia mampu juga untuk duduk. Meski dengan sekujur tubuhnya terasa remuk, persendian terasa mau rontok dan kaki hampir lumpuh. Di belakangnya. terdengar lagi suara menggumam pelan. Suara yang sangat ia kenali. Ia menarik nafas panjang dan pasrah menanti suara orang yang berdiri mungkin di belakangnya itu mendekat.
Diubah oleh breaking182 05-03-2021 17:08






tet762 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
18.2K
Kutip
66
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan