- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pengunduran Diri Buwas Sudah Selayaknya


TS
noldeforestasi
Pengunduran Diri Buwas Sudah Selayaknya

Jika ada pejabat pemerintah yang hobinya mengancam mundur dari jabatan tengah diemban, bisa jadi Budi Waseso alias Buwas lah orangnya. Berhadapan dengan polemik yang tengah menaungi perusahaan pelat merah yang tengah dipimpinnya, alih-alih putar otak memperbaiki kinerjanya, Buwas malah mengeluarkan jurus ancam mundur jika kondisi tidak sejalan dengan kemauannya.
Tercatat setidaknya dua kali Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) mengancam untuk mundur dari jabatannya. Pertama, pada medio April 2019, ketika eks Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) tersebut memilih lebih baik untuk menanggalkan jabatannya ketimbang dipaksa melakukan impor beras.
Yang paling lawas baru saja terjadi pekan ini. Buwas mengancam mundur dari jabatan apabila Kementerian Sosial (Kemensos) mengambil alih 100% penyaluran beras untuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), tanpa melibatkan instansi yang dipimpinnya.
Lho bukannya Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita sudah “berjanji” akan meningkatkan porsi beras Bulog dalam kanal penyaluran beras BPNT hingga 70%?
Ternyata faktanya tidak seperti itu menurut Buwas. Yang dimaksud dengan jatah 70% yang diberikan kepadanya untuk menyalurkan beras BPNT bukan lah dari 100% total kebutuhan beras program dimaksud. Melainkan 70% dari sisa 30% program BPNT.
Ia mengatakan, 70% dari total keseluruhan jatah penyaluran beras BPNT sudah disalurkan Mensos ke swasta. "70% yang itu sudah diambil oleh Mensos untuk pasar bebas. Sisa 30%-nya itu baru 70%-nya disuplai dari Bulog. Ini sih gila saja menurut saya," ungkapnya seperti dilansir dari Detik.com, pekan ini.
Bahkan, penyaluran BPNT yang diserahkan kepada Bulog itu untuk jangkauan wilayah yang cukup jauh, yakni Papua.
Tetapi, jika ditilik lebih jauh, memang mungkin seharusnya Buwas mundur dan meletakkan jabatannya. Hanya bermodal ketegasan dan keberanian, tidak cukup untuk mengatasi polemik penyaluran beras yang tengah menimpa BUMN yang dipimpinnya.

Bayangkan, saat ini ada sekitar 2,3 juta ton timbunan beras milik perseroan yang terancam mengalami penurunan kualitas jika tidak segera disalurkan. Jumlah tersebut masih akan bertambah mengingat hingga saat ini perseroan masih melakukan penyerapan beras dari petani, rata-rata mencapai 10 ribu ton per hari. Ia menghitung, simpanan beras sampai bulan Juli dan Agustus bisa mencapai 3 juta ton jika tidak ada penyaluran.
Sinyalemen buruk sudah mengemuka ketika pekan ini pihaknya baru saja melepaskan sebanyak 50.000 ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk menghindari beras rusak karena terlalu lama disimpan di gudang
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sampai-sampai mempertanyakan kemampuan Bulog dalam menyalurkan pasokan beras yang ada di gudangnya. Pertanyaan tersebut bukan tanpa alasan, mengingat puluhan ribu ton beras dengan penurunan mutu dan berkualitas buruk akan dibuang.
Belum mampu menyelesaikan polemik penyaluran beras, Buwas malah mengancam mundur dari jabatan pimpinan Bulog. Di sini terlihat ia menunjukkan kesan emosional yang kental dan mengedepankan ego sektoral, dan mencoreng citra pemerintah secara keseluruhan.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Golkar Ace Hasan Syadzily mengingatkan Buwas agar tidak emosional dalam merespons kebijakan yang dikhususkan untuk kepentingan masyarakat miskin. ”Jika hanya mengedepankan ego sektoral, maka masyarakat yang akan dirugikan. Apalagi program ini, untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan agar terserapnya beras Bulog," kata dia.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin bilang, yang terjadi saat ini seakan menunjukkan lemahnya koordinasi dan komunikasi antar Lembaga pemerintah. Efeknya, citra pemerintah dan presiden Jokowi pun menjadi tercoreng. “Citra pemerintah jelek. Lembaga yang seharusnya mensejahterakan rakyat tetapi malah ribut sendiri. Harusnya Pak Buwas evaluasi diri dulu, baru mengkritik lembaga yang lain,” katanya.
Padahal, sesungguhnya terdapat sejumlah potensi bisnis non-PSO Bulog yang belum dikembangkan secara optimal, seperti industri berbasis beras, atau industri yang terintegrasi dengan proses manufaktur perberasan. Bisa juga industri yang menghasilkan produk-produk pendukung di luar proses manufaktur perberasan (karung, kemasan, dan lain-lain). Berikutnya bisa pula industri pangan yang menghasilkan produk turunan dari beras atau industri pangan primer dan sekunder lainnya (gula, berbasis jagung, dan lain-lain).
Dan terakhir, Bulog juga dimungkinkan untuk ikut bermain di jasa pemberdayaan/penyewaan aset, seperti gudang, kantor, dan tanah kosong.
Acuan:
Buwas: Kalau Mensos Mau Ambil Semua Bansos Saya Mundur Dari Bulog
DPR Sindir Budi Waseso Jangan Terlalu Emosional
Respons Kemensos Soal Protes Buwas Jika Bulog Tak Tangani Rastra






rizaradri dan 6 lainnya memberi reputasi
7
4.6K
34


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan