

TS
kpopersalimm
Bahagialah
Short story
Based on: pengalaman author (dikit dikit)
Hari ini aku bersepeda menaiki perbukitan belakang rumah nenek. Huh, sudah lama sekali rasanya. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku berkunjung kemari.
Taman ini. Adalah taman bunga diatas bukit itu. Ingin rasanya aku kembali ke masa 19 tahun lalu, ketika aku berlarian bersama ayah dan ibu disini. Tuhan, kurasa aku merindukan mereka, masa masa itu.
Taman ini sepi, sangat berbeda dari 19 tahun lalu. Tidak ada kesenangan Seperti pada masa itu.
Aku menyusuri jalan setapak ditaman itu. Dan yang kudapati adalah seorang gadis, yang tengah terduduk di salah satu bangku disana. Bajunya lusuh dan dekil. Kulitnya hitam legam terbakar sinar mentari, tatapannya sayup sayup dan redup. Tubuhnya kurus dan jenjang.
Aku menghampirinya.
Dia tidak punya rumah, tak punya apa apa. Selama ini dia sebatang kara tinggal si taman bunga itu, entah pergi kemana orang tuanya.
Aku membawanya ke sebuah rumah pohon yang sepertinya tak jauh dari sana. Tempat bermainku dulu. Kondisinya tak jauh berbeda, masih sama seperti terakhir kali aku kesana, hanya saja pohonnya terlihat lebih besar dan kokoh seiring waktu berjalan, namun ia terlihat lebih tua
Aku mengajaknya bermain, berusaha mengembalikan senyumnya.
Dan, dia tersenyum.
Dia duduk dipinggir tangga sebelum akhirnya aku menyadari bahwa
"Aku bahagia" adalah kata terakhir yang dapat diucapkannya.
Dia pergi dengan seulas senyum tipis dan setitik butiran kristal bahagia yang mengalir lembut dari pelupuk matanya, menuruni pipinya, sebelum akhirnya jatuh ke tanah.
Aku bahagia, karena ia telah menemukan jalannya, secercah cahaya yang menuntunnya menuju kebahagiaan abadi, melepas segala beban dan pergi tanpa memikul beban dipunggungnya.
Nak, sekarang berbahagialah...
Based on: pengalaman author (dikit dikit)
Hari ini aku bersepeda menaiki perbukitan belakang rumah nenek. Huh, sudah lama sekali rasanya. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku berkunjung kemari.
Taman ini. Adalah taman bunga diatas bukit itu. Ingin rasanya aku kembali ke masa 19 tahun lalu, ketika aku berlarian bersama ayah dan ibu disini. Tuhan, kurasa aku merindukan mereka, masa masa itu.
Taman ini sepi, sangat berbeda dari 19 tahun lalu. Tidak ada kesenangan Seperti pada masa itu.
Aku menyusuri jalan setapak ditaman itu. Dan yang kudapati adalah seorang gadis, yang tengah terduduk di salah satu bangku disana. Bajunya lusuh dan dekil. Kulitnya hitam legam terbakar sinar mentari, tatapannya sayup sayup dan redup. Tubuhnya kurus dan jenjang.
Aku menghampirinya.
Dia tidak punya rumah, tak punya apa apa. Selama ini dia sebatang kara tinggal si taman bunga itu, entah pergi kemana orang tuanya.
Aku membawanya ke sebuah rumah pohon yang sepertinya tak jauh dari sana. Tempat bermainku dulu. Kondisinya tak jauh berbeda, masih sama seperti terakhir kali aku kesana, hanya saja pohonnya terlihat lebih besar dan kokoh seiring waktu berjalan, namun ia terlihat lebih tua
Aku mengajaknya bermain, berusaha mengembalikan senyumnya.
Dan, dia tersenyum.
Dia duduk dipinggir tangga sebelum akhirnya aku menyadari bahwa
"Aku bahagia" adalah kata terakhir yang dapat diucapkannya.
Dia pergi dengan seulas senyum tipis dan setitik butiran kristal bahagia yang mengalir lembut dari pelupuk matanya, menuruni pipinya, sebelum akhirnya jatuh ke tanah.
Aku bahagia, karena ia telah menemukan jalannya, secercah cahaya yang menuntunnya menuju kebahagiaan abadi, melepas segala beban dan pergi tanpa memikul beban dipunggungnya.
Nak, sekarang berbahagialah...


anasabila memberi reputasi
1
271
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan