Di sebuah rumah terdengar ramai suara lelaki yang tengah memaki-maki anak gadisnya yang tengah duduk diam di pojokan ruang tamu.


Lelaki tersebut tak lain tak bukan adalah ayah dari si gadis yang tengah beranjak dewasa itu. Sang ayah berkata dengan nada penuh emosi.

"Kamu itu sama ibukmu gak cocok sama kakak-kakakmu gak cocok sekarang sama bapakmu sendiri kayak gitu. Susah dikasih tahu."

Merasa sebagai anak tidak boleh menjawab perkataan orangtua, anak gadis itu hanya bisa menjawab dalam hati. Heran dalam benaknya, kenapa semua anggota keluarganya suka marah-marah tak jelas. Mungkinkah efek pemilu Pilpres???

"Udah ngerti saya lebih suka tempe masih aja di kasih tahu." Gerutu si gadis tanpa sepengetahuan ayahnya



Ayah yang tak curiga dengan apa yang dipikirkan anaknya, tetap ngerocos sepanjang waktu. Si anak gadis hanya diam sembari berdoa semoga si ayah tak melayangkan kedua tangannya. Hingga puncaknya...

"Lihat... Pegang omongan bapakmu ini. Kamu mbok sampai kapanpun bakal gak cocok sama siapa saja. Lihat saja. Buktikan perkataan bapakmu ini." ucap sang bapak dengan amarah yang belum mereda.

Bukan melayangkan tangan, malah mengacungkan jari telunjuk bak Bapak Proklamator Indonesia Soekrno.



Huft, si anak mendesah lega karena ayahnya yang lagi marah tak sampai memukulnya.

Masalahnya hanya sepele, si anak gadis tak segera melaksanakan perintah si ayah. Sementara, tugas yang setengah jam lalu diberikan Sang Bapak belum kelar dikerjakan.



Sepuluh tahun kemudian, sang anak sudah menikah dengan seorang lelaki biasa. Lelaki tanggung (tidak tampan, tidak juga jelek) namun cukup kaya untuk memenuhi semua kebutuhan keluarganya.

Suatu hari, di saat anak mereka sudah tidur. saat tengah berduaan ia mengobrol dengan suaminya.

"Mas, Alhamdulillah ya bapak dulu dalam amarahnya bilang ke aku kalau aku gak bakal cocok sama siapa saja."

"Kug bisa sih dheg? Perkataan orang tua itu kan doa. Apa mungkin gara-gara itu kamu sama tetangga gak pernah cocok?"

"Waduh mas, Alhamdulillah banget lho... Coba kalau aku cocok sama tetangga pasti tiap hari aku minta beliin barang mewah ke kamu. Secara semua tetangga suka shopingbarang-barang mewah." Si istri berkata dengan penuh semangat.

"Mas juga harus bersyukur punya istri gak cocok sama tetangga. Lha wong tetangga kita itu hobinya gosip dan ghibah." lanjut si istri.

"Trus, hampir semua suka hutang tapi ngilang entah kemana waktu bayar. Kalau aku kayak mereka gimana mas? Kamu gak keberatan ditagihi dept colector tiap hari??"

"Iya ya dheg... Bisa repot aku." ucap suami membenarkan perkataan istrinya.

"Belum lagi kalau semua orang cocok ma kamu dheg, apalagi cowok. Gak mungkin sekarang kamu jadi istriku. Pesaingku gak cuma si Alan dan Ipung. Bisa-bisa ratusan. Hahaha." imbuh si suami.

"Iya toh... Itu tandanya kamu beruntung punya istri kayak aku..." si istri ikut tertawa

Percakapan kedua pasangan suami istri itu pun berakhir dengan penuh tawa. Sekian.

NB: Semoga menghibur




Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang