
Kekayaan hakikatnya berasal dari hati, selalu bersyukur akan nikmat yang telah diberi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ada beberapa dari kita yang diberi kemampuan finansial yang cukup, bahkan lebih namun ternyata miskin secara mental.
Selalu senang diberi dan bahkan merasa berhak walaupun sebenarnya tahu itu bukan haknya, melainkan untuk orang yang lebih membutuhkan disekitarnya. Namun apadaya mentalitas miskin membutakan hati, seperti berita dibawah ini.
Quote:

Potret keluarga yang memiliki "kemewahan" namun rumahnya ditempeli stiker "Keluarga Miskin" ada di Sragen. Stiker itu kontras dengan rumah mereka yang kokoh dan mulus, serta mobil pribadi di halaman.
Sebuah mobil Toyota Rush berwarna silver metalik parkir di depan rumah Sukanti yang terletak di Dusun Dukuh RT 003, Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Sragen, Jumat 21 Juni 2019, siang. Rumah bercat putih dengan kusen jendela dan pintu yang dimilamin dengan warna cokelat muda berdiri di dekat simpang empat dusun itu.
Kanopi beratap galvalum dengan penyangga besi terlihat di bagian depan rumah. Terasnya masih berupa plesteran adukan semen dan pasir namun di bagian dalam rumah sudah berkeramik dengan ukuran 60x60 cm.
Siang itu, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Tangen Widowati didampingi Kaur Umum Desa Dukuh Ahmad Harun dan Kaur Perencanaan Desa Dukuh Yuyun Candrasari datang dengan mengendarai motor. Motor mereka diparkir di tempat yang teduh di pinggir jalan di samping rumah Sukanti.
Ahmad Harun mengetuk pintu yang terbuka. Sementara petugas lainnya mengecek stiker belatar belakang kuning dengan tulisan “Keluarga Miskin Desa Dukuh Kecamatan Tangen Kabupaten Sragen” yang menempel di dinding rumah Sukanti. Stiker itu agak mengelupas bagian atas, Yuyun berusaha merekatkan kembali.
Ya, nama Sukanti tertulis sebagai nama kepala keluarga (KK) penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) dalam stiker itu dengan empat orang anggota keluarga. Sukanti pun keluar rumah setelah mendengar ketukan pintu Harun. Dalam kunjungan itu Harun menjelaskan ingin mengecek pemasangan stiker “Keluarga Miskin” di rumahnya.
“Saya memang sudah lama dapat bantuan dari pemerintah sejak masih bantuan beras. Ditempeli stiker ya senang saja karena dapat bantuan. Kalau sewaktu-waktu dilepas dan tidak dapat bantuan ya anggap bukan rezeki saja,” ujarnya.
Sukanti mengaku suaminya bekerja pelihara ayam potong sebanyak 11.000 ekor. Ia menerangkan usaha ayam itu sudah lama dan jatuh bangun. Sukanti mengungkapkan mobil Toyota Rush itu dibeli dari hasil pinjaman.
“Mobil utangan itu. Ya, buat transportasi ke sana ke mari berkaitan dengan pembuatan blower untuk usaha ayam itu,” ujarnya.
Quote:
Sedangkan disisi lain Jawa Tengah ada penerima bantuan sosial dan pemberdayaan PKH dari Kemensos mengundurkan diri. Mereka beralasan sudah lebih mampu secara ekonomi dari sebelumya. Selain itu juga karena malu rumahnya ditempel stiker keluarga miskin. Sungguh berbanding terbalik bukan?
Quote:
Puluhan Penerima PKH di Brebes Pilih Mundur

Puluhan penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Brebes, memilih mengundurkan diri sebagai warga sasaran program pengentasan kemiskinan itu, saat rumahnya akan dipasangi stiker warga miskin oleh pendamping program tersebut. Selain malu karena takut menjadi viral, mereka mengundurkan diri juga lantaran mengaku ekonominya sudah mampu.
Koordinator Pendamping PKH Kabupaten Brebes, Fatah El Zaman mengungkapkan, program pemasangan stiker bagi rumah penerima PKH di wilayahnya itu merupakan bagian dari validasi data secara berkelanjutan.
Di samping itu, ditujukan bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang sebenarnya secara ekonomi sudah mampu, tetapi tidak mau mundur dari KPM. Sehingga, dengan adanya pemasangan stiker warga miskin atau sangat miskin di rumah para KPM, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat.
"Sejauh ini, hasilnya cukup efektif. Sejak dilaksanakannya program pemasangan stiker ini per tanggal 4 Februari lalu, hingga kini sudah ada sebanyak 42 KPM yang menyatakan mengundurkan diri. Mereka mundur karena malu dan secara ekonomi juga sudah mampu," ungkapnya, Senin (4/2).
Menurut dia, jumlah penerima manfaat PKH di Kabupaten Brebes per tahap I tahun 2019, tercatat 128.071. Sedangkan di tahun 2018, ada sebanyak 378 KPM yang dinyatakan ekonominya telah mampu melalui penanganan PKH.
Karena itu, data penerima sasaran secara berkelanjutan dilakukan validasi dan perkembangannya dilaporkan dalam 6 bulan sekali.
"Program pemasangan stiker merupakan senjata pamungkas kami dalam menangani warga penerima manfaat yang sebenarnya sudah mampu ekonominya, tetapi tidak mau mundur dari PKH. Dari warga sasaran yang mengundurkan diri ini, di Kecamatan Larangan jumlahnya terbanya, ada 28 KPM ," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, diperkirakan jumlah PKM yang mengundurkan diri sebagai dampak pemasangan stiker akan terus bertambah. Menginggat, program stiker itu saat ini masih berjalan dan pelaksanaannya baru di sebagian kecil desa-desa.
"Hingga saat ini, baru sekitar 5 persen wilayah yang sedang melaksanakan program pemasangan stiker, dan itu terus berkelanjutan ke wilayah lain," sambungnya.
Sementara itu, Koordinator Pendamping PKH Kecamatan Larangan, Azib Maulana menambahkan, wilayahnya terdapat 11 desa dengan jumlah warga sasaran sebanyak 6.500 KPM.
Dari jumlah desa itu, program pemasangan stiker hingga saat ini baru dilaksanakan di empat desa. Yakni, Desa Rengaspendawa, Sitanggal, Karangbale dan Larangan. Sejak per tangga 4 Februari lalu, tercatat sudah ada 28 PKM yang menyatakan mengundurkan diri dari PKH sebagai dampak positif dari program pemasangan stiker tersebut. Sebelumnya, sejumlah peneriman manfaat juga ada yang menyatakan mundur.
"Para penerima manfaat ini rata-rata menyatakan mundur setelah kami melakukan sosialisasi program pemasangan stiker penerima PKH ini. Setelah sosialisasi, warga penerima manfaat mendatang ketua kelompok dan menyatakan mengundurkan diri," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, mereka mayoritas mengundurkan diri karena malu nantinya takut menjadi viral. Selain itu, mereka ada yang menyatakan diri sudah mampu ekonominya. Bagi yang menyatakan mengundurkan diri tersebut, prosedurunya harus menadatangani surat pernyataan.
Di samping itu, tim juga mengecek ke lapangan atas kondisi warga yang mundur tersebut. Ketika dicek, mereka yang mundur rata-rata sebenarnya memang sudah mampu dari sisi ekonomi. Rumah sudah permanen dan mempunyai pekerjaan tetap.
"Namun sebelum kami melaksanakan program stiker ini, mereka tidak mau mengundurkan diri dari PKH. Alasanya, karena namanya masih muncul sebagai pemerima dari data pusat. Sehingga, mereka tetap mau menerima bantuan PKH ini. Namun saat ada program stiker mereka memilih mengundurkan diri," paparnya.
(Bayu Setiawan/CN39/SM Network)
Suara Merdeka