Kaskus

Story

.unicorn.Avatar border
TS
.unicorn.
Laknat Aku, Ya Allah!
Spoiler for screenshot google:


Hai agan dan sista! Selamat malam. Kali ini sebuah prosa akan kutuliskan untuk kupersembahkan kepada dia yang pernah menjadi salah satu kerabat kita, anak cucu adam-Hawa. Tulisan ini, menunjukkan bahwa satu bentuk kehidupan juga mempunyai nilai nyawa dan hati. Walau rupa dan wujudnya tidak yang semestinya, tetapi bukankah mereka juga masih mempunyai jiwa pri kemanusiaan dari sebuah manusianya manusia?

Cekidot prosanya ya!

Quote:


Di antara panggilan azan yang berkumandang, tampak seorang waria berdiri dekat masjid besar dan mewah, ada keinginan dalam hati yang terpanggil untuk ikut bersujud dan merasakan sebuah kerinduan sujud, kepada Sang pencipta sedang merejam sekelumit bentuk perbedaan. Yang mana sudah terlampau lama dilupakannya karena terlalu banyak menderita dan keresahan dari dalam hati yang tersesat begitu jauh.

Dia mendesah panjang di antara lalu-lalang orang-orang, yang bergegas melaksanakan perintah Allah. Dalam batinnya ingin sekali datang bertandang, walau sesaat saja, membaringkan pemikiran untuk berkeluh dan meminta beberapa pengharapan, tentang kehidupan dan jalan yang harus dilalui menuju satu pintu ketepatan yang paling tepat.

Memang tak serupa biasanya, kali ini kakinya serupa tergembok dan kuncinya tidak ditemukan dimana-mana, kecuali pada tempat yang membuat mata dan telinga terpesona untuk pertama kalinya. Ini memang bukan hal yang biasa terjadi. Tetapi kemudian dia melihat dirinya dan meneteskan air mata.

'Siapakah aku yang terjebak dalam tubuh ini? Mengapa? Dan wujud apakah yang harus bertekuk di hadapan Allah, pencipta seluruh alam'

Masih saja layar ponsel memanggil, sebuah nama yang tidak asing, nampak pada layar monitor tujuh inci dengan merek yang sudah mulai pudar di gerus waktu. Sedangkan sejumlah orang menatap dengan pandangan jijik dan muak ke arah waria yang sedang mencari jalan pulang di depan masjid terindah dan begitu mewahnya.

Pada akhirnya hanya pengusiran yang terjadi. Juga umpat serapah yang membuat unsur-unsur kejahatan terlahir dan memuncak hingga ke puncak ubun-ubun. Sungguh, apakah agama Islam seburuk itu memandang seorang waria?

Saat mencoba memaksakan diri untuk berlalu dari hadapan mesjid, tiba-tiba kalinya memberontak, bahkan tidak mau menuruti amarah yang sudah mulai membakar semua orang-orang yang lalu-lalang.

Kesabaran jebol, kemudian mengamuk menjadi gila dan benar-benar di luar dugaan. Ada sebagian penghuni mesjid yang terganggu, sebagian lagi masih khusu dan sebagian lagi melaporkan tentang keadaan waria yang kesurupan.

Seluruh pandangan mata lebih jijik dan menghujat najis. Tetapi berbeda dengan ustadz lulusan dari pesantren Bogor yang baru saja pulang setelah mencari bekal ilmu. Dia mencoba membuat waria mampu mengontrol dirinya kembali. Lewat lantunan ayat-ayat Allah yang menggema begitu syahdu.

Waria akhirnya kembali normal dan duduk manis selayaknya wanita yang sesungguhnya, akan terjadi keanggunan waria ini pada akhirnya membuat para jungker gosip terpesona, hingga pada akhirnya mencari tau tentang profil di sebalik Wig dan dada palsu itu.

Pencarian beberapa pertanyaan telah selesai, ketika waria mengenalkan dirinya. Menancap di kerlingan waktu tentang penganiayaan atas banyaknya waria, dahulu kala. Sebelum menjadi aktivis hak azasi manusia dan melindungi banyak waria yang teraniaya.

Ujung belati sudah berada dalam sarangnya, ketika sebuah ayat hadir mendamaikan panas api yang sedang bergejolak berontak. Matanya menatap sayu kepada para penghujat di depannya yang merasa paling alim dan tersuci, seolah-olah neraka hanya untuk waria dan aroma surga hanya untuk mereka.

Imajinasi pecah di ruang tunggu tentang sebuah republik yang tercemar dalam pemahaman waktu dan unsur-unsur ketidak-stabilan wujud. Tetapi hamba-hamba yang menyatakan sebagai kekasih Allah itu pada akhirnya di luncurkan sebuah ayat-ayat Allah tentang pergunjingan oleh ustadz belia itu.

Kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya memasuki tangkai kerinduan kepada alamat pulang, tetapi apakah seorang waria bisa kembali pulang? Selebihnya segala pertanyaan hanya ada didalam hati saja, sebab pastinya nanti hanya ada jawaban kebencian.

Ustadz muda kemudian bertanya kepada waria tentang kekasih Allah, yang belum pernah berbicara bahasa cinta dalam bentuk sebuah sujud, padahal waria tidak pernah menceritakan apa keinginan yang ada dalam jiwanya, hal ini di karenakan keresahan jati diri masih terbawa ke alam hayalan yang paling di laknat Allah menurut kajian sebuah ilmu.

Di manakah arahnya sebuah pintu untuk seorang waria berada? Apakah waria tidak akan pernah menjadi penikmat surga?

Cekidot kelanjutan kisah waria ini ya!?

Bersambung ....


darmawati040Avatar border
CahayahalimahAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.9K
56
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan