- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pesan Kemenangan PM India: Hindu Yang Pertama dan Utama!


TS
pelindungsapi
Pesan Kemenangan PM India: Hindu Yang Pertama dan Utama!

Jakarta - Tanggal 23 Mei 2019, Partai Bharatiya Janata (BJP) memenangkan pemilihan umum India dengan selisih yang sangat besar. Dari 543 kursi di parlemen, partai Perdana Menteri Narendra Modi memenangkan 303 kursi, jauh melebihi 272 kursi yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan. Sementara itu, partai oposisi terbesar hanya memenangkan 52 kursi. Bahkan beberapa politisi BJP sendiri tidak yakin akan mayoritas suara sebesar itu hingga hasil exit polls keluar minggu lalu.
Hanya sedikit pihak yang mengharapkan hasil ini. Sebagian besar analis memperkirakan penghitungan 282 kursi partai tahun 2014 akan jauh berkurang, dan bukan tanpa alasan. Selama lima tahun terakhir, pemerintah Modi telah berulang kali dikritik. Ekonomi India terpukul, banyak lapangan pekerjaan hilang, tekanan pertanian kian meningkat, keamanan nasional dilanggar, muncul banyak tuduhan korupsi, hingga memuncaknya kekerasan komunal.
Terdapat banyak foto-foto memperlihatkan penderitaan India di bawah pemerintahan Modi: petani melakukan aksi berbaris di jalanan, orang-orang menangis di antrean tak berujung di depan ATM setelah Modi menarik uang tunai dari ekonomi India, umat Islam India meminta belas kasihan dari umat Hindu, sementara janda tentara paramiliter menangisi mayat-mayat suami mereka. Partai BJP berutang pertanggungjawaban atas penderitaan rakyat India, atau setidaknya itu yang banyak dipercaya.
Tetapi sebaliknya, Partai BJP kembali berkuasa dengan lebih kuat dari sebelumnya. Mengapa ratusan juta orang India memberikan lima tahun tambahan kepada seorang lelaki yang pemerintahannya bisa dibilang telah membuat India lebih buruk daripada di tahun 2014?
Pertama, Narendra Modi secara pribadi tetap sangat populer meskipun dengan adanya berbagai kesalahan langkah yang telah dilakukan pemerintahannya. Modi terus dipandang sebagai pemimpin yang efisien, tidak korup, dan visioner bahkan oleh banyak orang yang meratapi ekonomi atau kurangnya pekerjaan di India. Para pengagum Modi berusaha keras untuk membelanya dari kritik: Mereka berpendapat bahwa anggota-anggota partainya tidak mendengarkannya, bahwa Modi telah menentang “70 tahun kesalahan kepemimpinan,” dan bahwa gagasannya akan membuahkan keberhasilan jauh di masa depan India.
Di New Delhi, seorang pria yang kehilangan mata pencahariannya karena keputusan Modi untuk mendemonstrasikan uang kertas bernilai tinggi tahun 2016 mengatakan bahwa dia akan memilih BJP karena “Modi membawa orang kaya dan orang miskin ke level yang sama,” yakni sama-sama dibuat menderita akibat keputusan tersebut.
Cengkeraman Modi atas jumlah pemilih muda yang besar di India telah menjadi semakin ketat meskipun prospek mereka merosot di bawah pemerintahannya. Hampir 18 juta orang India yang berada antara usia 18 dan 23 tahun memilih untuk pertama kalinya dalam pemilihan ini. Di antara para pemilih pertama di setidaknya enam negara bagian India, banyak dari mereka tertarik pada citra orang kuat Modi, yakni kemampuannya untuk mengambil risiko berani, menyerang lawan-lawannya, dan menghancurkan perbedaan pendapat.
Di kota kecil Rohtak di utara India, seorang wanita berusia 19 tahun yang memberikan suara untuk pertama kalinya mengatakan bahwa Modi adalah satu-satunya pemimpin politik India yang membuatnya berharap tentang negara itu. Di Ranchi, seorang pencari kerja berusia 24 tahun mengatakan bahwa dia membenci “semua politisi kecuali seorang politisi (yaitu Modi).” Dia mengatakan bahwa bukan salah Modi sehingga dia tetap menganggur meskipun dia memiliki gelar di bidang rekayasa perangkat lunak. “Apa yang bisa dia lakukan?” tanya pemuda itu, seorang anggota kasta Dalit yang secara tradisional mendapatkan diskriminasi.
Dia menolak untuk percaya bahwa pengangguran mencapai level tertinggi 45 tahun di bawah rezim Modi. “Itu tidak benar,” katanya. Pemuda itu juga mengatakan dia yakin bahwa terdapat lebih sedikit pekerjaan yang tersedia di pemerintahan pra-Modi yang dipimpin oleh partai Kongres Nasional India. Dia mengatakan seorang pria harus menyalahkan dirinya sendiri jika dia tidak dapat menemukan pekerjaan, bukan menyalahkan pemerintah. “Tidak semua orang berhak atas pekerjaan,” katanya.
Modi dan partainya juga populer di kalangan kaum miskin pedesaan. Hampir 70 persen orang India masih tinggal di desa-desa, dan banyak dari mereka berterima kasih kepada BJP atas sesuatu hal atau yang lainnya: bahan bakar gratis untuk memasak, subsidi perumahan yang lebih tinggi, toilet, asuransi kesehatan, dan bantuan keuangan untuk petani yang diberikan menjelang akhir masa pemerintahan Modi.
“Saya bisa membangun rumah dengan uang yang diberikan pemerintah kepada kami. Alasan apa lagi yang saya butuhkan untuk memilihnya?” tanya seorang pekerja rumah tangga. “Dia benar-benar telah menyejahterakan orang miskin,” kata seorang ibu rumah tangga.
Yang pasti, Modi bukan satu-satunya pemerintah yang membuat skema untuk kaum miskin pedesaan. Tidak ada pemerintah di India, di tingkat federal atau negara bagian, yang dapat berharap untuk kembali berkuasa tanpa dukungan dari pedesaan. Ada kebutuhan besar yang diharapkan masyarakat pedesaan India dari pemerintah, begitu juga jumlah mereka di bilik suara. Antara tahun 2004 dan 2014, koalisi pimpinan Kongres menggulirkan banyak skema desa untuk menarik pemilih desa, termasuk 100 hari kerja dengan jaminan upah, sistem identifikasi biometrik untuk memudahkan akses terhadap tunjangan negara, dan tentu saja pengabaian besar-besaran terhadap pinjaman pertanian.
Tapi Partai BJP sebenarnya berhasil berkat kesuksesan pemasaran: Partai Kongres tidak semahir BJP dalam menjual keberhasilannya dan menutupi kegagalannya. Partai Kongres juga tidak memiliki mesin olahpesan nasional seperti BJP. Banyak orang India masih mendapatkan berita dari televisi, sehingga BJP menawarkan dukungan dari saluran-saluran utama seperti Republic TV dan Sudarshan News yang secara terbuka dan bangga bersifat partisan.
Partai BJP juga merekrut pejuang siber, yang kebanyakan laki-laki muda, pengangguran, dan seringkali penuh amarah, di seluruh India untuk menyebarkan pesannya di antara 500 juta pengguna internet di negara itu. Lebih dari satu juta orang bekerja atau menjadi sukarelawan untuk partai tersebut selama kampanye pemilihan selama berbulan-bulan, mempromosikan di Facebook, Twitter, WhatsApp, dan media sosial berskala nasional, sambil menyerang para lawan dan kritikusnya.
Di sebuah desa di Gujarat, BJP membayar seorang pria muda pengangguran sebesar 8.000 rupee atau US$115 per bulan, sebanding dengan gaji tingkat junior di call center terdekat, untuk mengelola grup WhatsApp. Di Jharkhand, salah satu negara bagian termiskin di India, ada lebih banyak pria muda yang telah belajar teknik komputer tetapi tidak dapat menemukan pekerjaan, kemudian menggunakan keterampilan teknologi mereka untuk bekerja di sel-sel teknologi informasi BJP yang beroperasi di tingkat desa dan lingkungan.
Pasukan siber BJP juga membuat dan menyebarkan berita palsu dan propaganda keji. Sebagian besar informasi palsu tersebut dimaksudkan untuk memobilisasi umat Hindu melawan Muslim, dengan rencana pengungkapan tentang latar belakang Muslim dari pemimpin oposisi utama, Rahul Gandhi, dan laporan berita dugaan tentang dukungan Kongres terhadap terorisme yang didukung Pakistan di Kashmir.
Semua teknik tersebut menghasilkan pesan sederhana yang berhasil. Polarisasi agama adalah inti dari kampanye pemilihan BJP, di dunia maya maupun secara offline. Polarisasi muncul dalam pidato para pemimpin terbesar partai. Presiden partai, Amit Shah, mengatakan jika partainya terpilih kembali, partainya akan mengubah undang-undang kewarganegaraan untuk mengutamakan para pengungsi dengan latar belakang “Hindu, Buddha, dan Sikh,” dan menyebut imigran Muslim yang tinggal di India secara ilegal sebagai “rayap.”
Menteri Utama di Uttar Pradesh, negara bagian terbesar di India, mengatakan bahwa pendahulunya yang non-BJP telah mencoba untuk “mengekang emosi orang-orang.” Dia merujuk pada kekerasan penghakiman massa di luar hukum (lynching) atas seorang pria Muslim yang dicurigai makan daging sapi oleh massa Hindu. Menteri utama tersebut juga menegaskan bahwa pemerintah sebelumnya seharusnya tidak mencoba untuk mengatur insiden semacam itu.
Partai BJP menjadi kian memecah-belah sepanjang kampanye. Bulan April 2019, Modi mengucapkan kata “Hindu” 13 kali dalam sebuah pidato. Dia mengatakan bahwa umat Hindu telah “tersadar” dan bersikeras bahwa umat Hindu tidak pernah terlibat dalam terorisme. Pekan berikutnya, partainya mencalonkan seorang wanita yang sebenarnya dituduh merencanakan serangan teroris yang menewaskan 10 Muslim tahun 2008 sebagai salah satu kandidat kunci.
Polarisasi agama ini mengikuti logika sederhana. Umat Hindu merupakan 80 persen dari pemilih India. Jika mereka dapat dibujuk untuk mengabaikan banyak identitas mereka yang lain, di antaranya kasta, kelas, wilayah, makanan, bahasa, dan memilih sebagai kesatuan umat Hindu saja, sebuah partai dapat tetap berkuasa selama umat Hindu menghendaki. Partai BJP telah menjadikan nasionalisme perbatasan sebagai hal yang identik dengan konsolidasi Hindu, sementara berusaha untuk menghubungkan minoritas agama terbesar di negara itu, umat Muslim yang merupakan 14 persen dari pemilih, dengan musuh teritorial terbesar India, Pakistan.
Kali ini, berita di media arus utama telah membantu propaganda Partai BJP. Bom bunuh diri tanggal 14 Februari 2019 di Distrik Pulwama di Kashmir oleh kelompok teroris yang bermarkas di Pakistan dan serangan udara balasan India di dekat Balakot, Pakistan tanggal 26 Februari 2019 telah memperkuat formula kemenangan BJP. Modi mendesak para pemilih muda untuk mendedikasikan suara pertama mereka kepada tim Angkatan Udara yang melakukan serangan di Balakot. “Pilihan Anda atas lotus (lambang BJP) berarti menjatuhkan 1.000 kilogram bom di kamp-kamp teroris,” kata Ram Madhav, pemimpin senior BJP, selama satu kesempatan kampanye.
Baca Juga: Proses Produksi Kebencian dan Islamofobia Lewat Grup Whatsapp di India
Semua orang Hindu —petani yang tertekan, pemuda pengangguran, Dalit yang tertindas, pengusaha yang skeptis terhadap kebijakan ekonomi BJP— telah diminta untuk melupakan situasi pribadi mereka dan memberikan suara untuk negara mereka. Banyak dari mereka yang melakukannya, dan mereka telah menciptakan sejarah.
https://www.matamatapolitik.com/opin...arisasi-india/
India dan Hindu



User telah dihapus dan muhamad.hanif.2 memberi reputasi
0
2.3K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan