Topik Anime vs Manga sampai saat ini bisa jadi masih merupakan topik yang kontroversial, karena media animanga akan terus berkembang mengikuti pasar. Di forum animanga manapun, mesti ada yang mengutarakan statement "Bagusan manga-nya", yang hal itu juga merupakan kasus yang debatable. Sebenarnya secara sepintas, anime dan manga seharusnya berselaras dalam harmoni, begitu pun dengan penikmatnya. Namun kenyataannya tidak demikian juga.
Sebelum kita masuk lebih dalam, kita batasi dulu permasalahannya. Anime yang dimaksud disini adalah segala bentuk media hiburan yang dianimasikan dari Jepang. Begitu pula dengan manga. Jika kita membandingkan dua media ini, argumen-argumen yang kerap muncul menurut ane kebanyakan...enggak ada poinnya, karena hal ini memang sangat subyektif. Namun kalau kita menjabarkan perbedaannya secara kolektif, maka ada beberapa hal yang bisa kita bandingkan plus minusnya. Apa sajakah itu?
1. Visual
Quote:
Kebanyakan manga menggunakan black and white, terkecuali cover volumenya, dan di beberapa adegan serta artworknya. Manga juga mempotrait adegan-adegan dengan panel-panel, karena medianya berupa gambar.
Sedangkan anime mengandalkan pergerakan gambar (animasi) yang berwarna dengan memungkinkan penambahan special effect. Waktu membaca manga, pembaca akan menggunakan imajinasi pembaca sendiri mengenai apa yang sebenarnya terjadi di panel-panel itu. Juga akan membayangkan sendiri warna-warna yang disajikan dalam black and white. Pemanfaatan panel dalam manga lebih efektif untuk memberikan impact pada cerita, membuatnya lebih nendang. Berbeda dengan anime yang menyajikan adegannya secara komplit dan berwarna.
Banyak yang bilang artstyle anime itu lebih bagus daripada manga, padahal mereka itu enggak bisa dibandingkan secara kolektif, dan dua hal itu benar-benar sesuatu berbeda. Manga biasanya juga mempunyai background yang lebih detail jika dibandingkan dengan anime.
Sebagai contoh manga Death Note memberikan aspek psikologis yang lebih mantap berkat kedalaman ceritanya. Sedangkan animenya memberikan efek lebih mengalir dan kondusif karena atmosfirnya.
2. Biaya Pembuatan
Quote:
Dari sudut pandang produksi, biaya pembuatan anime jauh lebih mahal dari manga. Seorang mangaka tidak membutuhkan banyak biaya untuk membuat manga jika dibandingkan dengan suatu produser membuat anime musiman. Paling ya mangaka ada butuh untuk menggaji asisten. Namun untuk memproduksi satu musim anime berjumlah 13 episode akan membutuhkan biaya sekitar $ 2jt (
link). Berapa tuh kalo dirupiahkan? Ini membuat aspek visual di anime akan disederhanakan untuk memangkas biaya seefektif mungkin.
Hal ini juga menyebabkan hanya manga yang terbaik sajalah yang dipilih oleh produser anime untuk diadaptasi (kebanyakan). Tren pasar pun sangat berpengaruh, untuk menjamin keuntungan supaya bisa balik modal. Hal ini menyebabkan terjadinya poin ke-3.
3. Variasi
Quote:
Lebih murahnya biaya pembuatan manga dibanding anime, menyebabkan lebih banyaknya judul manga yang keluar, sehingga spektrum cerita lebih luas. Keberagaman genre dan tema dalam anime lebih banyak daripada anime karena anime original dan adaptasi selain manga masih dapat dibilang relatif sedikit. Dalam satu genre, jumlah judul manga akan begitu banyak variasinya. Misalkan horror nih, anime dengan tema horror dulu masih lumayan ngetren, sedangkan sekarang udah hampir tak terendus. Berbeda dengan manga horror yang terus diproduksi. Jadi kalo mau cari cerita yang fresh, manga bisa menjadi pilihan yang tepat, daripada menunggu manga ini manga itu diadaptasi.

4. Pembatasan Konten
Quote:
Seperti yang kita tahu, bahwa peraturan pertelevisian itu sangat ketat kalau menyangkut konten 'sensitif'. Kebijakan penayangan mengharuskan konten yang akan ditayangkan di televisi itu masih family friendly karena lebih banyak orang nonton televisi daripada membaca manga. Dan yang paling merasakan dampaknya adalah anime adaptasi manga yang memiliki konten rawan tersebut. Bisa violence, nudity, maupun profanity. Seringkali anime tersebut akan mengubah eksekusinya, biasanya dengan sensor maupun teknik lainnya. Sedangkan media manga tidak terikat aturan seketat itu, mangaka bebas membuat cerita yang nyaris kelewat batas. Di manga dapat agan temukan tema yang kelewat nyeleneh banyak banget.
5. Penyampaian Cerita
Quote:
Kebanyakan manga itu mendapatkan porsi cerita yang lebih mendetil, mengupas karakterisasi lebih optimal, dan mampu menekankan momen-momen tertentu dengan panelnya sehingga efeknya lebih nendang. Sedangkan penyampaian cerita di anime meskipun kadang ada yang dipangkas lantaran dibatasi durasi, namun karakternya terasa lebih hidup karena anime menggunakan sound effect, musik, seiyuu, serta warna sehingga penonton akan mendapatkan lebih banyak stimulus dan lebih banyak indera yang bekerja. Hal ini efektif untuk membangun atmosfir yang mendukung suatu adegan dalam anime, juga emosi yang lebih tersalurkan kepada penonton.
Sebagai contoh, Fullmetal Alchemist di animenya menyajikan eksekusi yang bagus dan mampu mengimbangi tensi manganya. Ini berarti adaptasi animenya berhasil. Nah untuk judul shonen macem One Piece, membaca manganya untuk paham plotnya, dan menonton animenya untuk aksinya. Namun alur di animenya kadang terasa diseret-seret, seperti Naruto.
Di sisi lain, cerita musikal akan lebih enjoy jika dinikmati dalam bentuk anime karena musiknya benar-benar berasa. K-ON! dan Love Live adalah hasilnya, begitu juga dengan Shigatsu wa Kimi no Uso. Cerita komedi juga akan lebih kaya dengan slapstick dan animasinya.
6. Keberlanjutan
Quote:
Serialisasi manga umumnya memungkinkan produksi berkelanjutan sampai ceritanya kelar, kecuali yang memang mangakanya sering dilanda hiatus. Sedangkan anime, khususnya yang musiman, akan lebih mempertimbangkan untung ruginya jika musim selanjutnya akan diproduksi atau tidak. Secara biayanya lebih mahal, maka supaya balik modal, komite produksi akan gencar-gencar mengiklankan semua merch, event, serta perilisan bluraynya. Ada yang bilang, anime itu adalah bentuk promosi untuk manganya. Jadi banyak anime yang ceritanya enggak kelar supaya para fans membaca manga.
Untuk anime long run, kadang kita menjumpai penambahan cerita yang mengulur waktu dengan impact yang enggak signifikan sama alur utama, yang biasa disebut sebagai
filler. Manga enggak mempunyai hal semacam ini karena mangaka dapat melanjutkan cerita sebebas mungkin.
Again, trit ini sepenuhnya subjektif berdasarkan pengamatan ane saja. Lalu manakah yang lebih superior? Anime atau manga? Well.. enggak ada jawaban yang universal, harus dibandingkan satu per satu. Tiap jawaban yang berpihak akan selalu mempertahankan apa yang dipercaya. Ada yang bilang anime itu lebih manthul, namun sebenarnya enggak juga. Adaptasi anime bergantung pada studionya. Kadang ada adaptasi yang kualitasnya jauh dibandingkan dengan manga, seperti Tokyo Ghoul, Berserk baru, Ajin. Namun kadang juga ada yang sebaliknya, adaptasi animenya lebih manthul dari manganya, seperti Made in Abyss, Hunter x Hunter 2011.
Demikian trit kali ini. Kalo ada koreksi dan tambahan silahkan. BTW agan-agan anime fans atau manga fans nih? Apa netral, atau malah gak peduli?

Sekian.
El. Psy. Congroo.
Quote: