TS
dejour
Kumpulan puisi : Antara Dua Musim
"Kumpulan puisi ini adalah perpanjangan antara ketidak tahuan rasa dan materi diksi" - Dejour
Puisini aku tulis pada transisi setiap perasaan , hujan atau kah kemarau , dan sebuah harapan aku dapat juga merasakan musim yang lain , jangankan musim durian , musim panen pun ingin aku rasakan . dapatkah pemain sepak bola juga menghancukan setiap musim pertandingan dengan poem poem yang bercucuran kemenangan di lapangan laga . atau perpanjangan waktu antara politik petahana dan oposisi , ingin ku curahkan kebodohan dan eksistensi yang didalam sajak sajak yang akan berlari , sekian dan terimakasih , selamat membaca :
BADIK SANG KULANA
sekarang ; Tidak
hamparan kaki ; Iya
lalu kau tusukan belati dan sajam ; Mengapa
kuteriakan sadis ; Ini cinta
lalu kubijakan angkara ; Dasar lebah
terkulai dengan darah ; Sekali lagi darah
lalu kau pesonakan panah ; Ini asmara
lalu kau butakan dewa durjana ; Pahit
ku beri madu ; Ini racun
apakah kau benci ; Iya
apakah dinda ada ; Tidak
apakah kanda cinta ; Sandiwara
lalu, ku tegak racun ; Silakan
mayat tubuhku sengsara
kau diamkan aku dengan kepahitan
sekarang aku memupuk lara
bersedih dengan ketiadaan
menuai kecaman
di hantui rasa berdosa
dan sekarang deradikalisasi sedang dikumandangkan
lalu , kau ternoda dan salahkan kepada saya
Ohhh
apakah benar ini cinta samudra
antara terlarangnya kasih sayang
tak ingat ku menderita
yang kujalani disetiap jalan
seperti syawarga
kau tak mengerti dengan keluh kesahku
ku nikmati setiap perjalanan dengan pelukanmu di-dada
tak sekalipun aku berpikir kau sebelumnya siapa
ingatkah kau terbang pada presisi antara baja bersuara
di antara pasar malam yang beberapa hari ada
dan pada sebelumnya
kau ajak aku memotong mahkota rambut
aku iyakan
walau akhirnya aku tersiksa
bawakan aku itu badikmu ; Iya
tancapkan pada ragaku ; Keikhlasan
aku mati ; Aku pergi cari yang lain
sekarang ; Tidak
hamparan kaki ; Iya
lalu kau tusukan belati dan sajam ; Mengapa
kuteriakan sadis ; Ini cinta
lalu kubijakan angkara ; Dasar lebah
terkulai dengan darah ; Sekali lagi darah
lalu kau pesonakan panah ; Ini asmara
lalu kau butakan dewa durjana ; Pahit
ku beri madu ; Ini racun
apakah kau benci ; Iya
apakah dinda ada ; Tidak
apakah kanda cinta ; Sandiwara
lalu, ku tegak racun ; Silakan
mayat tubuhku sengsara
kau diamkan aku dengan kepahitan
sekarang aku memupuk lara
bersedih dengan ketiadaan
menuai kecaman
di hantui rasa berdosa
dan sekarang deradikalisasi sedang dikumandangkan
lalu , kau ternoda dan salahkan kepada saya
Ohhh
apakah benar ini cinta samudra
antara terlarangnya kasih sayang
tak ingat ku menderita
yang kujalani disetiap jalan
seperti syawarga
kau tak mengerti dengan keluh kesahku
ku nikmati setiap perjalanan dengan pelukanmu di-dada
tak sekalipun aku berpikir kau sebelumnya siapa
ingatkah kau terbang pada presisi antara baja bersuara
di antara pasar malam yang beberapa hari ada
dan pada sebelumnya
kau ajak aku memotong mahkota rambut
aku iyakan
walau akhirnya aku tersiksa
bawakan aku itu badikmu ; Iya
tancapkan pada ragaku ; Keikhlasan
aku mati ; Aku pergi cari yang lain
Nirvajna , 11/06/2019
Diubah oleh dejour 11-06-2019 10:58
0
377
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan