Perkenalkan, panggil saja ane bayu. Setelah sekian lama jadi silent reader, ane mau berbagi cerita tentang pengalaman ane jadi anak terakhir. Crita ini ane tulis karena keresahan ane yang selalu dianggap sebagai anak yang selalu diistimewakan hanya karena ane anak terakhir. Ane mau berbagi juga cerita ane, karena ane banyak dapet motivasi dari beberapa cerita di sini.
Cerita ini merupakan autobiografi ane. Nantinya ane mau tulis semua penggalan pengalaman hidup ane yang masih inget. Salah satunya adalah rahasia kelam keluarga ane yang ternyata hanya ane yang gk tau. Baru setelah ane menikah, ane baru tahu bahwa ada yang salah dengan keluarga ane selama ini. Selamat membaca buat agan-agan, semoga cerita ini nantinya bisa bermanfaat.
Note : untuk part indigo ditunggu aja gan, karena ceritanya ane buat seyambung mungkin biar gk lompat lompat.
"Sedikit info, semua nama tokoh ane samarkan ya gan. Kemudian untuk TKP mungkin ada beberapa yang ane tulis tapi ada juga yang enggak. Jadi mohon maaf kalo ada kesamaan. Niat ane hanya ingin berbagi cerita tak ada maksud lain". Cekidot gan......
Spoiler for Intro Season 1:
Prolog
Pasti agan-agan gk asing dengan paradigma ini, dimana anak terakhir selalu dimanja dan selalu disayang karena saudara-saudara yang lain sudah "sukses". Tapi bagi ane itu semua cuman bull sh*t. Sejak ane smp, ane selalu jadi anak yang salah yang harus mengalah dari semua konflik yang terjadi di keluarga ane.
Sebagai anak terakhir ane punya beberapa sodara. Total di rumah ane dulu ada 6 orang ; ayah, ibu, 2 kakak laki-laki, dan 1 kakak perempuan. Sebagai anak terakhir, jarak umur ane terpaut lumayan jauh. Kira-kira jarak umur ane dengan kakak 1 adalah 10 tahun, dengan kakak ke 2 adalah 8 tahun dan kakak ke 3 adalah 6 tahun. Entah karena jarak umur atau apa, sejak kecil ane gk terlalu deket dengan kakak 1 dan 2 ane. Seinget ane kakak 1 ane begitu cuek sedangkan yang ke 2 isengnya kebangetan.
Sedari kecil, ane lebih sering main sama kakak ke 3 ane, kakak perempuan sebut saja mila. Tapi kadang ane sering berantem karena kala itu dia lebih sering main dengan temen perempuannya. Perasaan waktu itu yang muncul adalah seperti iri atau cemburu ketika kak mila selalu bermain dengan teman perempuannya.
Pernah suatu ketika saatu umur 6 atau 7 tahun, ane pernah nabrak temen kak mila DENGAN SENGAJA ketika mereka jalan bareng di depan rumah. Entah apa yang ane pikirin, ketika ane sedang sepedaan sendirian, ane melihat kak mila jalan bareng dengan temen seumurannya yang bernama kak nita di depan rumah. Tanpa pikir panjang ane tabrak tuh kaki kak nita dari belakang pake sepeda. Tapi setelah ane tabrak ane ketakukan karena kak nita langsung menangis meringkuk di situ juga. Bodohnya ane, justru lari ke warung buat beliin hansapl*s. Padahal sebelumnya bawa sepeda. Setelah dapet hansapl*s, langsung ane plester itu luka lecet di tungkak kak nita sembari minta maaf.
Tapi karena kak mila memang tau ane gk seneng ketika dia main sama temennya, ane justru gk dimarahin. Beda jauh ceritanya jika ane punya konflik sama kakak-kakak ane yang lain. Pastinya yang kena sasaran adalah ane, seberapapun salahnya kakak ane berperilaku. Pasti agan-agan gk asing dengan paradigma ini, dimana anak terakhir selalu dimanja dan selalu disayang karena saudara-saudara yang lain sudah "sukses". Tapi bagi ane itu semua cuman bull sh*t. Sejak ane smp, ane selalu jadi anak yang salah yang harus mengalah dari semua konflik yang terjadi di keluarga ane.
Oh iya, karena ini thread pertama ane, ane terbuka kalau ada agan-agan yang mau kasih saran untuk penulisan yang baik dan benar...