Lumpur Dosa di Ujung Senja
Sayup-sayup lantunan merdu suara ayat suci Al-Qur'an. Berasal dari pengeras suara pondok pesantren darul falah, membawaku hanyut terbawa pada kenangan masa lalu.
Derai air mata penyesalan mengawang di ujung pipi, hidupku dulu berantakan.
Hancur masa remaja karena kesalahan fatal yang kuperbuat.
Narkoba, sex bebas dulu kujamah tanpa jengah, bahkan aku sempat menjadi salah satu komplotan pembobol mesin ATM.
Sungguh aku terjerembab sangat dalam pada kubangan lumpur dosa kemaksiatan.
Cinta, kata itulah yang membuatku sadar. Entah bagaimana awal kukenal cinta, yang kutahu sejak mengenalnya perlahan aku bertanya-tanya kemana arah jalan hidupku.
Quote:
Sumber.istimewa
Gadis Senja Alasan Hijrahku
Namaku Galih, mahasiswa di salah satu universitas ternama di Lampung.
Aku terlahir dari keluarga broken home.
Ayahku menikah lagi, ibuku melacur di luar Negri.
Sejak kecil aku diasuh kakekku, sampai aku hidup sendiri karena kakek telah pergi menghadap Tuhan.
Sejak saat itu aku menjamah setiap titik kebejatan yang kukira itu kenikmatan. Beberapa kali berurusan dengan polisi karena melanggar hukum.
Sampai kukenal ia sang gadis senja, pertemuan yang tak sengaja di pusat perbelanjaan. Saat aku hendak melancarkan aksi penjambretan.
Ia dengan sigap meraih tanganku.
"Jangan, ingat Allah." Ucapnya padaku dengan tatapan kehormatan.
Hatiku bak tersambar petir, kata-katanya membuatku takut dengan tiba-tiba.
Kuurungkan niat buruk yang sedari menjadi niat dan tujuan.
Gadis senja yang tadi telah hilang, kucari di parkiran mini market ,nampak wajahnya dalam balik kaca mobil sedan mewah yang perlahan melaju.
Rasa penasaran membuatku mengikutinya, perlahan montor bututku mengejar mobil itu hingga di pelataran sebuah pondok pesantren.
Kuberanikan diri mengikutinya, aku memang tipe orang yang tak pernah takut pada apa pun, meski harus masuk kandang harimau rame-rame.
Entah apa yang membuatku penasaran pada gadis ini, mungkin tatapan matanya.
- - - - - -
Beberapa hari aku sengaja mengawasi pesantren itu, namun tak kunjung kutemui gadis itu. Memang benar-benar gadis senja, hadirnya hanya sekejap saja.
Rasa penasaranku pada gadis itu semakin besar, membuatku memutuskan untuk berhenti kuliah dan daftar menjadi santri di pondok pesantren tempat gadis senja itu tinggal.
Niat awal aku nyantri memang untuk mencari gadis itu, namun tak pernah sekejap kutemukan dia lagi. Sejenak aku putus asa merasa pengorbananku sia-sia, namun kuperlahan membuka diri.
Semenjak kuikuti rutinitas kegiatan di dalam pondok dengan hati terbuka, perlahan kutemukan kehidupan baru yang tak pernah kutemukan sebelumnya.
Kehidupanku perlahan menuju pada arah mencari Ridho Allah. Meninggalkan segala keburukan yang dulu menjadi aktifitas harian. Tak lagi kuteguk miras dan merampas hak orang.
Sungguh kuucapkan terima kasih padamu gadis senja, yang membawa indah meski hadirmu sekelebat mata, karenamu kutahu mana jalan kebenaran, seperti apa arti kehidupan.
Semoga tobat dan hijrahku bisa istiqomah selamanya.
Kini kutahu siapa dirimu, seorang putri kyai pengasuh pondok pesantren tempatku menuntut ilmu. Derajatmu bak rembulan, sedang aku hanya pungguk dalam kegelapan.
Akankah diriku menjadi pungguk merindu bulan?
Hanya Allah yang tahu semua jawaban.
Saat ini tujuanku hanya satu, menghapus lembaran kisah yang lalu, dengan cerita baru.
Hijrah bagiku tak sekedar pindah dari kesalahan menuju kebaikan, namun membentuk sifat baik yang tak lekang, meski cobaan menghadang, rintangan kembali datang.
Semoga Allah menyertai segala niat baik untuk kehidupan yang lebih berarti, karena jodoh, rezeki, dan maut itu rahasia Allah Ta'ala, jika kita berjodoh Allah pasti akan menyatukan kita pada masa di mana hati kita menjadi satu bagian dalam ikatan halal.
Salam sayang dari pejuang hijrah, untukmu gadis senja.
Kembali kutersadar dari lamunan, semua doaku kini telah terkabul.
Aku dipercayai mengasuh pondok pesantren oleh kyai Hasyim pemilik pondok.
Kyai Hasyim adalah abah dari Gadis senja, ternyata gadis senjaku yang selama ini kulagumi bernama Ning Syafa.
Rencana Allah memang lebih indah dari harapan manusia. Alhamdulillah kini kubersama Syafa selamanya, Syafa istriku sang pemilik separuh hati dan pelengkap imanku.