Kaskus

News

n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Pengacara Tak Tahu Surat Perlindungan Kivlan Diterima Ryamizard atau Belum
Pengacara Tak Tahu Surat Perlindungan Kivlan Diterima Ryamizard atau Belum

Pengacara Tak Tahu Surat Perlindungan Kivlan Diterima Ryamizard atau Belum

Namun begitu, ia belum memastikan apakah surat yang dimaksud sudah disampaikan ke Ryamizard atau belum.

Suara.com - Pengacara Kivlan Zen, Muhammad Yuntri mengakui telah mengajukan surat permintaan perlindungan kliennya kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Melalui surat yang disiapkan tim kuasa hukumnya tersebut, Kivlan berharap mendapat perlindungan Ryamizard terkait kasus hukum yang sedang menimpanya.

"Iya, iya (surat permintaan perlindungan)," kata Yuntri saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (12/6/2019).

Namun begitu, ia belum memastikan apalah surat yang dimaksud sudah disampaikan ke Ryamizard atau belum.

Sebab, saat ini Yuntri tengah berada di Bandung untuk takziah ke ruamah kerabat yang meninggal.

"Tim saya di Jakarta memang lagi persiapkan itu tapi apakah sudah disampaikan atau belum saya tidak tahu," ujar Yuntri.

Sebelumnya, Ryamizard mengaku belum membaca surat yang dimaksud. Bahkan, dia mengaku baru mengetahui permohonan itu saat ditanya awak media.

"Saya aja baru dikasih tahu. Mudah-mudahan itu surat yang isinya menyenangkan. Saya belum baca," ujar Ryamizard di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/2019).

Ia sendiri belum bisa memastikan apakah nantinya Kemenhan akan memberikan perlindungan sebagaimana permintaan Kivlan dalam suratnya.

Ryamizard mengatakan, akan meminta saran terlebih dahulu kepada Kepala Biro Hukum Kemenhan sebelum menyikapi lebih lanjut soal surat tersebut.

"Saya akan panggil Karo Hukum saya, ini gimana, kalau bagus iya, kalau enggak ya tidak. Untuk apa ada dia kalau enggak beri saran ke saya," tandasnya.

Diketahui, Kivlan Zen kini sudah mendekam di Rumah Tahana Militer, Guntur, Jakarta Selatan setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus kepemilikan senjata api ilegal. Selain itu, Kivlan Zein juga telah berstatus sebagai tersangka kasus makar. Kedua kasus tersebut ditangani Polda Metro Jaya.

Belakangan, nama Kivlan juga disebut-sebut memberikan perintah langsung kepada para tersangka kasus penyeludupan senjata untuk membunuh empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei.

Adapun empat tokoh yang mendapatkan ancaman pembunuhan itu yakni Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Menkopolhukam Wiranto, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

Enam tersangka yang diduga menjadi pembunuh bayaran Kivlan Zein juga sudah ditangkap dan ditahan polisi. Mereka adalah HK, AZ, IF, TJ, AD, dan AF alias Fifi.
sumber

============

Lho, bukannya Mantan Jenderal ini terbilang berani seperti tak kenal mati? Bicara selalu atas nama agama dan Republik?

Apa yang anda takutkan Jenderal sehingga harus meminta perlindungan?

Adakah yang mengincar anda?


=============

Kisah Gus Dur soal Kivlan Zen dan Mayjen Kunyuk

Pengacara Tak Tahu Surat Perlindungan Kivlan Diterima Ryamizard atau Belum

Kivlan Zen dikisahkan sempat tersinggung dan menemui Gus Dur.

Suara.com - Bicara soal Mayjen (Purn) Kivlan Zen yang kini menjadi tersangka kasus dugaan makar, tentunya tidak terlepas dari cerita terkait Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Mengutip dari Buku 'Ger-geran Bersama Gus Dur' yang diterbitkan 2010 itu, ditulis salah satunya kisah bertajuk 'Mayjen K'. Kala itu, Gus Dur berbicara soal sosok 'Mayjen K' yang menyinggung Kivlan Zen.

Dalam cerita di halaman 47 di buku yang disusun oleh Hamid Basyaib dan Fajar W. Hermawan, ditulis ketika itu Gus Dur masih menjabat Ketua Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (NU).

Ditulis di buku itu, julukan 'Mayjen K' muncul di awal pertama kerusuhan Ambon, Maluku, di pengujung 1999. Kala itu, Kivlan Zen berpangkat Mayjen TNI.

Berikut tulisannya seperti dikutip oleh SUARA.com dari buku tersebut, Rabu (12/6/2019):

Pada pekan-pekan pertama kerusuhan meledak di Maluku (akhir 1999), Gus Dur menyatakan bahwa provokator kerusuhan itu adalah seorang petinggi tentara, bernama “Mayjen K”.

Siapa pula orang ini? Seperti biasa Gus Dur tak menjelaskannya. Tapi Mayjen Kivlan Zen merasa terserempet, lalu segera menemui Gus Dur di rumahnya untuk minta penjelasan.

Setelah berbicara beberapa waktu, keduanya keluar dan menyampaikan keterangan kepada pers. Menurut Gus Dur, yang dia maksud “Mayjen K” itu bukanlah Kivlan Zen. Dan dia minta masalah tak usah diperpanjang lagi.

Tapi orang masih penasaran. Kalau begitu siapa yang dimaksud dengan “Mayjen K”?

Sambil terkekeh, Gus Dur menjawab: “Mayjen K itu maksudnya Mayjen Kunyuk (monyet). Habis apa namanya kalau kerjanya jadi dalang kerusuhan.


Demikian tulisan di buku tersebut.

Cerita Gus Dur terkait Mayjen Kunyuk juga pernah dilontarkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik. Dia menegaskan julukan itu bukan darinya, melainkan Gus Dur.

"Kata presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Kivlan Zen itu 'Mayjen Kunyuk'. Mungkin karena (Kivlan Zen--RED) dinilai liar dan biang onar," kata Rachland Nashidik kepada wartawan, Jumat 10 Mei 2019 silam.

Ujaran Rachland tersebut menanggapi tudingan 'licik' Kivlan Zen untuk Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut dia, Kivlan tak pantas menilai SBY seperti itu.

Sekadar informasi, Nama Mayjen (Purn) Kivlan Zen kembali menjadi perbincangan. Seusai ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan makar, Kivlan Zein disebut menjadi sosok yang memerintahkan pembunuhan terhadap sejumlah pejabat nasional.

Para pejabat yang menjadi target pembunuhan adalah Menteri Koordinantor Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinantor Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan, Staf Kepresidenan Gories Mere.

Tak hanya itu, ia juga diklaim para pelaku eksekutor memerintahkan membunuh Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.

Hal tersebut terungkap dari pengakuan sejumlah tersangka terkait ancaman pembunuhan pejabat yang telah diamankan oleh polisi.

Melalui rekaman video yang diputar di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta pada Selasa (11/6/2019), para tersangka mengakui mendapatkan perintah langsung dari Kivlan Zen untuk menghabisi nyawa sejumlah pejabat.

Sosok Kivlan Zen sendiri sudah sudah tidak asing lagi di dunia militer. Pria kelahiran Langsa, Aceh pada 24 Desember 1946 ini menghabiskan masa mudanya sejak duduk di Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi di Medan.

Selama menjadi mahasiswa jurusan Kedokteran di Universitas Islam Sumatera Utara, Kivlan Zein dikenal sebagai mahasiswa yang aktif berorganisasi.

Kivlan Zein tercatat menjadi sekretaris Himpunan Mahasiswa Islam cabang Medan dan Ketua Departemen Penerangan Kami Medan pada 1965. Selain itu, ia juga aktif dalam Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).

Namun, kuliahnya terpaksa berhenti lantaran ia harus sekolah militer di Akmil Magelang dan lulus pada 1971.

Saat usia Kivlan Zein menginjak 27 tahun, ia memulai karier di kesatuan Infanteri, Kostrad, Angkatan Darat.

Karier Kivlan Zein terus beranjak naik saat berhasil meringkus Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1974 dan bertugas di Timor-Timur (sekarang Negara Timor Leste).

Keberhasilannya menumpas OPM diganjar dengan kenaikan pangkat. Tak lama kemudian, Kivlan Zein naik pangkat menjadi Mayor Jenderal dan menjabat sebagai Kepala Staf Kostrad pada 1998 dengan Panglima Kostrad Letjen Prabowo Subianto.

Namun, karier Kivlan Zein terhenti saat terjadi peralihan kepemimpinan dari rezim Orde Baru menuju ke Reformasi.

Prabowo Subianto dicopot dari jabatannya, sementara Kivlan Zen dimutasi ke Mabes TNI AD.

Tak lama setelah dimutasi, Kivlan Zein pensiun dari militer. Pada 2016, Kivlan Zein diminta menjadi negosiator menyelamatkan sejumlah Warga Negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Negosiasi tersebut berhasil.

Pada Pilpres 2019, Kivlan Zein menjatuhkan pilihan politik mendukung Capres Cawapres nomor urut 02 Prabowo - Sandiaga Uno.

Kivlan Zein juga sempat terlibat adu argumen dengan politisi Partai Demokrat Andi Arief mengenai setan gundul hingga menyebut Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tak memiliki kelamin jelas dalam menentukan arah dukungan di Pilpres 2019.
sumber tambahan
Diubah oleh n4z1.v8 12-06-2019 13:00
ashroseAvatar border
imba.ruinerAvatar border
trimusketeersAvatar border
trimusketeers dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.7K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan