- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
SEKELUMIT CERITA DI BALIK KELUCUAN FOTO/VIDEO ANAK BATITA
TS
callmelin
SEKELUMIT CERITA DI BALIK KELUCUAN FOTO/VIDEO ANAK BATITA
PENGAKUAN YANG JUJUR
Video di atas menampilkan seorang batita yang tengah menangis karena ingin kembali ikut Ayahnya ke Mushola. Sempat dibawa sebentar, namun kembali dibawa ke rumah karena gaduh khawatir mengganggu kenyamanan beribadah jama'ah sholat yang lainnya.
Batita ini sedang dalam masa mengeksplor dan sedang aktif-aktifnya. Anak ini terbilang dekat dengan ayahnya.
Ramadhan tahun ini, anak saya sudah mulai diajak ke Mushola oleh ayahnya. Dan beberapa kali sholat Jum'at juga.
Awalnya, sempat ragu dan khawatir mengganggu jama'ah yang lain. Namun, suami meyakinkan tidak akan terjadi seperti yang saya khawatirkan. Minggu pertama, memang benar, anak saya anteng. Duduk sepanjang sholat Jum'at berlangsung. Namun, minggu-minggu berikutnya mulai tidak bisa diam. Keliling Mushola, bergerak ke sana ke mari dan sulit diajak duduk.
Sempat beberapa kali berhenti di bawa ke Mushola karena khawatir jama'ah sholat tidak nyaman. Namun, anak saya sering menangis minta ikut ayahnya ke Mushola. Suami memang sering mengusahakan sholat Mushola berjama'ah ketika sedang berada di rumah.
Hal yang tidak biasa pun terjadi, saya kira warga sekitar tempat saya tinggal dan jama'ah sholat tidak terlalu memperhatikan anak saya. Apa lah arti kehadiran seorang anak kecil yang seringnya hanya membuat keributan dan mengganggu kekhusyukan sholat. Kejadian ini terjadi saat beberapa hari suami tidak sholat berjama'ah di Mushola karena masuk shift sore. Keesokan harinya ada warga yang berjualan makanan di pinggir jalan menanyakan mengapa anak saya tidak ikut Ayahnya sholat ke Mushola. Dan keesokan harinya lagi, ada Jama'ah sholat yang menanyakan anak saya pada Ayahnya saat tidak diajak ke Mushola. Saya hanya bisa menebak-nebak. Mengapa dan mengapa. Tapi menurut penuturan suami saya, anak saya selalu salim sama Jama'ah sholat ketika diajak ke sana. Mungkin itu juga yang membuatnya terlihat sedikit 'mencolok'. Sementara untuk warga yang bertanya kepada saya, dia memang berjualan dari pagi hingga malam dan letaknya persis di pinggir jalan yang memungkinkan dia melihat setiap orang yang lewat terlebih lagi saya suka membawa anak turut serta saat akan berbelanja di sana. Kenal muka istilahnya, atau mungkin juga sekedar basa-basi bisa juga sekedar percakapan untuk mengakrabkan diri dengan pelanggan. Entahlah.
Saya senang, anak dekat dengan Ayahnya. Saya juga senang anak saya mau ikut kegiatan keagamaan. Harapannya agar anak saya terbiasa dengan kegiatan keagamaan dan bisa belajar sholat karena sering melihat, sehingga tumbuh motivasi beribadah di kemudian hari yang timbul dari dalam dirinya sendiri. Karena keteladanan sudah terbukti lebih ampuh mampu mengarahkan anak daripada pengarahan secara lisan.

Lain waktu, beberapa hari yang lalu anak saya, saya bawa ke pantai bersama keluarga. Sesampainya di sana, dia antusias sekali. Dengan gembira, dia hambur-hamburkan pasir ke wajah dan kepala. Saya sudah larang dan halangi, tapi tetap saja dilakukan.

Di rumah neneknya pun begitu. Setiap hari dan setiap pintu depan dibuka, anak saya langsung lari keluar rumah. Kadang bahkan tanpa alas kaki. Dipakaikan sandal pun seringnya dilepas. Untunglah tanahnya bukan tanah liat merah karena lokasinya dekat pantai dan sedang musim kemarau sehingga sedikit memudahkan saya untuk mencuci pakaian anak saya.
Agan dan Sista punya ponakan, adik, sepupu yang anaknya suka main tanah? Share juga dong di sini. Atau, Agan dan Sista punya cerita lain seputar kengeyelan mereka saat ditegur agar memilih permainan yang aman dari omelan emak? Silahkan share juga di kolom komentar. Terimakasih.
Spoiler for ketika anak sedang tantrum:
Quote:
Video di atas menampilkan seorang batita yang tengah menangis karena ingin kembali ikut Ayahnya ke Mushola. Sempat dibawa sebentar, namun kembali dibawa ke rumah karena gaduh khawatir mengganggu kenyamanan beribadah jama'ah sholat yang lainnya.
Batita ini sedang dalam masa mengeksplor dan sedang aktif-aktifnya. Anak ini terbilang dekat dengan ayahnya.
Ramadhan tahun ini, anak saya sudah mulai diajak ke Mushola oleh ayahnya. Dan beberapa kali sholat Jum'at juga.
Awalnya, sempat ragu dan khawatir mengganggu jama'ah yang lain. Namun, suami meyakinkan tidak akan terjadi seperti yang saya khawatirkan. Minggu pertama, memang benar, anak saya anteng. Duduk sepanjang sholat Jum'at berlangsung. Namun, minggu-minggu berikutnya mulai tidak bisa diam. Keliling Mushola, bergerak ke sana ke mari dan sulit diajak duduk.
Sempat beberapa kali berhenti di bawa ke Mushola karena khawatir jama'ah sholat tidak nyaman. Namun, anak saya sering menangis minta ikut ayahnya ke Mushola. Suami memang sering mengusahakan sholat Mushola berjama'ah ketika sedang berada di rumah.
Hal yang tidak biasa pun terjadi, saya kira warga sekitar tempat saya tinggal dan jama'ah sholat tidak terlalu memperhatikan anak saya. Apa lah arti kehadiran seorang anak kecil yang seringnya hanya membuat keributan dan mengganggu kekhusyukan sholat. Kejadian ini terjadi saat beberapa hari suami tidak sholat berjama'ah di Mushola karena masuk shift sore. Keesokan harinya ada warga yang berjualan makanan di pinggir jalan menanyakan mengapa anak saya tidak ikut Ayahnya sholat ke Mushola. Dan keesokan harinya lagi, ada Jama'ah sholat yang menanyakan anak saya pada Ayahnya saat tidak diajak ke Mushola. Saya hanya bisa menebak-nebak. Mengapa dan mengapa. Tapi menurut penuturan suami saya, anak saya selalu salim sama Jama'ah sholat ketika diajak ke sana. Mungkin itu juga yang membuatnya terlihat sedikit 'mencolok'. Sementara untuk warga yang bertanya kepada saya, dia memang berjualan dari pagi hingga malam dan letaknya persis di pinggir jalan yang memungkinkan dia melihat setiap orang yang lewat terlebih lagi saya suka membawa anak turut serta saat akan berbelanja di sana. Kenal muka istilahnya, atau mungkin juga sekedar basa-basi bisa juga sekedar percakapan untuk mengakrabkan diri dengan pelanggan. Entahlah.
Saya senang, anak dekat dengan Ayahnya. Saya juga senang anak saya mau ikut kegiatan keagamaan. Harapannya agar anak saya terbiasa dengan kegiatan keagamaan dan bisa belajar sholat karena sering melihat, sehingga tumbuh motivasi beribadah di kemudian hari yang timbul dari dalam dirinya sendiri. Karena keteladanan sudah terbukti lebih ampuh mampu mengarahkan anak daripada pengarahan secara lisan.

Quote:
Lain waktu, beberapa hari yang lalu anak saya, saya bawa ke pantai bersama keluarga. Sesampainya di sana, dia antusias sekali. Dengan gembira, dia hambur-hamburkan pasir ke wajah dan kepala. Saya sudah larang dan halangi, tapi tetap saja dilakukan.

Di rumah neneknya pun begitu. Setiap hari dan setiap pintu depan dibuka, anak saya langsung lari keluar rumah. Kadang bahkan tanpa alas kaki. Dipakaikan sandal pun seringnya dilepas. Untunglah tanahnya bukan tanah liat merah karena lokasinya dekat pantai dan sedang musim kemarau sehingga sedikit memudahkan saya untuk mencuci pakaian anak saya.
Agan dan Sista punya ponakan, adik, sepupu yang anaknya suka main tanah? Share juga dong di sini. Atau, Agan dan Sista punya cerita lain seputar kengeyelan mereka saat ditegur agar memilih permainan yang aman dari omelan emak? Silahkan share juga di kolom komentar. Terimakasih.
Diubah oleh callmelin 10-06-2019 06:47
Ikrom.lestari dan 18 lainnya memberi reputasi
19
2.9K
64
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan