- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Legenda Umat Koptik Memindahkan Gunung Mokattam


TS
dragonroar
Legenda Umat Koptik Memindahkan Gunung Mokattam
Tragedi Yang Mendatangkan Mukjizat
Seperti yang telah kita ketahui, Al-Muiz Li Din Illah the Fatimid adalah seseorang yang sangat menyukuai pertemuan dan tertarik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan ilmu agama. Ia suka mengundang pemimpin-pemimpin agama, Islam, Kristen dan Yahudi untuk berdebat dihadapannya tanpa amarah atau perkelahian. Pada saat itu ada seorang Yahudi yang ditugaskan oleh Al Mu’iz untuk mendampingi umat Islam dalam utusan kenegaraan. Ia bernama Jacob Ibn Killis.
Walaupun ia bertugas dengan umat Islam, ia tidak mengindahkan aturan yang dipercaya oleh umat Islam. Ia lebih memihak Yahudi dan melakukannya hanya karena perintah Fatimid. Ia kemudian juga membenci umat Kristiani karena ia merasa bersaing dengan seorang Kristiani yang lebih dekat dengan Khalif. Ia takut jika Khalif lebih memilih orang Kristiani tersebut sebagai utusan negara.
Orang Kristiani ini bernama Quzman Ibn Mina dan mempunyai gelar “Abul Yumn” (Yang beruntung). Namun Jacob memanggilnya dengan mana Yahudi lain yaitu Moses dan ia ingin Moses agar berdebat dengan Bapa Patriak Abram dihadapan Al Mu’iz.
Al Mu’iz mengirim pesan pada Bapa Patriak Abram dan mengatakan “Jika Anda ingin berdebat dengan orang Yahudi, baik itu Anda sendiri atau salah satu utusan yang telah Anda pilih, datanglah ke rumahku dan mulai berdebatlah dihadapanku”.
Maka dari itu, Bapa Patriak Abram menentukan kapan akan melakukan debat itu dan memanggil Anba Sawirus Ibn Al-Muqaffa, seorang uskup dari Ashuminin (Mesir utara). Anba Sawirus adalah seorang pujangga gereja yang menulis “BIOGRAFI PARA BAPA PATRIAK”, ia ahli dalam bidang perbandingan agama dan juga menulis banyak buku tentang bidang tersebut. Salah satu buku nya yaitu “MONOTEISME dan JAWABAN ATAS PERTANYAAN-PERTANYAAN ORANG YAHUDI” Ketika Khalif, Ibn Killis dan Moses duduk dihadapannya, ia berkata pada Bapa Patriak, ”Berbicaralah Bapa Patriak Agung dan berikanlah ijin padaku untuk berbicara’’. Bapa Patriak berkata kepada Sawirus ‘’Berbicaralah anakku, kebijaksanaan kudus akan memberimu kebijaksanaan’’.
Anba Sawirus pun berkata dengan bijaksana ‘’Tidaklah tepat untuk meunujuk seorang Yahudi dihadapan seorang Khalif. Moses marah dan berkata ‘’Kamu menghinaku dihadapan Khalif sebab kamu menganggapku kasar’’. Anba Sawirus bertanya padanya dengan lembut
Bagaimana jika aku menemukan bukti kekasaranmu itu, apakah kau akan tetap marah ?
Bapa Patriak kemudian berbicara dengan tenang ‘’Tidak perlu marah dalam diskusi ini, Anda semua bebas mengungkapkan pendapat Anda dengan jujur dan tak perlu malu-malu’’. Anba Sawirus menanggapi Moses, ‘’Saya tidak menganggapmu kasar, hanya saja Nabi mu yang besar yang menerima perintah dari Tuhan akan melihat sendiri tingkah lakumu’’ Moses bertanya padanya, ‘’Dan siapakah Nabi itu ? Sawirus menjawabnya, ‘’Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya tetapi umat-ku tidak memahaminya’’. Khalif tertawa terbahak-bahak sebab ia terpesona dengan kebijaksanaan dan kemampuan bicara Anba Sawirus. Dan Khalif pun bertanya pada Moses,
Apakah itu benar ucapan Nabi Yesaya ?
Mosespun mengiyakan dengan rasa amarah. Anba Sawirus melanjutkan ‘’Pahamilah bahwa Nabimu telah berkata bahwa hewan lebih mengerti dan memahami daripada kamu’’. Khalif masih terpana dengan lelucon pandai yang baru saja terjadi. Sesaat kemudian ia mengakiri debat ini.
Rencana buruk
Debat tegang yang terjadi antara pasangan Ibnu Killis-Moses dan Anba Sawirus menimbulkan iri hati. Ibnu Killis dan Moses ingin membalas dendam kepada Anba Sawirus dengan cara mempertanyakan keabsahan ajaran agama Kristiani yang dapat berakibat kejatuhan umat Koptik. Maka dari itu, Ibnu Killis dan Moses mencari sepotong ayat dari Kitab Suci di dalam perjanjian baru yang mungkin dapat membantu mereka mewujudkan rencana jahatnya. Dalam Matius 17:20 ada tertulis “Sesungguhnya sekiranya kamu punya iman sebiji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini. Pindah dari tempat ini kesana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu”. Moses dan Ibn Killis menemnui Khalif Al Mu’iz dan berkata padanya “Kami telah menemukan didalam Kitab Suci orang Kristiani bawa siapapun yang mempunyai iman walaupun sebesar biji sesawipun dapat memindahkan gunung. Maka dari itu, kita berhak untuk membuktikan kebenaran agama mereka dengan cara ini. Jika tidak benar, mereka harus dihukum karena ajaran agama mereka salah”.
Khalid hanya termenung dan memikirkan ayat yang berasal dari Perjanjian Baru Kitab Suci Orang Kristiani terebut. “Jika memang hal ini benar, maka inilah saat yang tepat untuk memindahkan gunung yang berdiri tegak ditimur Kota Kairo sehingga gunung ini akan bergeser lebih ke arah timur dan tak lagi menutupi jalan menuju Birket Ephil, namum jika gunung ini tak dapat dipindahkan maka benar bahwa ajaran orang Kristiani salah dan mereka harus dihukum”, begitu piker Khalif.
Khalif Al Mu’iz memanggil Anba Abram the Syirian dan berbicara padanya bahwa ia harus memilih satu dari ke empat pilihan ini:
Melaksanakan apa yang tertulis dalam Kitab Suci dengan cara memindahkan gunung Mokattam yang berada di timur Kota Kairo.
Meninggalkan iman Kristiani dan memeluk Islam sebab ajaran Kristiani salah.
Meninggalkan Mesir dan tinggal dinegara lain.
Di hukum dan di hunus dengan pedang.
Bapa Patriak Abram hanya terdiam dan hanya mampu berdoa agar Tuhan Allah membimbingnya untuk dapat melakukan apa yang menjadi kehedakNya atas hal ini. Maka, ia meminta Khalif tenggat waktu selama tiga hari untuk member jawaban atas ke empat pilihan tersebut.
Panggilan untuk berpuasa
Bapa Patriak Abram sangat sedih ketika ia kembali, ia meminta agar semua umat Kristiani berpuasa selama tiga hari dari fajar hingga senja, berdoa untuk keamanan gereja sehingga Tuhan akan menunjukkan kemurahanNya. Betapa mereka percaya bahwa Tuhan akan menunjukkan kebijaksanaanNya dalam situasi yang menegangkan ini! Begitu indahnya doa yang dilantunkan selama Misa berlangsung “Sebab kami hanya mengandalkanMu, namaMu yang kudus ialah nama yang selalu kami ucapkan dan jiwa kami Kau hidupkan dengan Roh KudusMu” Bapa Patriak Abram kemudian pergi ke Gereja Santa Maria, memanggil Uskup dan para biarawannya yang berada di Kota Kairo Tua dan mengatakan pada mereka apa yang telah terjadi antara Khalif dan dirinya. Ia berkata pada mereka “Kita harus berpuasa selama tiga hari lamanya sebab aku meminta tenggat waktu selama tiga hari pada Khalif untuk menjatuhkan pilihanku. Tuhan akan menunjukkan kemurahanNya dan memampukan kita untuk bertindak”.
Semua umat Koptik diseluruh Kairo berpuasa. Misa dan doa digelar dimana-mana selama tiga hari berutut-turut agar Tuhan menunjukkan kebesaranNya. Sementara itu, Bapa Patriak Abram, uskup, para pendeta dan biarawan berkumpul di Gereja Santa Maria.
Pertolongan Dari Surga
Penampakan Bunda Maria pada Bapa Bapa Patriak
Pada hari ketiga ketika fajar, Bapa Bapa Patriak tertidur sejenak dan melihat Bunda Maria didalam mimpinya. Ia mendengar Bunda Maria berkata, ‘’Apa yang terjadi padamu ?’’ Bapa Bapa Patriak menjawabnya lemah, ‘’Bunda surgawi, kau tahu apa yang terjadi pada kami’’. Maka Bunda Maria berkata padanya, ‘’Jangan takut hai kau gembala umat yang setia sebab airmata yang telah meleleh dari pipimu di gereja ini dan puasa serta doa yang telah kau dan umatmu jalankan tak akan pernah terabaikan. Sekarang, pergilah kau dari gereja ini melewati gerbang besi disana dan laluilah jalan yang menuju pasar. Dalam perjalananmu nanti, kau akan bertemu dengan seseorang salah satu matanya buta, ia membawa sebuah bejana air. Panggilah dia dan berbicaralah padanya karena ialah orang yang akan menjadi perantara sehingga mukjizat itu akan benar terjadi’’. Tak lama kemudian Bapa Patriak bangun dari tidurnya dan melakukan apa yang Bunda Maria katakan dalam mimpinya.
Santo Simon, pembawa pesan surga
Ketika Bapa Bapa Patriak berjalan keluar dari gereja melalui gerbang besi gereja itu dan melewati jalan yang menuju ke pasar, ia melihat seorang yang Bunda Maria ceritakan padanya. Kemudian, Bapa Patriak memanggilnya dan membawanya ke dalam gereja dan menutup gerbangnya. Bapa Patriak menceritakan semua hal yang terjadi antara dia dan Khalif, begitu pula apa yang Bunda Maria telah katakan dalam mimpinya. Ia berkata bahwa Simonlah yang akan menjadi perantara agar mukjizat itu terjadi. Namun Santo Simon menjawab, ‘’ Ampuni aku Bapa, aku ini orang berdosa’’. Bapa Patriak pun berkata padanya, ‘’ Inilah perintah Ibunda surgawi’’. Kemudian Santo Simonpun menanggapi, ‘’Selama hal itu diperintahkan oleh Bunda Maria yang mempercayakan padaku segala tanggung jawab yang harus aku emban untuk melakukan tugas besar ini, maka aku akan melakukannya” Bapa Patriak kemudian bertanya siapakah namanya dan mengapa ia berada di dekat pasar pagi-pagi buta ketika semua orang masih tidur?’’ Ia pun menjawab, ‘’Namaku Simon The Tanner, aku bekerja mengeringkan kulit binatang sehingga warnanya berubah menjadi lebih gelap dan dapat dibuat kerajinan tangan. Tetapi aku bangun pagi-pagi sekali setiap hari untuk mengisi bejana air ini dan mengantarkannya pada orang yang sudah tua dan pada mereka yang sakit sebab karena usianya yang tua dan karena penyakitnya, mereka tak mampu lagi mengambil air. Ketika aku telah selesai melayani mereka, aku kembali kerumah dan bekerja sampai menjelang senja. Kemudian, aku beristirahat sejenak untuk makan. Aku makan sedikit saja hanya agar tetap sehat sehingga aku dapat tetap melayani. Setelah itu, aku pergi berdoa semalam suntuk’’. Santo Simon meminta Bapa Patriak agar selama hidupnya, ia tak menceritakan tentang hal ini kepada siapapun.
Persiapan terjadinya mukjizat Tak lama setelah pembicaraan itu, Santo Simon berkata pada Bapa Patriak, “Bapa yang terhormat, pergilah ke atas gunung bersama para pemimpin geraja, para deakon, dan arkdeakon. Bawalah Kitab Suci, salib, lilin besar yang telah dinyalakan dan kemenyan. Mintalah raja dan para punggawanya untuk pergi ke atas gunung bersamamu juga dan mintalah pada mereka agar mereka berdiri di seberang, sedangkan kau dan umatmu berada di sisi yang lain. Aku akan berdiri diantara orang-orang sehingga orang-orang itu tidak akan mengetahui keberadaanku. Setelah mempersembahkan sakramen mahakudus, berserulah dengan semua umat untuk menyerukan ‘Kyrie Eleison (Tuhan Kasihanilah Kami) sampai empat ratus kali. Kemudian tetaplah diam an bersujudlah, agungkanlah nama Tuhan dan ulangilah sampai tiga kali. Setiap kali kau bangkit dari sujudmu, buatlah tanda salib di tanah gunung itu dan Tuhan akan menampakkan kebesaranNya”. Bapa Patriak sangat bersyukur kepada Tuhan Allah yang membiarkan pencobaan datang tetapi selalu menyediakan jalan keluar
Terjadinya Mukjizat
Kerumunan Orang
Bapa Patriak berkata pada Khalif Al-Mu’iz Din Illah bahwa ia sudah siap untuk memenuhi permintaannya dengan kemuliaan Tuhan. Khalif pun memenuhi permintaannya, ia membawa para punggawanya dan bertemu Bapa Patriak yang juga membawa semua umat dan pendetanya ke atas gunung. Mereka berdiri pada sisi yang saling berlawanan, seperti apa yang telah dikatakan Santo Simon.
Gempa besar dan berpindahnya Gunung
Setelah mempersembahkan sakramen mahakudus, semua orang menyerukan Kyrie Eleison dengan semangat yang berapi-api. Tetapi mereka juga berdoa dengan kusyuk. Kyrie Eleison diulangi sebanyak empat ratus kali, masing masing seratus kali pada setiap penjuru mata angin utama, utara, selatan, barat dan timur. Mereka tetap diam sesudahnya dan bersujud selama tiga kali ketika Bapa Patriak membuat tanda salib. Tiba-tiba gempa besar datang dan gunung itu terbelah menjadi dua. Tiap mereka berdiri dari sujudnya, gunung itu terangkat sehingga matahari bagai terlihat dibawahnya.
Khalif dan banyak orang menjadi takut
Ketika mukjizat itu terjadi, Khalif Al-Mu’iz menjadi panik dan sangat ketakutan. Semua punggawanya berseru, “Tuhan sungguh besar kuasaMu, hendaknya namaMu dimuliakan”. Kemudian ia meminta Bapa Patriak agar menghentikan apa yang ia lakukan sebab jika dilanjutkan kota itu juga akan ikut terbelah. Ketika suasana lebih tenang, ia berkata pada Bapa Patriak, “Kau telah memuktikan kebenaran iman dan agamamu”.
Hilangnya Santo Simon
Setelah peristiwa itu terjadi, orang-orang kembali menuruni gunung dan pulang kerumah. Namun Bapa Patriak masih mencari keberadaan Santo Simon yang semenjak tadi berdiri dibelakangnya. Sayangnya, Santo Simon telah menghilang dan sejak saat itu tak ada lagi orang yang melihatnya ataupun bertemu dengannya.
Penamaan Gunung Mokattam
Sebuah manuskrip dibiara Anba Antonios mencatat bahwa gunung Mokattam dinamai Mokattam sebab kaki gunungnya terhubung satu dengan yang lain tetapi badan gunungnya terbagi menjadi dua bagian dan ada celah diantaranya. Dalam kamus bahasa Arab, kata Mokattam berarti ‘terbelah’.
Seperti yang telah kita ketahui, Al-Muiz Li Din Illah the Fatimid adalah seseorang yang sangat menyukuai pertemuan dan tertarik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan ilmu agama. Ia suka mengundang pemimpin-pemimpin agama, Islam, Kristen dan Yahudi untuk berdebat dihadapannya tanpa amarah atau perkelahian. Pada saat itu ada seorang Yahudi yang ditugaskan oleh Al Mu’iz untuk mendampingi umat Islam dalam utusan kenegaraan. Ia bernama Jacob Ibn Killis.
Walaupun ia bertugas dengan umat Islam, ia tidak mengindahkan aturan yang dipercaya oleh umat Islam. Ia lebih memihak Yahudi dan melakukannya hanya karena perintah Fatimid. Ia kemudian juga membenci umat Kristiani karena ia merasa bersaing dengan seorang Kristiani yang lebih dekat dengan Khalif. Ia takut jika Khalif lebih memilih orang Kristiani tersebut sebagai utusan negara.
Orang Kristiani ini bernama Quzman Ibn Mina dan mempunyai gelar “Abul Yumn” (Yang beruntung). Namun Jacob memanggilnya dengan mana Yahudi lain yaitu Moses dan ia ingin Moses agar berdebat dengan Bapa Patriak Abram dihadapan Al Mu’iz.
Al Mu’iz mengirim pesan pada Bapa Patriak Abram dan mengatakan “Jika Anda ingin berdebat dengan orang Yahudi, baik itu Anda sendiri atau salah satu utusan yang telah Anda pilih, datanglah ke rumahku dan mulai berdebatlah dihadapanku”.
Maka dari itu, Bapa Patriak Abram menentukan kapan akan melakukan debat itu dan memanggil Anba Sawirus Ibn Al-Muqaffa, seorang uskup dari Ashuminin (Mesir utara). Anba Sawirus adalah seorang pujangga gereja yang menulis “BIOGRAFI PARA BAPA PATRIAK”, ia ahli dalam bidang perbandingan agama dan juga menulis banyak buku tentang bidang tersebut. Salah satu buku nya yaitu “MONOTEISME dan JAWABAN ATAS PERTANYAAN-PERTANYAAN ORANG YAHUDI” Ketika Khalif, Ibn Killis dan Moses duduk dihadapannya, ia berkata pada Bapa Patriak, ”Berbicaralah Bapa Patriak Agung dan berikanlah ijin padaku untuk berbicara’’. Bapa Patriak berkata kepada Sawirus ‘’Berbicaralah anakku, kebijaksanaan kudus akan memberimu kebijaksanaan’’.
Anba Sawirus pun berkata dengan bijaksana ‘’Tidaklah tepat untuk meunujuk seorang Yahudi dihadapan seorang Khalif. Moses marah dan berkata ‘’Kamu menghinaku dihadapan Khalif sebab kamu menganggapku kasar’’. Anba Sawirus bertanya padanya dengan lembut
Bagaimana jika aku menemukan bukti kekasaranmu itu, apakah kau akan tetap marah ?
Bapa Patriak kemudian berbicara dengan tenang ‘’Tidak perlu marah dalam diskusi ini, Anda semua bebas mengungkapkan pendapat Anda dengan jujur dan tak perlu malu-malu’’. Anba Sawirus menanggapi Moses, ‘’Saya tidak menganggapmu kasar, hanya saja Nabi mu yang besar yang menerima perintah dari Tuhan akan melihat sendiri tingkah lakumu’’ Moses bertanya padanya, ‘’Dan siapakah Nabi itu ? Sawirus menjawabnya, ‘’Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya tetapi umat-ku tidak memahaminya’’. Khalif tertawa terbahak-bahak sebab ia terpesona dengan kebijaksanaan dan kemampuan bicara Anba Sawirus. Dan Khalif pun bertanya pada Moses,
Apakah itu benar ucapan Nabi Yesaya ?
Mosespun mengiyakan dengan rasa amarah. Anba Sawirus melanjutkan ‘’Pahamilah bahwa Nabimu telah berkata bahwa hewan lebih mengerti dan memahami daripada kamu’’. Khalif masih terpana dengan lelucon pandai yang baru saja terjadi. Sesaat kemudian ia mengakiri debat ini.
Rencana buruk
Debat tegang yang terjadi antara pasangan Ibnu Killis-Moses dan Anba Sawirus menimbulkan iri hati. Ibnu Killis dan Moses ingin membalas dendam kepada Anba Sawirus dengan cara mempertanyakan keabsahan ajaran agama Kristiani yang dapat berakibat kejatuhan umat Koptik. Maka dari itu, Ibnu Killis dan Moses mencari sepotong ayat dari Kitab Suci di dalam perjanjian baru yang mungkin dapat membantu mereka mewujudkan rencana jahatnya. Dalam Matius 17:20 ada tertulis “Sesungguhnya sekiranya kamu punya iman sebiji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini. Pindah dari tempat ini kesana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu”. Moses dan Ibn Killis menemnui Khalif Al Mu’iz dan berkata padanya “Kami telah menemukan didalam Kitab Suci orang Kristiani bawa siapapun yang mempunyai iman walaupun sebesar biji sesawipun dapat memindahkan gunung. Maka dari itu, kita berhak untuk membuktikan kebenaran agama mereka dengan cara ini. Jika tidak benar, mereka harus dihukum karena ajaran agama mereka salah”.
Khalid hanya termenung dan memikirkan ayat yang berasal dari Perjanjian Baru Kitab Suci Orang Kristiani terebut. “Jika memang hal ini benar, maka inilah saat yang tepat untuk memindahkan gunung yang berdiri tegak ditimur Kota Kairo sehingga gunung ini akan bergeser lebih ke arah timur dan tak lagi menutupi jalan menuju Birket Ephil, namum jika gunung ini tak dapat dipindahkan maka benar bahwa ajaran orang Kristiani salah dan mereka harus dihukum”, begitu piker Khalif.
Khalif Al Mu’iz memanggil Anba Abram the Syirian dan berbicara padanya bahwa ia harus memilih satu dari ke empat pilihan ini:
Melaksanakan apa yang tertulis dalam Kitab Suci dengan cara memindahkan gunung Mokattam yang berada di timur Kota Kairo.
Meninggalkan iman Kristiani dan memeluk Islam sebab ajaran Kristiani salah.
Meninggalkan Mesir dan tinggal dinegara lain.
Di hukum dan di hunus dengan pedang.
Bapa Patriak Abram hanya terdiam dan hanya mampu berdoa agar Tuhan Allah membimbingnya untuk dapat melakukan apa yang menjadi kehedakNya atas hal ini. Maka, ia meminta Khalif tenggat waktu selama tiga hari untuk member jawaban atas ke empat pilihan tersebut.
Panggilan untuk berpuasa
Bapa Patriak Abram sangat sedih ketika ia kembali, ia meminta agar semua umat Kristiani berpuasa selama tiga hari dari fajar hingga senja, berdoa untuk keamanan gereja sehingga Tuhan akan menunjukkan kemurahanNya. Betapa mereka percaya bahwa Tuhan akan menunjukkan kebijaksanaanNya dalam situasi yang menegangkan ini! Begitu indahnya doa yang dilantunkan selama Misa berlangsung “Sebab kami hanya mengandalkanMu, namaMu yang kudus ialah nama yang selalu kami ucapkan dan jiwa kami Kau hidupkan dengan Roh KudusMu” Bapa Patriak Abram kemudian pergi ke Gereja Santa Maria, memanggil Uskup dan para biarawannya yang berada di Kota Kairo Tua dan mengatakan pada mereka apa yang telah terjadi antara Khalif dan dirinya. Ia berkata pada mereka “Kita harus berpuasa selama tiga hari lamanya sebab aku meminta tenggat waktu selama tiga hari pada Khalif untuk menjatuhkan pilihanku. Tuhan akan menunjukkan kemurahanNya dan memampukan kita untuk bertindak”.
Semua umat Koptik diseluruh Kairo berpuasa. Misa dan doa digelar dimana-mana selama tiga hari berutut-turut agar Tuhan menunjukkan kebesaranNya. Sementara itu, Bapa Patriak Abram, uskup, para pendeta dan biarawan berkumpul di Gereja Santa Maria.
Pertolongan Dari Surga
Penampakan Bunda Maria pada Bapa Bapa Patriak
Pada hari ketiga ketika fajar, Bapa Bapa Patriak tertidur sejenak dan melihat Bunda Maria didalam mimpinya. Ia mendengar Bunda Maria berkata, ‘’Apa yang terjadi padamu ?’’ Bapa Bapa Patriak menjawabnya lemah, ‘’Bunda surgawi, kau tahu apa yang terjadi pada kami’’. Maka Bunda Maria berkata padanya, ‘’Jangan takut hai kau gembala umat yang setia sebab airmata yang telah meleleh dari pipimu di gereja ini dan puasa serta doa yang telah kau dan umatmu jalankan tak akan pernah terabaikan. Sekarang, pergilah kau dari gereja ini melewati gerbang besi disana dan laluilah jalan yang menuju pasar. Dalam perjalananmu nanti, kau akan bertemu dengan seseorang salah satu matanya buta, ia membawa sebuah bejana air. Panggilah dia dan berbicaralah padanya karena ialah orang yang akan menjadi perantara sehingga mukjizat itu akan benar terjadi’’. Tak lama kemudian Bapa Patriak bangun dari tidurnya dan melakukan apa yang Bunda Maria katakan dalam mimpinya.
Santo Simon, pembawa pesan surga
Ketika Bapa Bapa Patriak berjalan keluar dari gereja melalui gerbang besi gereja itu dan melewati jalan yang menuju ke pasar, ia melihat seorang yang Bunda Maria ceritakan padanya. Kemudian, Bapa Patriak memanggilnya dan membawanya ke dalam gereja dan menutup gerbangnya. Bapa Patriak menceritakan semua hal yang terjadi antara dia dan Khalif, begitu pula apa yang Bunda Maria telah katakan dalam mimpinya. Ia berkata bahwa Simonlah yang akan menjadi perantara agar mukjizat itu terjadi. Namun Santo Simon menjawab, ‘’ Ampuni aku Bapa, aku ini orang berdosa’’. Bapa Patriak pun berkata padanya, ‘’ Inilah perintah Ibunda surgawi’’. Kemudian Santo Simonpun menanggapi, ‘’Selama hal itu diperintahkan oleh Bunda Maria yang mempercayakan padaku segala tanggung jawab yang harus aku emban untuk melakukan tugas besar ini, maka aku akan melakukannya” Bapa Patriak kemudian bertanya siapakah namanya dan mengapa ia berada di dekat pasar pagi-pagi buta ketika semua orang masih tidur?’’ Ia pun menjawab, ‘’Namaku Simon The Tanner, aku bekerja mengeringkan kulit binatang sehingga warnanya berubah menjadi lebih gelap dan dapat dibuat kerajinan tangan. Tetapi aku bangun pagi-pagi sekali setiap hari untuk mengisi bejana air ini dan mengantarkannya pada orang yang sudah tua dan pada mereka yang sakit sebab karena usianya yang tua dan karena penyakitnya, mereka tak mampu lagi mengambil air. Ketika aku telah selesai melayani mereka, aku kembali kerumah dan bekerja sampai menjelang senja. Kemudian, aku beristirahat sejenak untuk makan. Aku makan sedikit saja hanya agar tetap sehat sehingga aku dapat tetap melayani. Setelah itu, aku pergi berdoa semalam suntuk’’. Santo Simon meminta Bapa Patriak agar selama hidupnya, ia tak menceritakan tentang hal ini kepada siapapun.
Persiapan terjadinya mukjizat Tak lama setelah pembicaraan itu, Santo Simon berkata pada Bapa Patriak, “Bapa yang terhormat, pergilah ke atas gunung bersama para pemimpin geraja, para deakon, dan arkdeakon. Bawalah Kitab Suci, salib, lilin besar yang telah dinyalakan dan kemenyan. Mintalah raja dan para punggawanya untuk pergi ke atas gunung bersamamu juga dan mintalah pada mereka agar mereka berdiri di seberang, sedangkan kau dan umatmu berada di sisi yang lain. Aku akan berdiri diantara orang-orang sehingga orang-orang itu tidak akan mengetahui keberadaanku. Setelah mempersembahkan sakramen mahakudus, berserulah dengan semua umat untuk menyerukan ‘Kyrie Eleison (Tuhan Kasihanilah Kami) sampai empat ratus kali. Kemudian tetaplah diam an bersujudlah, agungkanlah nama Tuhan dan ulangilah sampai tiga kali. Setiap kali kau bangkit dari sujudmu, buatlah tanda salib di tanah gunung itu dan Tuhan akan menampakkan kebesaranNya”. Bapa Patriak sangat bersyukur kepada Tuhan Allah yang membiarkan pencobaan datang tetapi selalu menyediakan jalan keluar
Terjadinya Mukjizat
Kerumunan Orang
Bapa Patriak berkata pada Khalif Al-Mu’iz Din Illah bahwa ia sudah siap untuk memenuhi permintaannya dengan kemuliaan Tuhan. Khalif pun memenuhi permintaannya, ia membawa para punggawanya dan bertemu Bapa Patriak yang juga membawa semua umat dan pendetanya ke atas gunung. Mereka berdiri pada sisi yang saling berlawanan, seperti apa yang telah dikatakan Santo Simon.
Gempa besar dan berpindahnya Gunung
Setelah mempersembahkan sakramen mahakudus, semua orang menyerukan Kyrie Eleison dengan semangat yang berapi-api. Tetapi mereka juga berdoa dengan kusyuk. Kyrie Eleison diulangi sebanyak empat ratus kali, masing masing seratus kali pada setiap penjuru mata angin utama, utara, selatan, barat dan timur. Mereka tetap diam sesudahnya dan bersujud selama tiga kali ketika Bapa Patriak membuat tanda salib. Tiba-tiba gempa besar datang dan gunung itu terbelah menjadi dua. Tiap mereka berdiri dari sujudnya, gunung itu terangkat sehingga matahari bagai terlihat dibawahnya.
Khalif dan banyak orang menjadi takut
Ketika mukjizat itu terjadi, Khalif Al-Mu’iz menjadi panik dan sangat ketakutan. Semua punggawanya berseru, “Tuhan sungguh besar kuasaMu, hendaknya namaMu dimuliakan”. Kemudian ia meminta Bapa Patriak agar menghentikan apa yang ia lakukan sebab jika dilanjutkan kota itu juga akan ikut terbelah. Ketika suasana lebih tenang, ia berkata pada Bapa Patriak, “Kau telah memuktikan kebenaran iman dan agamamu”.
Hilangnya Santo Simon
Setelah peristiwa itu terjadi, orang-orang kembali menuruni gunung dan pulang kerumah. Namun Bapa Patriak masih mencari keberadaan Santo Simon yang semenjak tadi berdiri dibelakangnya. Sayangnya, Santo Simon telah menghilang dan sejak saat itu tak ada lagi orang yang melihatnya ataupun bertemu dengannya.
Penamaan Gunung Mokattam
Sebuah manuskrip dibiara Anba Antonios mencatat bahwa gunung Mokattam dinamai Mokattam sebab kaki gunungnya terhubung satu dengan yang lain tetapi badan gunungnya terbagi menjadi dua bagian dan ada celah diantaranya. Dalam kamus bahasa Arab, kata Mokattam berarti ‘terbelah’.
Diubah oleh dragonroar 06-06-2019 06:26




dcmatrix21 dan nona212 memberi reputasi
2
6.5K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan