..iii..Avatar border
TS
..iii..
Mungkin Tentang Kepribadian (Edisi Curhat Panjang)
Assalamualaikum,
Selamat malam.

Aku agak bingung memberi judul mengenai curhatan aku ini. Mohon maaf jika curhatan ini menjadi panjang dan terkesan bertele-tele, tapi sengaja Aku buat agak panjang sebagai upaya untuk mendeskripsikan permasalah yang aku alami seutuhnya dengan harapan rekan2 sekalian bisa memahami secara utuh dan memberikan pendapat secara tepat.

Aku mulai...
Aku pria usia 33 tahun telah berkeluarga dan memiliki seorang putri berusia 4 tahun. Aku anak pertama.

Orang tuaku bukan berasal dari keluarga kaya raya tapi tidak dapat dikategorikan miskin, alhasil aku dan seluruh adikku dapat mengenyam pendidikan dan hidup normal tanpa hambatan berarti.

Semasa kuliah, aku termasuk pribadi yang memiliki semangat dan cita-cita yang tinggi, kehidupan kuliah aku lewati dengan enjoy dan penuh semangat. Kehidupan remaja semasa kuliahpun terbilang cukup menyenangkan. Aku punya banyak teman juga banyak pacar.

Masih semasa kuliah, rutinitas yang paling menyenangkan adalah baca buku. Ya, aku termasuk orang yang optimis dan percaya bahwa belajar adalah jalan satu-satunya meraih impian yang aku cita-citakan. Terlalu senang belajar bahkan pernah aku menghabiskan waktu 24 full hanya membaca. Ya, aku menjadi mahasiswa "gila" baca. Aku mungkin mahasiswa dengan jumlah koleksi buku terbanyak dibandingkan seluruh mahasiswa di fakultas aku ketika itu.

Hasilnya, aku tumbuh menjadi mahasiswa paling berprestasi di fakultas aku, menjadi terkenal sebagai mahasiswa cerdas. Mewakili kampus untuk event yang berskala lokal, nasional maupun internasional semuanya sudah pernah ku lakoni dan lebih sering keluar sebagai juara yang otomatis mengharumkan nama kampus. Aku pun pernah didaulat menjadi pembicara dalam sebuah seminar berskala nasional, sebuah prestasi yang sangat membanggakan keluarga dan seisi kampus utamanya fakultas aku.

Tak mengherankan hal itu kemudian membuat para dosen kerap membanggakan aku di hadapan para junior ataupun di hadapan teman-teman seangkatan aku, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aku dijadikam contoh keberhasikan dosen dalam mendidik mahasiswa.

Semester 6 aku mulai dipercaya menjadi asdos (asisten dosen) dan begitu diwisuda aku "dilamar" menjadi dosen di 2 universitas sekaligus. Oh ya, aku berhasil selesaikan pendidikan S1 hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat Suma Cumlaude.

Sambil mengajar iseng-iseng aku mengikuti tes cpns di salah satu kementerian dan bisa ditebak aku lulus dengan mudah. Begitu mengetahui aku lulus PNS, ibuku langsung menangis dan memeluk aku, beliau bangga dan terharu.

Tapi sesungguhnya itu adalah awal dari kegundahan hati yang hingga kini menghantui.

Ya, aku merasa menjadi PNS bukanlah cita-cita ku, aku berpikir kualitas diriku bukan untuk menjadi seorang PNS, harusnya lebih dari sekedar PNS biasa. Karena itu begitu lulus PNS aku langsung mengutarakan niat kepada orang tauku untuk resign, kedua orang tuaku dengan tegas menolak.

Aku pun mencoba berdamai dengan diri sendiri, mulailah aku menjalani rutinitas sebagai seorang PNS yang taat, walaupun dalam hati ogah-ogahan, apalagi aku mendapati fakta bahwa mayoritas pekerjaan dalam lingkungan kerja aku tidak membutuhkan skill yang mumpuni cukup taat pada aturan dan atasan. Nyaris segala kualitas diriku tak memiliki arti apa-apa di sini.

Beruntung tak berapa lama aku ditempatkan dalam sebuah jabatan tertentu yang tugas utamanya memberikan advis dan memliki hubujgan kerja dengan instansi lain yakni Pemda dan DPRD (Aku PNS di kementerian). Itu satu-satunya kesempatan aku dapat mengesplor segala kemampuan yang aku miliki.

Dari situlah kemudian aku meninggalkan aktifitas ku mengajar sebagai dosen dan mulai fokus pada jabatan baru, aku mulai enjoy. Tak butuh waktu lama aku mulai dikenal oleh banyak kalangan dan dari berbagai jabatan. Disegani, dihormati, dan dibutuhkan, ini keadaan yang memang aku harapkan.

Aku pun kemudian melanjutkan pendidikan S2 dan lagi2 dapat menyelesaikan dengan mudah dengan predikat yang sama Suma Cumlaude.

Teman-teman aku tak sedikit yang iri bahkan minder melihat pencapaian aku, sebagian lagi menjadikan aku sebagai contoh generasi sukses usia muda. Keluarga dan orang-orang di kampung aku (aku berasal dari desa) menjadikan aku sebagai panutan untuk mendidik anak-anak mereka menjadi sukses seperti aku (di desa aku banyak yang sekolah tapi jarang yang sukses, tak sedikit yang jadi sarjana namun kemudian pulang tanpa menjadi apa-apa). Bahkan namaku cukup terkenal di Kabupaten aku mulai dari Bupati hingga masyarakat biasa banyak yang mengenal aku, padahal aku jarang pulang di Kabupaten tempat asalku, mereka mengetahui prestasiku dari mulut ke-mulut dan melihat postingan foto dan video kegiatan2 aku yang aku unggah di media sosial.

Namun seiring berjalannya waktu, semangat dan motivasi kerja termasuk motivasi hidup perlahan memudar dan bahkan sampai pada titik dimana aku merasa gak punya semangat dan motivasi apa-apa lagi. Bahkan berangkat kantor pun aku ogah-ogahan.

Aku merasa ada bagian dari diriku yang hilang. Semangat, cita-cita, motivasi kerja dan motivasi hidup yang dulu mengebu-gebu seolah hilang tak berbekas. Padahal dari segi kehidupan keseharian tidak ada masalah yang berarti. Aku pun memilki istri cantik bahkan dari kalangan atas.

Demkia halnya pun dalam kehidupan ekonomi, juga tidak ada masalah yang berarti, walaupun saat ini aku sudah ogah-ogahan namun dalam sebulan penghasilan dari gaji dan berbagai tunjangan aku bisa kantongi lebih dari 10 jt.

Tapi entah apa yang terjadi dengan diriku. Aku saat ini merasa lebih enjoy menghabiskan waktu sendiri di kamar sambil mengotak-atik gadget ketimbang aktifitas lain. Alhasil aku berangkat kantor pukul 7 pagi dan kemudian pulang di jam 9 atau jam 10 pagi nanti sore aku balik hanya sekadar untuk absen kemudian pulang.

Bagimana dengan tanggapan istriku? Dia fine aja selama uang belanja tidak berkurang dan aku tak selingkuh maka baginya tak ada hal yang perlu dipermasalahkan. Walaupun beberapa kali dia sering menasehati agar aku semangat lagi seperti dulu namun melihat aku yang tidak bergeming dia pun tak lagi mempersalahkan, dia tetap enjoy shopping, nonton atau ke salon dan itu bukan masalah buatku.

Tapi jujur, belakangan aku mulai frustasi dengan perubahan diriku yang bener-bener kehilangan semangat dan motivasi hidup. Seolah hidup paling nyaman adalah menghabiskan waktu di kamar. Semakin frustasi jika melihat rekan-rekan aku yang menjalani kehidupan dengan semangat, bekerja dengan enjoy dan berjuang semaksimal mungkin untuk meraih impian mereka.

Aku ingin kembali meraih semuanya semangat dan motivasi yang dulu itu. Aku ingin kembali bangkit, kembali semangat menjalani hidup, menggapai cita-cita dan memperjuangkannya hingga batas kemampuan aku, karena aku yakin aku bisa lebih besar dari sekedar hari ini dengan kemampuan yang aku miliki saat ini. Tapi walaupun hati kecilku meronta tapi jiwaku enggan untuk bergerak, seolah kemalasan membelenggu, tak ada semangat untuk bangkit justru seolah aku dipaksa menikmati keadaan ini keadaan untuk menghabiskan waktu di kamar dengan sebuah gadget, dan seolah aku sangat menikmatinya.

Salah satu dari sekian impian aku adalah menyelesaikan pendidikan S3, sesuatu yang saat ini sebenarnya mudah untuk aku genggam, aku hanya butuh bangkit dan sedikit berusaha dan aku yakin dapat mewujudkannya, namun seolah impian itu tenggelam bahkan memikirkannya pun seolah aku ogah tanpa ada persoalan yang menjadi penyebabnya, selain keengganan dan kemalasan.

Apakah ada rekan yang memiliki permasalahan seperti aku? Atau menurut rekan-rekan apa yang terjadi dengan aku dan mohon berikan pendapat terbaik agar aku bisa meraih semangat itu lagi. .

Terima kasih sudah membaca curhat aku yang panjang dan bertele-tele ini..🙏
Diubah oleh ..iii.. 01-06-2019 17:25
whates
FlowrenceOTS
naomi1212
naomi1212 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan