Quote:
Hermawan Sulistyo Analisa Soal Kejanggalan Kerusuhan 22 Mei, Sebut Mayat yang Ditemukan Adalah Bukti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Profesor Riset bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo memberikan analisanya terkait kericuhan yang terjadi pada aksi 22 Mei di Jakarta
Hermawan Sulistyo berpendapat bahwa ada sejumlah kejanggalan yang sebenarnya sudah terbaca secara terang benderang.
Mulai dari penemuan peluru tajam yang berceceran di belakang mobil polisi Sampai dengan pengungkapan penyelundupan senjata api oleh Mantan Danjen Kopassus Soenarko
Kadiv Humas Polri, Irjen pol Muhammad Iqbal peluru tajam tersebut memang dipersiapkan untuk dipakai oleh tim anarkis
"Ini benar kami akui bahwa itu peluru tajam."
"Tapi peluru tajam itu disimpan untuk sewaktu-waktu akan digunakan oleh tim anarkis," sambungnya.
Lebih lanjut, Iqbal menyatakan bahwa peluru tajam itu disiapkan oleh aparat hanya untuk berjaga-jaga jika ada aksi anarkis.
Ia menegaskan bahwa peluru tajam disediakan sudah sesuai dengan program tahunan (prota) yang juga merupakan turunan dari undang-undang.
"Kami sampaikan ke publik bahwa Prota 01 tahun 2010 itu adalah turunan dari Undang Undang 1998 itu mengatakan apabila massa tidak terkendali melakukan aksi-aksi anarkis membahayakan nyawa masyarakat atau petugas, kami akan melaksanakan tugas pelumpuhan walau pun akibatnya fatal," papar Iqbal.
"Dan ini (peluru yang dijarah) akan dikeluarkan oleh Danyon kepada tim anarkis," tambahnya.
"Tapi bisa dijamin itu belum dipakai Pak?" tanya Najwa lagi.
Dengan tegas Iqbal menyatakan bahwa aparat sama sekali tidak menggunakan peluru tajam dalam mengahdapi massa kerusuhan 22 Mei.
"Tidak dipakai karena tim anarkis tidak keluar sama sekali selama dua hari dua malam itu," papar Iqbal.
"Mereka (atim anarkis) akan keluar jika diperintah oleh Kapolda atas laporan komandan lapangan akan ada perusuhan yang sangat fatal," sambungnya.
Setelah Moeldoko menjelaskan soal penyelundupan senta api oleh Soenarko, Najwa Shihab menanyakan hasil analisi oleh Hermawan Sulistyo
"Apa analisa anda ? soal tadi empat orang tewas korban tewa yang minimal diketahui anak-anak, ada peluru tajam, polisi mengatakan tidak ada penggunaan peluru tajam, ada penemuan penyelundupan senjata yang disebut mungkin banyak yang belum diamankan polisi, jadi bagaimana menganalisa kerusuhan ini ?" tanya Najwa Shihab ke Hermawan Sulistyo
Hermawan Sulistyo menjelaskan bahwa di setiap kerusuhan pasti ada latarbelakangnya
Mulai dari konflik politik sampai krisis ekonomi
"setiap kerusuhan itu selalau ada landscapenya dulu, bacgroundnya, pasti konflik politik atau krisis ekonomi," kata Hermawan Sulistyo
Menurut Hermawan Sulistyo dalam kasus kerusuhan 22 Mei dirunut dari mulai siapa yang sedang berkonflik
"lalu dalam kaitannya dengan kerusuhan, ngurutnya gampang, siapa yang berkonflik ? para pihak pada kasusnya ini adalah hasil Pemilu, kemudian siapa yang ngompor-ngomporin ? semua ngomong terbuka, 'mari kita ke Jakarta, siapa yang mau mati, revolusi kalau mau revoloisi korbannya harus banyak," kata Hermawan Sulistyo
Hanya saja itu baru fakta sementara saja
Kemudian dilanjutkan dengan penemuan amplop berisi uang yang ditemukan dari perusuh
"tapi ini kan baru hard fact, setelah ada yang bawa untuk bawa ada yang danain, itulah ada amplop Rp 300 ribu kalau operator Rp 6 juta, ada dollar juga 2.780 dollar dari NTB, aneh kan ? ga sulit itu nelusurinya," kata Hermawan Sulistyo
"setelah itu demo, tadi udah disebut demo damai, itu bubar jam 12 - jam 1, yang demo kan dari jam 12 , orang demo 12 jam itu capek, petugasnya juga capek, " kata Hermawan Sulistyo
Hermawan Sulistyo juga menjelaskan mengapa dari pihak aparat maupun demonstran selalu membawa kamera
"kenapa selalu ada dua versi ? petugas selalu bawa kamera nyorot pelaku, kan gak mungkin anak buah pak Ibal ngumpet nyorot dari dalam, pelaku demonstran juga bawa kamera, apa yang terjadi ? kalau dari sisi polisi mereka yang nyerang, dari sisi demonstran polisi yang nyerbu," kata Hermawan Sulistyo
"setelah itu cape bubar pulang tiba-tiba rusuh lagi pasti tenaga baru dan tempatnya tidak lagi Bawaslu, " tambah Hermawan Sulistyo
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Hermawan Sulistyo Analisa Soal Kejanggalan Kerusuhan 22 Mei, Sebut Mayat yang Ditemukan Adalah Bukti,
http://bogor.tribunnews.com/2019/05/...ukti?page=all.
Penulis: Sanjaya Ardhi
Editor: khairunnisa
banyak yang beropini ttg kerusuhan Mei 2019, tapi yagn bisa memberikan informasi yagn sangat detail dan logis menurut gw datang dari 2 orang yagn sangat berpengalaman di bidangnya .. :
Hermawan "KIKI" Sulistyodan
Sulaeman B Ponto.
KIKI adalah salah satu investigator kasus kerusuhan dan penculikan aktivis jaman ORBA sedangkan Sulaeman Ponto adalah mantan kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) .
beberapa point penting:
- Prabowo awalnya sudah dikompori untuk mengeluarkan pernyataan bahwa tidak akan percaya hasil Pemilu baik dari KPU, Bawaslu dan MK.
- Pihak2 lain melihat peluang, free rider (kemugnkinan besar adalah orang2 yagn berafiliasi kepad HTI) yang mengambil kesempatan ini.
- Kemungkinan besar HTI sengaja memancing agar FPI bisa terlibat; tapi kemungkinan besar juga FPI tidak terlibat
- yang diharapkan adalah martir2 yagn dibunuh sendiri untuk dijadikan martyr; dan target beberapa orang yagn pro pemerintah diincar juga untuk memancing pro jokowi untuk bertindak anarkis /melawan .. sehingga terjadi chaos.
- partisan2 politikus ditenggarai sengaja memancing situasi dengan memanas2i masyarkat jauh sebelum demo .. misalnya pernyataan2 dari si AMIENG RAIS .. dll
- partisan2 politikus ini nantinya akan lepas tangan jika desain gagal.
Point-point detail:
- perusuh sengaja dipersiapkan dan diorganisasi dan dibiayai
- bom molotov menggunakan botol ukuran besar, bukan botol ukuran kecil; untuk melempar molotov ukuran besar butuh latihan secara khusus seperti cara melemparkan bom .. dengan menggunakan ayunan tubuh
- martyr2 yagn tewas tidak diketahui siapa yagn mengantarkan mereka ke RS .. sehingga sulit diketahui dimana TKP nya dan mengungkap pelakunya
- luka tembak adalah single bullet jarak dekat, bukan jarak jauh. sehingga bisa jadi ini adalah eksekusi yagn sudah direncakan.
jadi jika kampretes yagn mengatakan bahwa khilafah tidak mungkin terjadi di Indonesia jika Prabowo jadi presiden, bisa dibantah dari teori nya Ponto. Bahwa yagn free rider (HTI, dll) bisa memegang kendali karena mereka nantinya bisa mamaksa dengan membuat keadaan chaos. Sehingga yang awalnya hanya sebagai pembonceng menjadi yagn membonceng.