Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Sembilan Polisi Jadi Korban Ricuh 22 Mei, Rahang Patah hingga Kepala Pecah


Sembilan Polisi Jadi Korban Ricuh 22 Mei, Rahang Patah hingga Kepala Pecah

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga menjenguk anggotanya yang dirawat tersebut pada malam hari ini.

Suara.com - Sebanyak sembilan anggota Polri menjadi korban saat melakukan pengamanan dalam aksi 21 dan 22 Mei yang berlangsung ricuh di Jakarta. Semuanya saat ini masih dirawat di Gedung Promoter, Rumah Sakit Polri, Kramar Jati, Jakarta Timur.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal mengatakan kesembilan anggota polisi tersebut masih menjalani perawatan intensif akibat luka berat yang dialami.

"Sekarang yang sangat berat itu sembilan. Ada yang rahangnya patah, kepalanya pecah dan lain-lain," kata Iqbal di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (27/5/2019).

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga menjenguk anggotanya yang dirawat tersebut pada malam hari ini.

Iqbal mengemukakan kehadiran Tito di sana, selain sebagai pemimpin, juga sebagai bapak yang sudah seharusnya menjenguk anak-anaknya yang tengah terbaring sakit dengan luka parah.

"Mudah-mudahan dengan kehadiran Pak Kapolri semangat personel pengawalan kita jadi bangkit lagi karena bapaknya sudah menjenguk. Saya kira itu," ujar Iqbal.

Diketahui, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengunjungi Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur malam ini. Kunjungan Tito tersebut diketahui guna menjenguk anggotanya yang luka usai kericuhan pada aksi 21 dan 22 Mei 2019.

Pantauan Suara.com, Tito tiba di RS Polri sekitar pukul 20.14 WIB . Tito yang datang mengenakan peci hitam langsung menuju masuk ke Gedung Promoter, RS Polri tempat anggota polisi dirawat.

Selang 50 menit sekitar pukul 21.04 WIB, Tito keluar dari Gedung Promoter usai menjenguk. Ia juga langsung meninggalkan RS Polri menggunakan mobil tanpa memberikan keterangan kepada awak media.
sumber

=============

Kemana Anies Baswedan? Tidak sampaikah berita ini? Atau Anies hanya peduli kepada perusuh?

Jika pihak aparat benar dibekali dengan peluru tajam, maka korban tewas akibat peluru tajam bukan hanya seperti yang tersebut dalam banyak berita. Nyatanya ada fakta bahwa ada korban yang masih dirawat karena terkena tembakan peluru karet.

Jika kita cermati, modus penembak gelap yang menyasar para korban tewas akibat peluru tajam memang murni disasar dan dipilih. Kemungkinannya sangat besar.

Korban yang katanya anggota FPI dan sedang berjaga di depan sekretariat FPI jelas dipilih untuk mengobarkan rasa sentimen permusuhan antara FPI dengan aparat. Penembak gelap ini pastinya berharap dengan ditembaknya anggota FPI yang jelas-jelas sedang berjaga didepan sekretariat FPI akan mengobarkan semangat anggota FPI untuk membalas dendam akibat kematian rekannya.

Kematian seorang anak dibawah umur juga pastinya dipilih untuk memojokan aparat kepolisian. Si penembak gelap ini berharap kerusuhan akan makin membesar ketika berita kematian anak dibawah umur ini merebak dan dibagikan disosmed oleh para pemburu surga yang biasa berjihad lewat sosmed dengan semboyan Like, Aamiin, dan Share.

Kenapa para penembak gelap ini tidak menyasar para perusuh dari kalangan preman yang jelas-jelas pengangguran? Bagi mereka, kematian para preman ini tak akan berdampak sama sekali, apalagi jika yang mati jelas-jelas bertato, dekil dan bau kerak daki. Justru kalau mereka menyasar para preman ini, kerugian bakal bertambah besar. Rugi peluru, rugi waktu, rugi biaya.

Lantas kenapa banyak anak-anak dibawah umur yang ikut dalam demo anarkis itu? Ini disebabkan karena kurangnya perhatian para orangtua terhadap mereka. Para orangtua mereka asik bergosip di FB, WA, dan menyebar hoax. Mereka lupa bahwa dampaknya akan terbawa juga dalam keluarga. Si anak pastinya juga sibuk dengan hpnya dan mendapat berita-berita salah, termasuk obrolan dalam keluarga.

Tak bisa dipungkiri, grup-grup WA penuh dengan berita tendensius dan hoax serta narasi kebencian terhadap pemerintah dan paslon 01. Itu bukan hanya di grup keluarga, bahkan di grup ibu-ibu TK, grup orangtua murid SMP, SMA, SMK, ada saja guru yang terang-terangan berkampanye hitam sebelum Pilpres. Ini membuat muak para pendukung 01, tapi mereka toh tidak bersuara.Mereka hanya menunggu saatnya datang tanggal 17 April kemarin dan memberi pelajaran kepada para penyebar kebencian ini.

Itulah sebabnya kenapa pemerintah memberlakukan blokir sebagian fungsi sosmed, hanya untuk meredam segala macam hoax dan berita busuk yang pastinya akan disebar tanpa adanya tanggungjawab dari para pendengki. Kalau tidak, kerusuhan pastinya akan bertambah besar. Dan itulah yang diinginkan oleh para dalang kerusuhan serta para penembak gelap tersebut.

Ketika para aparat terluka, terpisah dari keluarga sekian lama akibat kerusuhan ini, adakah Komnas HAM peduli? Adakah Gubernur DKI Jakarta peduli?
Bahkan andai ada aparat yang gugur dalam tugaspun pasti yang keluar hanya komentar biasa-biasa aja.

Jika ada yang bertanya, adakah api yang dibakar sebelumnya sebelum terjadi gelaran Pilpres 2019 ini? Jawabannya ada. Dan itu adalah Pilkada DKI Jakarta 2017. Api itu telah membakar sekam, dan sekam itu menunggu terbakar habis di Pilpres 2019. Dan mereka, kubu 02 lah yang membakar sekam itu.

Untungnya pemerintah melalui seluruh jajarannya serta TNI-POLRI dapat memadamkan api tersebut hingga tidak menjalar dan membakar seluruh Indonesia.
hondadjakarta
ezza.i
sendhaljepit
sendhaljepit dan 45 lainnya memberi reputasi
42
7.2K
91
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan