PCNA Karangdowo Panjang Tangan, Ini yang Dilakukannya
TS
YumnaAzalea
PCNA Karangdowo Panjang Tangan, Ini yang Dilakukannya
Logo Nasyiatul Aisyiyah. Sumber: wikipedia
Quote:
Kardi memandang nanar lembaran kertas yang ada di tangannya. Matanya sembab, berkaca-kaca. Beberapa kali menengadahkan wajah kemudian menghela napas. Berusaha sekuat tenaga menahan bulir bening di sudut netranya agar tidak mengalir, membanjiri pipinya. Terbayang wajah pucat Arunika, putri semata wayangnya yang beberapa hari lalu sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit itu. Sementara istrinya, tiba-tiba pingsan saat merawat Arunika sehingga harus beristirahat di tempat yang sama.
“Anak atas nama Arunika.” Suara microphone dari loket memanggil nama putrinya membuat Kardi sedikit tersentak. Segera ia berjalan mendekati loket tersebut.
“Totalnya seratus lima puluh sembilan ribu rupiah, Pak,” suara petugas perempuan dari dalam loket membuat Kardi kebingungan. Digaruk-garuknya belakang kepala yang sebenarnya tidak gatal.
“Em, maaf, Bu. Sebenarnya …,” ucap Kardi ragu, “saya tidak punya uang sebanyak itu. Kalau boleh, saya minta ditangguhkan dulu, Bu.”
“Maaf, Pak, tidak bisa.”
“Tapi, istri saya juga di rawat di sini, Bu. Nanti saya usahakan uangnya segera, sekalian biaya istri saya. Tolong, Bu!” Kardi mengiba pada perempuan paruh baya itu.
Setelah perdebatan panjang, akhirnya permintaan Kardi dikabulkan. Obat di luar tanggungan BPJS yang diminta dokter untuk anaknya memang sudah di tangan. Namun, permasalahan tidak selesai di situ. Ia merogoh sakunya. Tersisa selembar uang sepuluh ribuan.
“Kalau dibelikan makanan untuk berbuka, besok aku tidak sahur. Kalau untuk beli sahur besok, berarti hari ini aku tidak berbuka.” Kardi menghela napas. Sepertinya ia akan lebih banyak berbuka dan sahur dengan air putih saja.
End.
Cerita di atas memang hanya fiksi. Tapi tidak menutup kemungkinan benar-benar terjadi di dunia nyata. Puasa melatih kita untuk memilliki empati kepada orang-orang yang kurang beruntung seperti di atas. Oleh sebab itu, PCNA (Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah) Cabang Karangdowo, Klaten mengadakan bakti sosial yang bertajuk “Takjil On the Road Gratis” pada hari Sabtu sore (25/5) bertepatan dengan hari ke-20 bulan Ramadan. Dalam kegiatan ini dibagikan sekitar 400 paket takjil yang berasal dari donatur dalam NA. Pembagian takjil gratis ini dibagi dalam beberapa titik, diantaranya adalah Puskemas Unit Rawat Inap Karangdowo, klinik dokter umum, serta tempat-tempat strategis lainnya yang jauh dari pedagang. Dalam kesempatan ini pula, warga NA menyempatkan diri menyapa pasien yang dirawat di Puskesmas tersebut. Tampak warga antusias menyambut kegiatan ini.
Spoiler for Nasyiatul Aisyiah Karangdowo:
Spoiler for NA menyapa pasien:
Apa yang dilakukan NA tersebut adalah salah satu bentuk upaya meneladani salah satu ummahatul mu’minin yaitu Zainab ra. Dalam sebuah hadits disebutkan:
Quote:
“Rasulullah SAW pernah bersabda kepada para istrinya, ‘Orang yang paling cepat menyusulku di antara kalian adalah yangpaling panjang tangannya.'
Maka apabila kami berkumpul, sepeninggal beliau kami mengukur tangan kami di dinding, untuk mengetahui siapakah yang paling panjang tangannya di antara kami. Hal itu kami lakukan terus hingga wafatnya Zainab binti Jahsy, kami tidak mendapatkan yang paling panjang tangannya di antara kami. Maka ketika itu barulah kami mengetahui bahwa yang dimaksud dengan panjang tangan adalah banyak sedekah. Adapun Zainab bekerja dengan tangannya menyamak kulit kemudian dia sedekahkan di jalan Allah."
Terlebih, di bulan mulia di mana segala kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya ini tentu wajib bagi umat muslim untuk memperbanyak amal ibadahnya. Salah satunya dengan bersedekah.
NA (Nasyiatul Aisyiyah) adalah organisasi remaja putri yang merupakan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah. Untuk cabang Karangdowo saat ini diketuai oleh Heni Marlinawati, S.Pd.I dan Sri Warsini, S.Pd.I.