Quote:
Liverpool dua musim terakhir dikenal memiliki trio striker maut, Salah, Mane,dan Firminho. Trisula ini sukses membuat Liverpool bersaing ketat dengan Manchester City dalam Liga Inggris dan membawa ke final liga champions dua musim bertutur-turut.
Nah bicara soal trisula maut, Agan dan Sista pecinta sepakbola tanah air inget gak kalo di Indonesia pernah ada trio striker maut yang melegenda. Yuk mengenang masa lalu,tapi no baper ya.
:goyang
Quote:
1. Christian Gonzales, Ronald Fagundez, Danilo Fernando (Persik Kediri)

Bisa jadi ini adalah trio lini serang yang paling diingat oleh sebagian besar pecinta sepakbola Indonesia. Baik Christian Gonzales, Ronald Fagundez dan Danilo Fernando menjadi simbol superioritas Persik Kediri ketika berhasil menjadi juara Liga Indonesia pada tahun 2006. Kala itu, setiap tim selalu gentar apabila akan berhadapan dengan tim berjuluk Macan Putih tersebut.
Kedatangan ketiga pemain ini bermula dari ketidak puasan manajemen terhadap kinerja tim karena gagal lolos dari babak delapan besar Liga Indonesia tahun 2005. Danilo Fernando yang dua tahun sebelumnya berhasil membawa Persebaya Surabaya menjadi kampiun, didatangkan manajemen untuk bersanding dengan Gonzales dan Fagundez yang sudah mendarat semusim sebelumnya.
Sepanjang musim tersebut ketiganya tampil luar biasa, trio ini mencetak 42 dari 61 gol Persik Kediri pada musim tersebut. Yang paling sensasional tentunya adalah ketika Christian Gonzales mencetak lima gol dalam kemenangan 7-1 Persik atas Persegi Gianyar pada 10 Mei 2005. Dan ya, musim tersebut Gonzales dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak kompetisi yang juga melengkapi gelar juara yang diraih oleh Persik.
Waktu Persik sedang mengalamai masa jaya, ane waktu itu masih SMP di Jombang. Jadi beberapa kali bisa nonton langsung di Stadion Brawijaya. Waktu itu berada paling keren pokoknya.
Quote:
2. Anoure Obiora, Kayamba Gumbs, Zah Rahan (Sriwijaya FC)

Tidak puas dengan trio lini serang yang dihuni oleh Christian Lenglolo, Anoure Obiora, dan Zah Rahan, Sriwijaya FC (SFC) kemudian mendatangkan Keith Kayamba Gumbs yang sebelumnya bermain di Liga Hong Kong bersama Kitchee SC. Gumbs didatangkan untuk menggantikan peran Lenglolo.
Namun hasil yang diberikan Gumbs yang berpartner bersama Obiora dan Zah Rahan tidak main-main. Ketiganya berhasil membawa SFC menjadi juara di edisi terakhir Liga Indonesia sebelum kemudian bertransformasi menjadi Liga Super. Gol yang dicetak ketiganya di partai final pada 10 Febuari 2008 seakan menandakan peran besar tiga pemain tersebut dalam kesuksesan SFC menjadi kampiun.
Quote:
3. Ernest Jeremiah, Alberto Goncalves, Boaz Solossa (Persipura Jayapura)

Meskipun terhenti di babak semifinal pada edisi sebelumnya, Persipura Jayapura tidak banyak mengubah komposisi pemain mereka ketika menghadapi Liga Super Indonesia edisi pertama pada tahun 2008. Ernest Jeremiah, Alberto Goncalves, plus satu penyerang lokal yaitu Boaz Solossa menjadi tridente maut yang mencetak banyak ke gawan lawan.
Luar biasanya dua diantara tiga pemain tersebut masuk dalam daftar tiga besar pencetak gol terbanyak kompetisi. Boaz Solossa yang kemudian menjadi top skorer berhasil mencetak 28 gol, sementara Alberto 'Beto' Goncalves berhasil menyarangkan 23 gol. Tak hanya itu, Ernest Jeremiah pun mengoleksi dua digit dengan 17 gol.
Nah kalo Persipura nih ane beberapa kali nonton langsung waktu away ke Jawa. Kebetulan waktu ane SMA banyak punya temen dari Intim, keren banget emang Persipura pada musim itu.
Quote:
4. Roman Chmelo, Noh Alam Shah, Ridhuan Muhammad (Arema FC)

Salah satu tridente favorit ane adalah trio lini serang Arema, Roman Chmelo, Noh Alam Shah dan Ridhuan Muhammad. Roman, Along, dan Ridhuan menjadi kunci sukses Arema ketika berhasil menjuarai Liga Super Indonesia tahun 2010.
Ketiganya langsung membawa Arema tancap gas di awal-awal kompetisi dan sempat membuat jarak 10 poin dengan Persipura Jayapura yang berada di peringkat kedua. Penampilan paling sensasional trio lini serang ini adalah ketika memenangi Derby Malang melawan Persema Malang dengan skor 3-1 pada 10 Januari 2010.
Selain ketiga pemain ini, secara keseluruhan skuat Arema musim tersebut memang mumpuni di segala sektor. Di lini belakang ada Pierre Njanka, kemudian Esteban Guillen menjadi jenderal lapangan tengah. Belum lagi penggawa-penggawa lokal yang bermain cemerlang seperti Fachrudin, Benny Wahyudi dan Ahmad Bustomi.
Pada tahun ini kebetulan ane sedang kuliah di Kota Malang, di kampus yang namanya sama seperti nama stadion di list pertama tadi. Tiap ada pertandingan kandang ane selalu nonton di Kanjuruhan, dan tribun timur adalah spot favorit ane. Waktu Arema juara Kota Malang macet beberapa hari karena ribuan Aremania konvoi merayakan gelar juara liga.
Nah itu dia empat trisula maut yang sempat berjaya di Liga Indonesia menurut ane. Mungkin ada Agan dan Sista yang punya favorit lain monggo bisa nambahin. Nanti ane masukin di pejwan.
Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Warm Regards
Saya.Kira
:goyang
Quote: