- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mendikbud Selidiki Kasus Siswa Tak Diluluskan karena Kritis


TS
sukhoivsf22
Mendikbud Selidiki Kasus Siswa Tak Diluluskan karena Kritis
Daviq Umar Al Faruq - 20 Mei 2019 18:09 WIB

Mendikbud, Muhadjir Effendy, Medcom.id/Daviq Umar Al Faruq.
Malang: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy mengaku pihaknya kini tengah menyelidiki kabar Al, siswa SMAN 1 Sembalun, Lombok Timur, NTB, yang tidak diluluskan sekolahnya. Sebelumnya dikabarkan, siswa kelas XII IPS itu tak diluluskan karena karena sering mengkritik kebijakan kepala sekolah dan membela temannya.
"Sedang kita turunkan tim Itjen (inspektorat jenderal) untuk dipelajari kasusnya seperti apa. Karena biasanya apa yang diberitakan kadang-kadang tidak cocok dengan sesungguhnya," kata Muhadjir di Malang, Jawa Timur, Senin, 20 Mei 2019.
Menurut informasi yang dihimpun, Al tak diluluskan sekolah karena kerap berani melawan kebijakan kepala sekolah. Masalah antara Al dan kepala sekolah sudah berlangsung sejak Januari 2019.
Padahal diketahui, Al sendiri menduduki peringkat kedua di jurusannya dengan total nilai 192. Siswa ini juga dikenal sebagai siswa yang aktif, berprestasi serta baik secara akademis dan prilaku, termasuk kritis.
"Nanti kalau memang sudah fix
kasusnya apa akan kita selesaikan. Kalau memang betul apa yang disampaikan di media massa bahwa karena anak itu kritis kemudian mendapatkan sanksi, itu sangat tidak dibenarkan," tegas Muhadjir.
"Itjen sedang turun menelisik kasusnnya seperti apa. Beberapa kasus yang terjadi, sering apa yang ada di berita tidak cocok dengan yang di lapangan. Seperti kasus anak dipukul dan dikeroyok 12 orang. Padahal hanya tiga orang dan ternyata duel satu lawan satu," imbuhnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menambahkan, seharusnya setiap sekolah merangkul siswanya yang mampu berpikir secara kritis. Sebab menurutnya, siswa yang kritis berarti menunjukkan kecerdasannya.
"Justru anak-anak yang kritis berarti anak itu cerdas, anak itu bagus dan harus dibina dan diarahkan sesuai kemampuannya," tegas Muhadjir.
Seorang siswa kelas XII jurusan IPS SMAN 1 Sembalun, Lombok Timur, AI, mengunggah protes terhadap sikap kepala sekolah melalui akun
Facebook -nya pada 16 Januari 2019. Unggahan Al tersebut menuai banyak komentar dan berbuntut panjang, karena pada 13 Mei 2019 lalu ananda Al di putuskan tidak lulus oleh rapat dewan guru sekolahnya.
AI menganggap ketidaklulusannya akibat sikap kritis dirinya kepada Kepala Sekolah SMAN 1 Sembalun. Dalam unggahannya, Al memprotes sikap kepala sekolah yang memulangkan salah satu siswa karena terlambat masuk sekolah.
Kepala Sekolah juga menurut Al Pernah melempar jaket ke tempat sampah dan memukulnya. Al sendiri pernah dipulangkan dan tidak boleh mengikuti try out karena memakai seragam sekolah tidak sesuai ketentuan harinya, padahal seragam hari itu belum kering mengingat sedang musim hujan.
(CEU)
https://www.medcom.id/pendidikan/new...-karena-kritis

Mendikbud, Muhadjir Effendy, Medcom.id/Daviq Umar Al Faruq.
Malang: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy mengaku pihaknya kini tengah menyelidiki kabar Al, siswa SMAN 1 Sembalun, Lombok Timur, NTB, yang tidak diluluskan sekolahnya. Sebelumnya dikabarkan, siswa kelas XII IPS itu tak diluluskan karena karena sering mengkritik kebijakan kepala sekolah dan membela temannya.
"Sedang kita turunkan tim Itjen (inspektorat jenderal) untuk dipelajari kasusnya seperti apa. Karena biasanya apa yang diberitakan kadang-kadang tidak cocok dengan sesungguhnya," kata Muhadjir di Malang, Jawa Timur, Senin, 20 Mei 2019.
Menurut informasi yang dihimpun, Al tak diluluskan sekolah karena kerap berani melawan kebijakan kepala sekolah. Masalah antara Al dan kepala sekolah sudah berlangsung sejak Januari 2019.
Padahal diketahui, Al sendiri menduduki peringkat kedua di jurusannya dengan total nilai 192. Siswa ini juga dikenal sebagai siswa yang aktif, berprestasi serta baik secara akademis dan prilaku, termasuk kritis.
"Nanti kalau memang sudah fix
kasusnya apa akan kita selesaikan. Kalau memang betul apa yang disampaikan di media massa bahwa karena anak itu kritis kemudian mendapatkan sanksi, itu sangat tidak dibenarkan," tegas Muhadjir.
"Itjen sedang turun menelisik kasusnnya seperti apa. Beberapa kasus yang terjadi, sering apa yang ada di berita tidak cocok dengan yang di lapangan. Seperti kasus anak dipukul dan dikeroyok 12 orang. Padahal hanya tiga orang dan ternyata duel satu lawan satu," imbuhnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menambahkan, seharusnya setiap sekolah merangkul siswanya yang mampu berpikir secara kritis. Sebab menurutnya, siswa yang kritis berarti menunjukkan kecerdasannya.
"Justru anak-anak yang kritis berarti anak itu cerdas, anak itu bagus dan harus dibina dan diarahkan sesuai kemampuannya," tegas Muhadjir.
Seorang siswa kelas XII jurusan IPS SMAN 1 Sembalun, Lombok Timur, AI, mengunggah protes terhadap sikap kepala sekolah melalui akun
Facebook -nya pada 16 Januari 2019. Unggahan Al tersebut menuai banyak komentar dan berbuntut panjang, karena pada 13 Mei 2019 lalu ananda Al di putuskan tidak lulus oleh rapat dewan guru sekolahnya.
AI menganggap ketidaklulusannya akibat sikap kritis dirinya kepada Kepala Sekolah SMAN 1 Sembalun. Dalam unggahannya, Al memprotes sikap kepala sekolah yang memulangkan salah satu siswa karena terlambat masuk sekolah.
Kepala Sekolah juga menurut Al Pernah melempar jaket ke tempat sampah dan memukulnya. Al sendiri pernah dipulangkan dan tidak boleh mengikuti try out karena memakai seragam sekolah tidak sesuai ketentuan harinya, padahal seragam hari itu belum kering mengingat sedang musim hujan.
(CEU)
https://www.medcom.id/pendidikan/new...-karena-kritis




nofairytale dan scorpiolama memberi reputasi
2
1.8K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan