- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[Cerpen Religi] Cintaku Bersemi di Serambi Mekkah


TS
vitawulandari
[Cerpen Religi] Cintaku Bersemi di Serambi Mekkah
Quote:
![[Cerpen Religi] Cintaku Bersemi di Serambi Mekkah](https://s.kaskus.id/images/2019/05/09/2367992_201905090600220682.png)
Spoiler for story:
Alluna bangun di Selasa yang basah. Semaleman Malang diguyur hujan deras. Angin kencang menerpa jendela kamarnya yang terletak di lantai dua. Dan pagi ini, hujan tinggal menyisakan rinainya.
Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh. Terlalu telat untuk masuk sekolah. Alluna kembali membenamkan kepalanya dalam-dalam di balik selimut tebal. Cuek sama situasi. Dan memang manusiawi untuk cuek, sebab mamanya juga nggak mau bersusah payah naik ke atas membangunkannya. Mamanya yang cantik mungkin belum keluar kamar, masih berendam di bath-upyang full busa.
Padahal ia tau anak-anak sekelasnya saat ini lagi sibuk ujian. Ya mungkin sih ia tau, tapi ia nggak peduli. Seperti juga Papanya nggak pernah peduli nilai akademiknya yang pas-pasan, atau nggak pernah peduli Alluna membelanjakan kartu kreditnya untuk apa aja.
Dan pas jam sebelas Alluna baru bangkit dari ranjang dan menuruni tangga. Di meja ruang tengah, sarapan berupa roti bakar dan juice jeruk masih tersusun rapi pertanda belum ada yang menyentuh. Sekilas ia melirik kamar mamanya yang tertutup rapat.
Selesai sarapan, Alluna rebahan di sofa. Matanya memandang kearah notebook yang nganggur di meja belajar. Ia mengecek PM dari Hendra, sahabat yang ia kenal dari forum KASKUS. Dia adalah dokter asal Yogyakarta yang bekerja menjadi sukarelawan di sebuah NGO yang bernama Aceh Recovery.
"Aceh adalah sebuah kota indah yang tidak akan pernah hilang dari ingatan dan pembicaraan. Masyarakatnya yang religius, letaknya yang berada di pesisir, pemandangan alamnya yang begitu menawan, serta perjalanan historisnya yang panjang, telah menjadikan Aceh sebagai daerah istimewa yang mempunyai keunikan tersendiri. Konflik berkepanjangan dan bencana dahsyat tsunami memperkuat bumi Aceh dalam ingatan bangsa Indonesia. Datanglah kesini jika ada waktu."
Mamanya menatap Alluna dengan kesal. Wajah putihnya menyiratkan ketidakrelaan. Ia seperti tersengat listrik ketika Alluna memberi tahu keinginannya untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Syiah Kuala, Aceh.
“Aceh? Apa kamu sudah gila!”Mamanya terbelalak.
“Mau apa kesana?! Itu kota penuh kerusuhan Luna!” tambahnya
“Tapi Ma, Luna pingin kuliah disana..” pintanya memohon.
“Mama heran, bagaimana bisa? Kalau Jakarta, it's okay! Tapi ini Aceh! Apa istimewanya?”
Alluna Maharani baru saja mendarat di Nanggroe Aceh Darussalam. Nggak pernah sekalipun terpikir dalam hidupnya mendatangi wilayah ini. Kalau saja bukan karena dokter Hendra, ia mungkin nggak akan pernah datang ke Aceh, kota yang pernah ditimpa musibah.
Alluna merogoh tas punggungnya, ada beberapa e-maildari dokter Hendra yang sengaja ia print.
“Kamu beruntung bisa mendapatkan apa yang kamu mau. Bisa sekolah tinggi. Kemana-mana naik mobil pribadi. Semua fasilitas tersedia. Tapi ingatlah, diantara harta yang kamu tumpuk, Allah menitipkan 2.5% untuk orang yang kurang beruntung. Kamu tau, betapa beratnya hidup para pengungsi di Aceh khususnya anak-anak yang tak punya kesempatan seperti yang kamu dapatkan.”
Matanya bergerak melihat sekeliling ruang tunggu bandara. Beberapa orang memperhatikannya, mungkin karena ia terlalu lama duduk di kursi ini. Atau karena rambut Alluna yang berwarna pirang kemerahan, sementara hampir semua wanita disini menggunakan jilbab.
“Welcome. Selamat datang di kota Aceh” seorang pria berjaket hitam membuyarkan lamunannya. Alluna menarik nafas lega. Segera ia berdiri mendekat ke arah dokter Hendra. Mereka berjabat tangan.
Dokter Hendra mengambil tas Alluna dan berjalan keluar bandara menuju tempat parkir, sementara gadis itu mengikutinya dari belakang.
“Sekarang sudah bersih. Coba kamu ke sini empat belas tahun yang lalu. Pasti kamu udah nangis minta pulang!” ujarnya sambil tersenyum.
Bersih maksud dokter Hendra pastinya bukan tentang kebersihan lingkungan. Tapi di tempat-tempat yang mereka lalui, pernah tergeletak ratusan mayat yang tak jelas identitasnya. Di sebuah belokan, dokter Hendra menjelaskan bahwa di situ adalah kuburan massal tempat para korban dikuburkan.
“Aku nanti tinggal dimana, dok?” tanya Alluna.
“Di pondok pesantren Dayah Darussalam, daerah Labuhan Haji. Kamu nanti tinggal di mess perempuan. Jadi beda denganku.” laki-laki berkacamata itu menjelaskan.
Perjalanan dari bandara cukup melelahkan. Dokter Hendra menerima telepon dari seseorang sehingga mereka berhenti bercakap-cakap. Alluna memilih untuk melihat-lihat sekeliling melalui kaca jendela mobil.
Sebulan tinggal di Aceh, Alluna rasanya seperti berganti kulit. No, nggak hanya kulit tapi juga isinya. Selama di Aceh, ia membereskan tempat tidur, mencuci, menyetrika dan memasak sendiri. Nggak ada pembantu yang siap melayaninya seperti di Malang. Setiap selesai sholat subuh ia mengikuti kajian di Masjid Baiturrahman. Alluna juga pergi ke desa-desa bergabung dengan para santri membagikan infaq kepada anak yatim. Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, gadis itu akhirnya memutuskan untuk berhijab.
Sedikit demi sedikit Alluna mencoba mengubah cara berpakaiannya. Nggak ada lagi hotpansdi lemarinya. Nggak ada lagi tank top yang tergantung di lemarinya. Dan nggak ada lagi celana jeans yang ketatnya masyaallah.
Hijrah. Mungkin kata itu yang bisa ia sebut saat ini. Perubahan menjadi lebih baik, menjadi lebih taat, menjadi lebih bersyukur terhadap semua karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Secercah hidayah datang menghampirinya, menghampiri hidupnya, menemani setiap langkahnya dalam setiap perjalanan lika-liku kehidupan yang ia hadapi.
Kini, Alluna ingin menjadi seorang muslimah sejati, muslimah yang selalu menundukkan pandangannya kepada orang yang bukan mahromnya. Dan keinginan menjadi hafizohQur’an yang ingin mempersembahkan mahkota kemuliaan kepada orangtuanya di akhirat nanti.
Sang fajar mulai bangun dari peraduannya, kicauan burung pun mulai terdengar saling bersahutan. Para ayam jantan sudah mulai bertengger dan berkokok dengan suara nyaring untuk menandakan bahwa hari baru telah tiba.
Hari ini Alluna ada kuliah pagi. Selesai sholat dhuha, ia bergegas menuju perpustakaan kampus yang terletak di seberang gedung rektorat.
“Dek, maaf mengganggu sebentar”, sapa suara seseorang mengangetkan Alluna yang sedang sibuk membaca.
“Ya mas. Ada apa?”jawabnya mengalihkan pandangan dari bukunya.
“Maaf, buku-buku militer ada di sebelah mana ya?”, tanya seorang laki-laki tegap di depannya.
“Oh, rak buku-buku militer dua rak dari sini. Disana mas”, jawab Alluna sambil menunjuk rak yang dimaksud.
“Oh, baiklah. Terimakasih banyak. Permisi”, laki-laki bersweater putih itu berpamitan sambil tersenyum.
Alluna membalas senyumnya. Untuk kemudian, mereka berdua sibuk dengan bukunya masing- masing. Setelah menemukan buku yang dicarinya, gadis berjilbab pink itu segera menuju ke ruang baca. Ia duduk di kursi dekat jendela besar yang menghadap ke jalan. Tiba-tiba, seseorang duduk di kursi sebelahnya.
“Permisi, adek ini orang yang tadi nunjukkin rak buku-buku militer pada saya, bukan?”
Alluna menoleh. Oh, ternyata orang yang tadi nyari buku militer. Alluna kemudian tersenyum. Laki-laki itu pun tersenyum.
“Adek kuliah di sini?”, lanjutnya.
Alluna mengangguk.
“Maaf, tapi mas ini kayanya bukan anak kuliahan deh. Dan saya rasa mas juga bukan orang sini. Apa benar?”, tanya gadis itu beruntun. Laki-laki yang ditanya kemudian tersenyum.
“Adek benar. Saya sudah bekerja. Saya juga bukan orang sini. Saya aslinya orang Surabaya. Cuma sekarang saya sedang melakukan dinas di Aceh”, jawabnya panjang lebar.
Alluna tersenyum sambil tersipu mengingat pertanyaannya yang cukup beruntun, padahal mereka baru saja bertemu.
“Oh ya, kenalin, nama saya Yudha Prawira. Kalau adek namanya siapa?”, tanya laki-laki itu seraya menyodorkan tangannya.
“Salam kenal. Saya Luna, mas”, jawabnya sambil menjabat tangannya.
Tiba-tiba ponsel laki-laki itu berbunyi.
“Wah, maaf dek Luna saya mesti pergi nih. Makasih ya udah nunjukkin tempat bukunya. Assalaamu’alaikum”, kata Yudha sambil melangkah ke arah pintu.
“Wa’alaikumsalaam warrahmatullah”, jawab Alluna.
Alluna duduk bersandar di kursi dengan kedua tangan dilipat depan dada. Matanya menatap satu-persatu kafilah yang merupakan peserta Musabaqoh Tilawatil Qur'an Mahasiswa tingkat Nasional.
“Hey Lun, ngelamun aja. Bentar lagi kita perform, udah siap kan?”
Gadis itu mengangkat wajah dan menoleh. Syaiful yang baru masuk ke ruangan tersenyum kepadanya. Mereka berdua tergabung dalam band religi As-Salwah. Syaiful sebagai pianist, Alluna sendiri sebagai vocalist, ya meskipun suaranya nggak semerdu Nissa Sabyan sih. Dan kali ini band mereka di daulat mengisi pembukaan MTQ-MN.
"Hadirin sekalian, mari kita sambut As-Salwah!", terdengar suara MC yang disambut riuh tepuk tangan penonton. Mereka membawakan lagu Tholaal Badru Alaina.
dok. pribadi
“Assalaamu’alaikum”,sapa seseorang ketika Alluna turun dari panggung. Ah, itu Yudha yang ditemuinya di perpustakaan beberapa hari lalu.
“Wa’alaikumsalaam”, jawab Alluna, lalu mempersilahkan duduk.
Kemudian pembicaraan-pembicaraan pun berlangsung di antara mereka. Mulai pengalaman Yudha sewaktu menembuh pendidikan di AKMIL, sampai cerita tentang tugasnya menumpas gerakan separatis di Aceh. Ternyata dia seorang tentara, angakatan darat tepatnya.
"Maha Suci Allah yang telah menciptakan manusia dengan berbagai rasa. Seperti rasa cinta. Bersyukurlah orang-orang yang mampu merasakan dan mengakuinya.
Dan cinta, itulah yang aku rasakan sekarang ini. Untuk itu, izinkan aku mencoba menempatkannya dengan semestinya. Izinkan aku mencoba menjalinnya dalam kebaikan. Bila dek Luna berkenan, maukah adek menjalani suatu proses ta'aruf agar kita saling mengenal? Maukah adek mengizinkan hati kita saling berharap agar kita bisa menjalani sisa hidup kita di dalam kebaikan bersama-sama?
Maaf kalau aku terlalu lancang. Namun, semoga adek sudi memikirkannya. Silahkan adek shalat istikharah dulu. Dan kalau menolak, itu hak adek. Tapi tolong, jangan ngasih alasan karena masih kuliah. Mas siap menunggu...", kata Yudha sambil menatap Alluna serius.
Alluna merasa pipinya panas. Gadis itu hanya menunduk tersipu sambil memainkan ujung jilbabnya, nggak tau harus berkata apa.
Malang, 1 Muharram 1440H
Hari ini adalah hari yang paling bersejarah bagi Alluna. Semua orang penting dalam hidupnya harus hadir dalam ceremonyini. Mama dan Papanya berpenampilan sangat rapi. Keluarga besarnya, sepupu-sepupunya dan yang lainnya tampak sedikit sibuk mempersiapkan ini itu. Di sudut lainnya, pria-pria berseragam TNI terlihat berada dalam satu kelompok.
Beberapa teman dari Aceh tampak hadir dengan wajah kelelahan. Begitu jauh mereka harus berkorban untuk datang ke Malang. Alluna tak bisa metahan rasa sukacita ini. Alangkah bahagianya mengetahui bahwa begitu banyak orang yang menyayanginya.
Sementara di sudut ruangan, Yudha Prawira berdiri dengan tegak. Dia begitu tampan dengan seragam PDU hijau dan ronce bunga melati dilehernya. Wajahnya begitu serius. Mungkin ia tegang menghadapi hari besar ini. Ah, Alluna ingin sekali memeluknya dan mengatakan betapa ia mencintainya.
Baiklah, sekarang sudah waktunya dan semua hadirin harus menyiapkan diri. Upacara resepsi pedang pora akan segera dimulai.
Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh. Terlalu telat untuk masuk sekolah. Alluna kembali membenamkan kepalanya dalam-dalam di balik selimut tebal. Cuek sama situasi. Dan memang manusiawi untuk cuek, sebab mamanya juga nggak mau bersusah payah naik ke atas membangunkannya. Mamanya yang cantik mungkin belum keluar kamar, masih berendam di bath-upyang full busa.
Padahal ia tau anak-anak sekelasnya saat ini lagi sibuk ujian. Ya mungkin sih ia tau, tapi ia nggak peduli. Seperti juga Papanya nggak pernah peduli nilai akademiknya yang pas-pasan, atau nggak pernah peduli Alluna membelanjakan kartu kreditnya untuk apa aja.
Dan pas jam sebelas Alluna baru bangkit dari ranjang dan menuruni tangga. Di meja ruang tengah, sarapan berupa roti bakar dan juice jeruk masih tersusun rapi pertanda belum ada yang menyentuh. Sekilas ia melirik kamar mamanya yang tertutup rapat.
Selesai sarapan, Alluna rebahan di sofa. Matanya memandang kearah notebook yang nganggur di meja belajar. Ia mengecek PM dari Hendra, sahabat yang ia kenal dari forum KASKUS. Dia adalah dokter asal Yogyakarta yang bekerja menjadi sukarelawan di sebuah NGO yang bernama Aceh Recovery.
"Aceh adalah sebuah kota indah yang tidak akan pernah hilang dari ingatan dan pembicaraan. Masyarakatnya yang religius, letaknya yang berada di pesisir, pemandangan alamnya yang begitu menawan, serta perjalanan historisnya yang panjang, telah menjadikan Aceh sebagai daerah istimewa yang mempunyai keunikan tersendiri. Konflik berkepanjangan dan bencana dahsyat tsunami memperkuat bumi Aceh dalam ingatan bangsa Indonesia. Datanglah kesini jika ada waktu."
* * *
Mamanya menatap Alluna dengan kesal. Wajah putihnya menyiratkan ketidakrelaan. Ia seperti tersengat listrik ketika Alluna memberi tahu keinginannya untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Syiah Kuala, Aceh.
“Aceh? Apa kamu sudah gila!”Mamanya terbelalak.
“Mau apa kesana?! Itu kota penuh kerusuhan Luna!” tambahnya
“Tapi Ma, Luna pingin kuliah disana..” pintanya memohon.
“Mama heran, bagaimana bisa? Kalau Jakarta, it's okay! Tapi ini Aceh! Apa istimewanya?”
* * *
Alluna Maharani baru saja mendarat di Nanggroe Aceh Darussalam. Nggak pernah sekalipun terpikir dalam hidupnya mendatangi wilayah ini. Kalau saja bukan karena dokter Hendra, ia mungkin nggak akan pernah datang ke Aceh, kota yang pernah ditimpa musibah.
Alluna merogoh tas punggungnya, ada beberapa e-maildari dokter Hendra yang sengaja ia print.
“Kamu beruntung bisa mendapatkan apa yang kamu mau. Bisa sekolah tinggi. Kemana-mana naik mobil pribadi. Semua fasilitas tersedia. Tapi ingatlah, diantara harta yang kamu tumpuk, Allah menitipkan 2.5% untuk orang yang kurang beruntung. Kamu tau, betapa beratnya hidup para pengungsi di Aceh khususnya anak-anak yang tak punya kesempatan seperti yang kamu dapatkan.”
Matanya bergerak melihat sekeliling ruang tunggu bandara. Beberapa orang memperhatikannya, mungkin karena ia terlalu lama duduk di kursi ini. Atau karena rambut Alluna yang berwarna pirang kemerahan, sementara hampir semua wanita disini menggunakan jilbab.
“Welcome. Selamat datang di kota Aceh” seorang pria berjaket hitam membuyarkan lamunannya. Alluna menarik nafas lega. Segera ia berdiri mendekat ke arah dokter Hendra. Mereka berjabat tangan.
Dokter Hendra mengambil tas Alluna dan berjalan keluar bandara menuju tempat parkir, sementara gadis itu mengikutinya dari belakang.
“Sekarang sudah bersih. Coba kamu ke sini empat belas tahun yang lalu. Pasti kamu udah nangis minta pulang!” ujarnya sambil tersenyum.
Bersih maksud dokter Hendra pastinya bukan tentang kebersihan lingkungan. Tapi di tempat-tempat yang mereka lalui, pernah tergeletak ratusan mayat yang tak jelas identitasnya. Di sebuah belokan, dokter Hendra menjelaskan bahwa di situ adalah kuburan massal tempat para korban dikuburkan.
“Aku nanti tinggal dimana, dok?” tanya Alluna.
“Di pondok pesantren Dayah Darussalam, daerah Labuhan Haji. Kamu nanti tinggal di mess perempuan. Jadi beda denganku.” laki-laki berkacamata itu menjelaskan.
Perjalanan dari bandara cukup melelahkan. Dokter Hendra menerima telepon dari seseorang sehingga mereka berhenti bercakap-cakap. Alluna memilih untuk melihat-lihat sekeliling melalui kaca jendela mobil.
* * *
Sebulan tinggal di Aceh, Alluna rasanya seperti berganti kulit. No, nggak hanya kulit tapi juga isinya. Selama di Aceh, ia membereskan tempat tidur, mencuci, menyetrika dan memasak sendiri. Nggak ada pembantu yang siap melayaninya seperti di Malang. Setiap selesai sholat subuh ia mengikuti kajian di Masjid Baiturrahman. Alluna juga pergi ke desa-desa bergabung dengan para santri membagikan infaq kepada anak yatim. Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, gadis itu akhirnya memutuskan untuk berhijab.
Sedikit demi sedikit Alluna mencoba mengubah cara berpakaiannya. Nggak ada lagi hotpansdi lemarinya. Nggak ada lagi tank top yang tergantung di lemarinya. Dan nggak ada lagi celana jeans yang ketatnya masyaallah.
Alluna,
Kita hidup pada tatanan dunia dimana wanita menjadi budak
Menjadi tawanan hawa nafsu
Menjadi komoditas komersil
Selayaknya barang yang bisa didapati dan dibuang secara mudah.
Di iklan kosmetik, ada wanita berparas cantik membintanginya
Di iklan motor, ada wanita cantik menggoda mengendarainya
Sampai di iklan pompa air, ada wanita yang berpakaian tipis sedang berbasah-basahan.
Alluna,
Secantik apapun wajahmu
Seseksi apapun tubuhmu
Selembut apapun kulitmu
Selurus apapun rambutmu
Kain kafan akan menjadi pakaian terakhirmu
Membungkus raga yang engkau banggakan selama ini.
Alluna,
Allah sangat mencintaimu
Mengistimewakan wanita
Oleh karena itu turunlah perintah berhijab,
sebagai tanda cintaNya kepadamu, untuk melidungimu.
Buka Al Quran-mu,
QS Al Ahzab ayat 33 dan 59
QS An Nuur ayat 31
Alluna,
Wanita itu mahal jadi jangan murahkan dirimu.
Fitrahnya wanita itu indah.
Dianugerahi wajah cantik penuh kelembutan.
Dikaruniakan tubuh indah layaknya magnet yang memiliki daya tarik kuat bagi kaum adam.
Tetapi,
Keindahan itu sebenarnya tidak tercipta agar semua orang dapat memandang cantikmu.
Layaknya sebongkah intan berlian yang tak sembarang orang dapat memilikinya.
Alluna,
Biarlah engkau tak secantik mereka yang berpakaian seksi,
Namun engkau mulia disisi Tuhanmu.
Biarlah engkau tak seperti mereka yang dikagumi dan dikelilingi penggemar,
Namun suamimu kelak akan menjadi penggemar tunggal yang memilikimu seutuhnya.
Alluna,
Cintai dirimu
Berhijablah
Kemudian berproseslah kearah lebih baik, sesuai syariat.
Alluna,
Semoga Allah selalu menjagamu,
Mengampuni dosa dan khilafmu di masa lalu,
Merahmati hidup dan matimu,
Dan mampukan engkau untuk menjaga kehormatan dirimu sebagai seorang muslimah.
Kita hidup pada tatanan dunia dimana wanita menjadi budak
Menjadi tawanan hawa nafsu
Menjadi komoditas komersil
Selayaknya barang yang bisa didapati dan dibuang secara mudah.
Di iklan kosmetik, ada wanita berparas cantik membintanginya
Di iklan motor, ada wanita cantik menggoda mengendarainya
Sampai di iklan pompa air, ada wanita yang berpakaian tipis sedang berbasah-basahan.
Alluna,
Secantik apapun wajahmu
Seseksi apapun tubuhmu
Selembut apapun kulitmu
Selurus apapun rambutmu
Kain kafan akan menjadi pakaian terakhirmu
Membungkus raga yang engkau banggakan selama ini.
Alluna,
Allah sangat mencintaimu
Mengistimewakan wanita
Oleh karena itu turunlah perintah berhijab,
sebagai tanda cintaNya kepadamu, untuk melidungimu.
Buka Al Quran-mu,
QS Al Ahzab ayat 33 dan 59
QS An Nuur ayat 31
Alluna,
Wanita itu mahal jadi jangan murahkan dirimu.
Fitrahnya wanita itu indah.
Dianugerahi wajah cantik penuh kelembutan.
Dikaruniakan tubuh indah layaknya magnet yang memiliki daya tarik kuat bagi kaum adam.
Tetapi,
Keindahan itu sebenarnya tidak tercipta agar semua orang dapat memandang cantikmu.
Layaknya sebongkah intan berlian yang tak sembarang orang dapat memilikinya.
Alluna,
Biarlah engkau tak secantik mereka yang berpakaian seksi,
Namun engkau mulia disisi Tuhanmu.
Biarlah engkau tak seperti mereka yang dikagumi dan dikelilingi penggemar,
Namun suamimu kelak akan menjadi penggemar tunggal yang memilikimu seutuhnya.
Alluna,
Cintai dirimu
Berhijablah
Kemudian berproseslah kearah lebih baik, sesuai syariat.
Alluna,
Semoga Allah selalu menjagamu,
Mengampuni dosa dan khilafmu di masa lalu,
Merahmati hidup dan matimu,
Dan mampukan engkau untuk menjaga kehormatan dirimu sebagai seorang muslimah.
Hijrah. Mungkin kata itu yang bisa ia sebut saat ini. Perubahan menjadi lebih baik, menjadi lebih taat, menjadi lebih bersyukur terhadap semua karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Secercah hidayah datang menghampirinya, menghampiri hidupnya, menemani setiap langkahnya dalam setiap perjalanan lika-liku kehidupan yang ia hadapi.
Kini, Alluna ingin menjadi seorang muslimah sejati, muslimah yang selalu menundukkan pandangannya kepada orang yang bukan mahromnya. Dan keinginan menjadi hafizohQur’an yang ingin mempersembahkan mahkota kemuliaan kepada orangtuanya di akhirat nanti.
* * *
Sang fajar mulai bangun dari peraduannya, kicauan burung pun mulai terdengar saling bersahutan. Para ayam jantan sudah mulai bertengger dan berkokok dengan suara nyaring untuk menandakan bahwa hari baru telah tiba.
Hari ini Alluna ada kuliah pagi. Selesai sholat dhuha, ia bergegas menuju perpustakaan kampus yang terletak di seberang gedung rektorat.
“Dek, maaf mengganggu sebentar”, sapa suara seseorang mengangetkan Alluna yang sedang sibuk membaca.
“Ya mas. Ada apa?”jawabnya mengalihkan pandangan dari bukunya.
“Maaf, buku-buku militer ada di sebelah mana ya?”, tanya seorang laki-laki tegap di depannya.
“Oh, rak buku-buku militer dua rak dari sini. Disana mas”, jawab Alluna sambil menunjuk rak yang dimaksud.
“Oh, baiklah. Terimakasih banyak. Permisi”, laki-laki bersweater putih itu berpamitan sambil tersenyum.
Alluna membalas senyumnya. Untuk kemudian, mereka berdua sibuk dengan bukunya masing- masing. Setelah menemukan buku yang dicarinya, gadis berjilbab pink itu segera menuju ke ruang baca. Ia duduk di kursi dekat jendela besar yang menghadap ke jalan. Tiba-tiba, seseorang duduk di kursi sebelahnya.
“Permisi, adek ini orang yang tadi nunjukkin rak buku-buku militer pada saya, bukan?”
Alluna menoleh. Oh, ternyata orang yang tadi nyari buku militer. Alluna kemudian tersenyum. Laki-laki itu pun tersenyum.
“Adek kuliah di sini?”, lanjutnya.
Alluna mengangguk.
“Maaf, tapi mas ini kayanya bukan anak kuliahan deh. Dan saya rasa mas juga bukan orang sini. Apa benar?”, tanya gadis itu beruntun. Laki-laki yang ditanya kemudian tersenyum.
“Adek benar. Saya sudah bekerja. Saya juga bukan orang sini. Saya aslinya orang Surabaya. Cuma sekarang saya sedang melakukan dinas di Aceh”, jawabnya panjang lebar.
Alluna tersenyum sambil tersipu mengingat pertanyaannya yang cukup beruntun, padahal mereka baru saja bertemu.
“Oh ya, kenalin, nama saya Yudha Prawira. Kalau adek namanya siapa?”, tanya laki-laki itu seraya menyodorkan tangannya.
“Salam kenal. Saya Luna, mas”, jawabnya sambil menjabat tangannya.
Tiba-tiba ponsel laki-laki itu berbunyi.
“Wah, maaf dek Luna saya mesti pergi nih. Makasih ya udah nunjukkin tempat bukunya. Assalaamu’alaikum”, kata Yudha sambil melangkah ke arah pintu.
“Wa’alaikumsalaam warrahmatullah”, jawab Alluna.
* * *
Alluna duduk bersandar di kursi dengan kedua tangan dilipat depan dada. Matanya menatap satu-persatu kafilah yang merupakan peserta Musabaqoh Tilawatil Qur'an Mahasiswa tingkat Nasional.
“Hey Lun, ngelamun aja. Bentar lagi kita perform, udah siap kan?”
Gadis itu mengangkat wajah dan menoleh. Syaiful yang baru masuk ke ruangan tersenyum kepadanya. Mereka berdua tergabung dalam band religi As-Salwah. Syaiful sebagai pianist, Alluna sendiri sebagai vocalist, ya meskipun suaranya nggak semerdu Nissa Sabyan sih. Dan kali ini band mereka di daulat mengisi pembukaan MTQ-MN.
"Hadirin sekalian, mari kita sambut As-Salwah!", terdengar suara MC yang disambut riuh tepuk tangan penonton. Mereka membawakan lagu Tholaal Badru Alaina.
dok. pribadi
“Assalaamu’alaikum”,sapa seseorang ketika Alluna turun dari panggung. Ah, itu Yudha yang ditemuinya di perpustakaan beberapa hari lalu.
“Wa’alaikumsalaam”, jawab Alluna, lalu mempersilahkan duduk.
Kemudian pembicaraan-pembicaraan pun berlangsung di antara mereka. Mulai pengalaman Yudha sewaktu menembuh pendidikan di AKMIL, sampai cerita tentang tugasnya menumpas gerakan separatis di Aceh. Ternyata dia seorang tentara, angakatan darat tepatnya.
"Maha Suci Allah yang telah menciptakan manusia dengan berbagai rasa. Seperti rasa cinta. Bersyukurlah orang-orang yang mampu merasakan dan mengakuinya.
Dan cinta, itulah yang aku rasakan sekarang ini. Untuk itu, izinkan aku mencoba menempatkannya dengan semestinya. Izinkan aku mencoba menjalinnya dalam kebaikan. Bila dek Luna berkenan, maukah adek menjalani suatu proses ta'aruf agar kita saling mengenal? Maukah adek mengizinkan hati kita saling berharap agar kita bisa menjalani sisa hidup kita di dalam kebaikan bersama-sama?
Maaf kalau aku terlalu lancang. Namun, semoga adek sudi memikirkannya. Silahkan adek shalat istikharah dulu. Dan kalau menolak, itu hak adek. Tapi tolong, jangan ngasih alasan karena masih kuliah. Mas siap menunggu...", kata Yudha sambil menatap Alluna serius.
Alluna merasa pipinya panas. Gadis itu hanya menunduk tersipu sambil memainkan ujung jilbabnya, nggak tau harus berkata apa.
* * *
Malang, 1 Muharram 1440H
Hari ini adalah hari yang paling bersejarah bagi Alluna. Semua orang penting dalam hidupnya harus hadir dalam ceremonyini. Mama dan Papanya berpenampilan sangat rapi. Keluarga besarnya, sepupu-sepupunya dan yang lainnya tampak sedikit sibuk mempersiapkan ini itu. Di sudut lainnya, pria-pria berseragam TNI terlihat berada dalam satu kelompok.
Beberapa teman dari Aceh tampak hadir dengan wajah kelelahan. Begitu jauh mereka harus berkorban untuk datang ke Malang. Alluna tak bisa metahan rasa sukacita ini. Alangkah bahagianya mengetahui bahwa begitu banyak orang yang menyayanginya.
Sementara di sudut ruangan, Yudha Prawira berdiri dengan tegak. Dia begitu tampan dengan seragam PDU hijau dan ronce bunga melati dilehernya. Wajahnya begitu serius. Mungkin ia tegang menghadapi hari besar ini. Ah, Alluna ingin sekali memeluknya dan mengatakan betapa ia mencintainya.
Baiklah, sekarang sudah waktunya dan semua hadirin harus menyiapkan diri. Upacara resepsi pedang pora akan segera dimulai.

* * * E N D * * *
![[Cerpen Religi] Cintaku Bersemi di Serambi Mekkah](https://s.kaskus.id/images/2019/05/09/2367992_201905090620560630.png)
"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
QS. An-Nisa : 100
![[Cerpen Religi] Cintaku Bersemi di Serambi Mekkah](https://s.kaskus.id/images/2019/05/09/2367992_201905090621070690.png)
![[Cerpen Religi] Cintaku Bersemi di Serambi Mekkah](https://s.kaskus.id/images/2019/05/09/2367992_201905090624320059.png)
Originally stories by vitawulandari
Kesamaan nama & tempat hanya kebetulan
Video ilustrasi : yusi audya
Diubah oleh vitawulandari 10-05-2019 07:32






swiitdebby dan 2 lainnya memberi reputasi
3
3.9K
Kutip
36
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan