- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
BAHAYA BESAR SYIRIK(MUSYRIK) (muslim masuk, nonis yang mau nambah wawasan silahkan)


TS
fannyyan
BAHAYA BESAR SYIRIK(MUSYRIK) (muslim masuk, nonis yang mau nambah wawasan silahkan)

Selamat pagi menjelang siang agan agan sekalian yang di rahmati alloh swt..
smoga kalian slalu dalam lindunganya,, amiin
kali ini ane mau bahas tentang bahaya syirik, sirik di sini bukan berarti iri, dengki seperti yang kita tau sehari hari.. tapi syirik di sini adalah Syirk ( الشرك/الإِشْرَاك) yang secara bahasa berarti menyertai atau menyertakan.. dan secara istlah Menurut istilah, syirik berarti seseorang menjadikan tandingan bagi Allah dalam hal yang hanya menjadi hak Allah SWT.
untuk agan ketahui syirk sangat berbahaya untuk manusia,, karna membuat kemurkaan alloh, dan alloh tak akan mengampuni dosa syirk keculi orang itu benar benar bertobat dari kemusrikan yang dia lakukan,,
dan perlu agan ketahui juga,, syirik bukan hanya menyekutukan alloh secara terang terangan seperti menyembah berhala, bersekutu dengan jin atau menyembah selain alloh, tapi syirik juga ada bermacam macam jenisnya,, dan kadang kita tidak menyadari kalau ternyata kita berbuat syirik..
Di antara faktor yang menyebabkan timbulnya syirik adalah sebagai berikut :
1. Mengagumi dan mengagungkan sesuatu
Secara fitrah manusia suka mengagumi kepahlawanan, sesuatu yang agung dan luar biasa. Dari rasa kagum ini muncul keinginan untuk mengagungkan. Pada dasarnya mengagumi dan mengagungkan sesuatu itu bukanlah suatu cacat dan tidak membahayakan keimanan. Bahkan dalam beberapa hal mengagumi dan mengagungkan atau menghormati itu diperintahkan, seperti mengagumi dan mengagungkan atau menghormati kedua orang tua, mengagungkan Rasulullah saw. dan mengagungkan ulama. Namun penyimpangan akan terjadi manakala mengagungkan itu dilakukan secara berlebih-lebihan yang membawa kepada kultus, yaitu memberikan sebagian sifat-sifat yang hanya dimiliki Allah kepada makhluk. Dari penyimpangan inilah banyak timbul kemusyrikan dalam sejarah umat manusia. Sebagai contoh kaum Nabi Nuh as. mempunyai beberapa patung berhala yang mereka jadikan tuhan yang disembah, seperti Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Yaghuts, Ya'uq dan Nasr ini dulunya nama orang-orang sholeh yang hidup di antara zaman nabi Adam dan nabi Nuh. Mereka punya para pengikut yang meneladani kehidupan mereka. Setelah mereka wafat, para pengikutnya itu berkata : Seandainya mereka kita gambar atau kita bikin patung, tentu kita akan lebih khusyu' dalam beribadah jika kita ingat mereka. Lalu para pengikut itupun membuat gambar atau patung orang-orang shaleh tersebut. Ketika para pengikut itu meninggal dunia, datanglah generasi berikutnya. Kepada generasi ini, Iblis membisikkan dengan mengatakan : Orang-orang tua kamu dulu menyembah mereka dan meminta hujan kepada mereka. Akhirnya merekapun menyembah gambar-gambar atau patunpatung yang dibikin orang-orang tua mereka. Dalam hal ini Allah berfirman :
قَالَ نُوحٌ رَب إِنهُمْ عَصَوْنِي وَاتبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلا خَسَارًا (21) وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبارًا (22) وَقَالُوا لَا تَذَرُن آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُن وَدا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا (23)
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakai-ku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". (QS. Nuh/71 : 21-23)
dan bila di kaitkan dengan jaman sekarang mungkin mengagumi berlebihan atau memuja berlebihan kepada pacar, sampai meninggalkan apa yang alloh perintahkan, itu berarti lebih mennggikan derajat pacar dari pada tuhan kita, seperti kita mengikuti perintah pacar untuk jalan dan membuat kita meniggalkan shalat,. itu juga salah satu bentuk dari kemusyrikan yang tidak kita sadari,.
2. Cenderung mengimani yang konkrit dan lalai mengimani yang abstrak
Dalam diri manusia terdapat dua kecenderungan fitrah yang sempurna. Pertama, kecenderungan mengimani yang bersifat nyata atau konkrit, yakni yang dapat ditangkap oleh indera baik penglihatan, pendengaran, ciuman, rasa atau sentuhan. Kedua, kecenderungan mengimani yang ghaib, yakni yang tidak tertangkap oleh indera. Kalau kecenderungan pertama di atas selain dimiliki oleh manusia, juga oleh makhluk lain, namun kecenderungan kedua khusus dimiliki oleh manusia. Inilah karunia, kemuliaan dan sekaligus keistimewaan yang diberikan Allah kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain.
Namun fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk mengimani yang ghaib ini sedikit demi sedikit akan pudar jika tidak diperhatikan dan diberikan santapan yang baik berupa dzikir kepada Allah dan taqarrub kepada-Nya melalui amal shaleh. Dengan demikian manusia mulai lalai mengimani yang ghaib dan sedikit demi sedikit cenderung hanya mengimani yang bersifat nyata.
Pada tahap pertama dari kelalaian ini, seorang musyrik tidak mengingkari adanya Allah, tapi ia mencari bentuk nyata yang menurut khayalannya bisa ditambahkan sebagian sifat-sifat Allah seperti memberikan manfaat dan bahaya, mengetahui yang ghaib, mengendalikan urusan bersama-sama dengan Allah. Sekalipun ia mengetahui bahwa Allah adalah Pencipta, tidak ada satu makhlukpun yang menyamainya, namun ia mengklaim bahwa seseorang ( Nabi, wali Allah, atau orang shalih), malaikat, jin, atau berhala mampu memberikan manfaat atau bahaya, mengabulkan permohonan, melapangkan rezeki bagi yang dikehendakinya, mengetahui yang ghaib dan menyampaikannya kepada orang yang mampu menerimanya.
Contoh bentuk di atas adalah orang-orang Arab jahiliyah, mereka mengetahui bahwa Allah itu ada dan sebagai Pencipta, namun mereka menyekutukan Allah dengan jin, malaikat, berhala yang mereka sembah, mereka menyangka bahwa sembahan-sembahan itu dapat mendekatkan diri kepada Allah. Begitu juga orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengklaim bahwa Uzair dan Isa bin Maryam adalah anak Allah.
Dan pada tahap akhir, kelalaian di atas dapat membawa seseorang untuk mengingkari adanya Allah. Hal ini seperti yang terjadi pada orang-orang Mesir Kuno pada zaman Fir’aun yang mengklaim bahwa dewa Ra adalah sebagai pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, dan yang membangkitkan dan menghisab manusia pada hari kiamat. Begitu juga kepercayaan orang-orang Majusi yang mengatakan bahwa Ahura Mazda adalah Allah. Sama dengan itu juga orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa bin Maryam adalah Allah. Juga orang-orang Yahudi yang berkata kepada nabi Musa bahwa nereka tidak beriman kepada beliau sebelum melihat Allah secara terang-terangan. Mereka juga menyembah anak sapi dan menjadikannya sebagai tuhan. dalam kehidupan modern mungkin orang yang menuhankan akalnya.. seperti prof. steven hawking..
3. Dikuasai nafsu
Di antara penyakit yang meninmpa fitrah manusia dan membawa kepada kemusyrikan ialah selalu mengikuti kehendak hawa nafsu. Hal ini karena ketika fitrah manusia bersih dan lurus, ia akan menerima segala ajaran Allah denga ridha, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakannya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Namun ketika seseorang dapat dikalahkan hawa nafsunya, maka iapun merasa sempit untuk menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah dan lebih cenderung untuk mengikuti hawa nafsunya. Mereka cenderung menolak pedoman ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah sekalipun hati kecil mereka mengakuinya bahwa itu adalah benar. Karena kalau mereka mengakui, mereka harus melaksanakan ajaran-ajaran Allah itu, sedangkan mereka tidak suka melaksanakannya, karena hawa nafsu menguasai mereka sehingga mereka merasa berat melaksanakannya. Oleh karena itu mereka mengingkari bahwa ajaran Allah itu benar, dan membuat ajaran atau aturan yang tidak ditentukan Allah, kemudian mereka mengklaim atau mengaku bahwa ajaran yang mereka buat itu adalah ajaran yang benar, dan lebih tepat untuk diikuti dari pada ajaran atau hukum yang ditetapkan Allah. Dengan demikian mereka jatuh pada bentuk syirik taat dan mengikuti. Dalam hal ini Allah berfirman :
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنمَا يَتبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَل مِمنِ اتبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللهِ إِن اللهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظالِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Qashash/28 : 50)
4. Sombong dalam beribadah kepada Allah
Sombong juga merupakan penyakit yang dapat menimpa fitrah manusia sehingga ia menyimpang dari bentuknya yang lurus dan menjatuhkannya dalam kemusyrikan. Sombong ada beberapa derajat, dimulai dari menganggap remeh terhadap manusia dan berakhir dengan tidak mau beribadah kepada Allah.
Pada umumnya sifat sombong terdapat pada jiwa orang yang berhasil memperoleh kesenangan kehidupan dunia, seperti harta, jabatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan dan semacamnya. Namun sifat sombong bisa juga menimpa setiap jiwa yang sakit sekalipun dari kalangan orang yang paling rendah.
Al-Qur’an menjelaskan kepada kita bahwa kesombongan dapat menyebabkan kufur dan syirik, sebagaimana dalam kisah Namrudz :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الذِي حَاج إِبْرَاهِيمَ فِي رَبهِ أَنْ آَتَاهُ اللهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبيَ الذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِن اللهَ يَأْتِي بِالشمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الذِي كَفَرَ وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظالِمِينَ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena Allah Telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah/2 : 258)
Tentang kisah Fir’aun, Allah berfirman :
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنهُ طَغَى (17) فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكى (18) وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبكَ فَتَخْشَى (19) فَأَرَاهُ الْآَيَةَ الْكُبْرَى (20) فَكَذبَ وَعَصَى (21) ثُم أَدْبَرَ يَسْعَى (22) فَحَشَرَ فَنَادَى (23) فَقَالَ أَنَا رَبكُمُ الْأَعْلَى (24) فَأَخَذَهُ اللهُ نَكَالَ الْآَخِرَةِ وَالْأُولَى (25)
(17) "Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia Telah melampaui batas, (18) Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". (19) Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" (20) Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (21) Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. (22) Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). (23) Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (24) (seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (25) Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Nazi’at/79: 17-25)
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa kesombongan merupakan fenomena umum :
إِن الذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنهُ هُوَ السمِيعُ الْبَصِيرُ
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Ghafir/40 : 56)
5. Adanya para penguasa yang memperbudak manusia untuk kepentingan mereka sendiri.
Di antara penyebab syirik yang terpenting dalam sejarah kehidupan manusia adalah adanya para penguasa diktator atau penguasa yang berbuat sewenang-wenang (thaghut), yang ingin memperbudak dan menundukkan manusia untuk kepentingan dan hawa nafsu mereka sendiri. Dengan demikian mereka menolak untuk berhukum dengan hukum dan aturan Allah. Merekapun membuat hukum dan aturan sendiri yang tidak disyari'atkan Allah, sehingga mereka menentukan halal dan haram sesuai dengan keinginan dan kehendak hawa nafsu mereka. Kemudian hukum dan aturan yang mereka buat itu dipaksakan kepada manusia karena kekuasaan yang mereka miliki.
Para penguasa tersebut ketika mereka membuat aturan dan hukum yang dipaksakan untuk dilaksanakan rakyatnya, pada kenyataannya mereka menjadikan diri mereka sebagai tuhan-tuhan yang disembah selain Allah; karena hanya Allah lah yang berhak menentukan hukum dan aturan, di mana hanya Allah lah yang menciptakan dan hanya Dia yang Maha Mengetahui.
Jadi Allah SWT. dengan penciptaan dan pengendalian-Nya terhadap seluruh makhluk, dan dengan ilmu-Nya yang sempurna terhadap segala sesuatu adalah yang paling berhak mengatakan ini halal dan itu haram, ini baik dan itu tidak baik, ini boleh dan itu tidak boleh. Jika ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya mempunyai hak untuk menentukan halal dan haram, boleh dan tidak boleh, maka berarti telah menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah, bahkan telah menjadikan dirinya sebagai tuhan selain Allah. Dan orang yang mengikutinya dalam hal itu berarti ia telah mempersekutukannya dalam beribadah bersama Allah, atau menyekutukannya selain Allah.
Para penguasa yang disebut al-Qur'an dengan " al-mala' " atau para para pemuka inilah yang pertama kali mendustakan para rasul seperti para pembesar dari kaum nabi Hud sebagaimana disebutkan dalam surat al-A'raf : 65-66 :
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتقُونَ (65) قَالَ الْمَلَأُ الذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنا لَنَظُنكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (66)
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum `Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta". (QS. Al-A’rof/7 : 65-66)
syirik sangat di benci alloh maka kita sebagai mahluk ciptaanya,. sebisa mungkin menjaga untuk tidak berbuat syirik kepada alloh..
Kesyirikan merupakan kezhaliman terbesar
Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah yang artinya, ”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman: 13)
Kesyirikan merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Q.S An-Nisa’: 48). Dan dalam firman-Nya yang artinya, “Barangsiapa yang menyekutukan Allah, pasti Allah haramkan atasnya untuk masuk surga. Dan tempatnya adalah di neraka. Dan tidak ada bagi orang yang dhalim ini seorang penolongpun.” (Q.S Al-Ma’idah: 72).
Kesyirikan menghapus seluruh amal kebaikan pelakunya
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi–nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (Q.S Az Zumar: 65)
Kesyirikan membuat pelakunya haram masuk surga dan kekal dalam neraka
Hal tersebut serasi dengan firman Allah Ta’ala yang artinya, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (Q.S Al Maidah: 72)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa meninggal sedang ia berdo’a (memohon) kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), niscaya ia masuk Neraka.”[2]
maka dari itu marilah kita menjaga diri kita dari kemusyrikan,, karna semua dosa besar kita dapat di ampuni dengan kehendak alloh atas kasih sayang alloh, kecuali kemusyrikan, jadi sekotor apa pun kita asal kita tidak menyeutukan alloh,, dosa itu bisa di ampuni,, bila allah berkehenadak,,
Semoga Allah menjauhkan kita semua dari perbuatan syirik dengan segala macamnya amiin..
0
3.3K
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan