- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cuti kuliah karena biaya. Salah?


TS
Yadasa
Cuti kuliah karena biaya. Salah?
Hai
Ini tulisan pertama saya. Hanya mau berbagi dan menuangkan beberapa cerita hidup saya yang rumit. Saya mahasiswa akhir fakultas Psikologi di salah satu universitas swasta di Sumatera. Saya mrpkn mahasiswa rantau beda pulau. Saya akan mulai cerita kenapa saya sampai ambil keputusan cuti. Awalnya, saya mrpkn mahasiswa penerima program beasiswa kedokteran utk anak tdk mampu dari daerah asal saya. Hampir berjalan satu bln, saya tbtb putuskan berhenti. D karenakan rupanya pihak pemerintah daerah yang melakukan program tsbt ketahuan korupsi. Malah meminta dari kami mahasiswa beasiswa bayaran dng jumlah ratusan juta. Jelas saya dan keluarga tdk sanggup. Akhirnya, masuk bulan September awal, dng putus asa saya sdh berpikir tdk akan kuliah. Tapi ibu saya (Krn saya tdk punya ayah. Ayah saya meninggal waktu saya kecil), akhirnya berani pinjam uang untuk menyekolahkan saya d luar kota. D situ saya nangis sejadi-jadinya melihat tekad ibu saya. Saya kuliah. Awalnya semua biaya masih bisa d perjuangkan dan d tutupi. Masuk semester 5, semua kelihatan berat. Saya mulai bekerja utk meringankan biaya. Saya menjadi ART utk anak berkebutuhan khusus. Malu? Iya. Tapi klw g gitu, mau makan apa? Oiya,sblm nya saya lupa. Ibu saya yg single parent hanya guru bantu d sebuah sekolah. Gajinya sangat tdk cukup untuk membiayai 3 org dng status semua bersekolah dan kuliah. Knp selama ini cukup, Krn buka warung d bantu adik saya. Kembali lagi, stlh kerja jd ART, rupanya fisik saya tdk sanggup. Krn kerja sambil kuliah. D tambah menghadapi anak berkebutuhan khusus. Saya jatuh sakit, dan harus d rawat 1 bln. Dan saya berhenti dari pekerjaaan itu. Untung kampus waktu itu masih tolerir. Tapi ttp saja, saya tdk lulus satu mata kuliah yg jadi penentu ambil mata kuliah skripsi nantinya. Dari sini lah d mulai awal saya akhirnya cuti. Dosen PA saya mengatakan tdk masalah. Ambil seminar 1 boleh boleh saja. Akhirnya saya ambil. Itu Uda semester 6. D libur lebaran semester 6 saya dapat panggilan Internship untuk jadi tester (pemberi instruksi dan skoring tes psikologi) untuk SMP-SMA se-Provinsi. Kesempatan langka. Saya punya kesempatan itu, satu-satunya dari universitas saya. Internshipnya berlanjut hingga akhir tahun kmrn (saya semester 7). Dan Krn Internship itu sedikit membantu biaya kuliah semester 7 saya. Sdh semester 7, sedang ambil seminar 1 (aturan fakultas saya gila. Utk skripsi mesti ambil K.A.U, T.P.S dan dua kali seminar terakhir mata kuliah skripsi. Satu tdk lulus, harus ngulang satu tahun kemudian). Di tengah ambil seminar 1, saya d nyatakan mahasiswa gantung. Tdk boleh lanjut seminar 1 Krn belum lulus K.A.U d semester 5 sblm nya yang mana dosen PA saya sebelumnya mengizinkan dan mengatakan beh2 saja. Yang punya masalah ini ada 50 org d angkatan saya. Sedih? Jelas! Ibaratnya sdh berjuang, malah d putuskan d tengah jalan . Masa sih ada mahasiswa status gantung? ADA d kampus.dan fakultas saya. Mau lapor ke manapun tetap statusnya g berubah. Dari sini saya sdh kurang semangat. Jujur. Tp saya tetap usahakan biar lulus. Awal tahun kmrn, saya usahakan daftar mata kuliah yg tersendat untuk d SP kan. Dan entah karena apa, dekan saya tdk mengizinkan adanya SP. Kesal? Iya. Marah? Jelas. Saya benar2 tdk tahu alasan tdk boleh SP. Saya ikuti lg maunya kampus. Hingga saya melihat status mahasiswa gantung spt itu, d tambah harus tetap bayar uang kuliah membuat saya stress. Saya hendak ceritakan ke ibu saya, tapi ibu saya malah jatuh sakit. Struk. Akhirnya ibu saya berhenti jadi guru bantu karena sakit d awal tahun ini. Tdk ada sumber pencarian utama lagi. Hanya jualan warung. Sdgkan saya sdh memasuki semester akhir,adik saya juga sedang fokus PKL. Dan adik saya paling kecil akan masuk kuliah. Dengan beban seperti ini membuat saya benar2 tertekan. Biaya kuliah semester ini bahkan tdk ada. Sempat ajukan penundaan pembayaran uang kuliah,tetap saja tdk tercukupi hingga jatuh tempo. Saya tdk daftar UTS. Saya pasrah waktu itu. Bnr bnr pasrah. Oleh pembimbing PA saya d perbolehkan UTS akhirnya. Syaratnya harus bisa uAs dan bayar uang kuliah saat hendak UAS. Saya pikir, masih punya buat nyarinya. Sblm UtS, saya dapat kesempatan langka. Menjadi Observer Recruitment dan assesor Recruitment salah satu perusahaan F&B terbesar d Indonesia yang sdg mengadakan rekrutmen bersama d daerah saya. Kok bisa jadi assesor? Bisa. Karena sertifikat pengalaman jadi tester psikotes sebelumnya (berhubung ketika magang jadi tester itu, langsung d bawah sebuah biro psikologi yang bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi. Jadi sedikit "terpandang" title internshipnya). Hasil jadi assesor itu juga g besar. Saya harus bagi utk keluarga, utk bayar uang kos (Krn telat 2 bulan) dan uang kuliah. Tibalah UTS. Saya ikuti semuanya. 3 hari setelah UTS, fakultas mengumumkan membuka pendaftaran UAS selama 4 hari saja tertanggal d mulai dari hari itu d umumkan. Kenapa cpt skali? Pertama, Krn akan libur lebaran. Kedua Krn admin yang bertugas memgimput data akan cuti hamil. Alasan yg tdk logis bukan? Bayangkan, saya harus mengumpulkan uang kuliah hanya dlm empat hari!. Tidak sanggup. Saya menyerah d titik itu. Saya heran dng aturan kampus,(yang mana nantinya saya mengetahui bbrp cerita gelap soal uang d kampus ini), hendak.menolong atau menenggelamkan mahasiswanya? Orang terdekat saya juga ikut bersedih dng kejadian ini. Sudah anak yatim, keadaan ekonomi melarat, kuliah d persusah lagi. Dan ternyata, saya tahu. Kalau bbrp pejabat fakultas menyisakan murid dng cara spt saya sejak tahun2 sebelumnya. Supaya apa? Supaya bisa d kuras! "Fitnah kamu". Enggak. 4 hari sebelum saya memutuskan utk cuti, saya ketemu teman yang dititipkan pembayaran uang wisuda tahun ini. D tangannya terdapat daftar mahasiswa yang akan wisuda. Yang membuat saya marah dan sedih, ada nama senior yang mmg lama lulus, dan belum seminar 1 tbtb terdaftar sebagai mahasiswa yg akan yudisium! Saya heran,saya tanyakan pada teman saya, kok bisa? Dia pun ikutan terkejut. Faktanya,nama tersebut d kasih oleh dekan kami, semalam sebelum saya dan teman saya bertemu. Saya tdk mau berburuk sangka secara jelas. Saya coba berani tanyakan pada senior yg namanya terdaftar tsbt. Scr blak2an dia mengakui kecurigaan saya. Ada bayaran gelap yg membuat dia tbtb lulus. saya marah sekali waktu itu. Kenapa harus saya d persulit begini? Biar saya bisa d kuras lebih lama? Padahal saya juga bkn orang mampu. Rasanya mau melapor ke pejabat negara ini. Karena saya tdk sanggup penuhi tunggakan kuliah dlm 4 hari, d tambah fakta yg saya temukan trsbt,membuat saya kecewa dan tertekan. Lebih membuat tertekan, 3 hari sebelum hari H pembayaran tunggakan kuliah itu, ibu saya sekarat . Hampir saja tdk tertolong. Tapi, puji Tuhan masih d kasih kesempatan. Dan Krn hancurnya perkuliahan itu, biaya yang menunggak, fakta busuknya fakultas ku, dan ibuku yg sakit, aku putuskan utk cuti sementara. D semester akhir ini. Berat rasanya dng keputusan ini. Akhirnya ku sampaikan niatku tersebut pada dosen PA ku. Jawabannya? "Bermasalah kali kamu sbg mahasiswa. Klw g punya uang,ya cari uang dulu. Malas saya urus mahasiswa seperti kamu. Kok bisa ya ada spt kamu ini" . Oh Tuhan, seperti d cambuk rasanya dengar beliau ngomong itu. Saya butuh solusi, bukan ejekan nyata spt itu. Yang membaca mungkin mikir, saya ngarang g mungkin spt itu tragisnya. Tapi begitulah adanya. D hina spt itu d kantor yang sedang sesak karena banyaknya siswa yg sedang bimbingan. Junior dan teman2 saya sampai ikutan menangis mendengar hinaan dosen tersebut. Bahkan ada yang sampai pilih berhenti dan pindah kampus. Saya benar2 marah,tertekan dan tdk tahu apa lagi. Saya beranikan untuk jumpai kaprodi lgsg utk minta izin. Dan saya sdg menunggu approved dari kampus. Saya tdk tahu, akan bergelar apa tdk nantinya. Saya takut dng masa depan saya sendiri. Oiya, knp saya berani ambil cuti juga, perusahaan besar tempat saya Internship sbg Observer dan assesor itu tetap memakai jasa saya. Setidaknya ngumpulin duit dulu buat sekolah adek2 saya. Setidaknya ada jaminan kehidupan keluargaku dulu. Menurut yang baca, salahkan saya mengambil keputusan ini? Salahkah saya cuti utk fokus cari duit dulu utk biaya obat dan sekolah adik2ku? Menurut readers semuanya, apa yg baiknya saya lakukan lagi mengenai perkuliahan saya?
Ini tulisan pertama saya. Hanya mau berbagi dan menuangkan beberapa cerita hidup saya yang rumit. Saya mahasiswa akhir fakultas Psikologi di salah satu universitas swasta di Sumatera. Saya mrpkn mahasiswa rantau beda pulau. Saya akan mulai cerita kenapa saya sampai ambil keputusan cuti. Awalnya, saya mrpkn mahasiswa penerima program beasiswa kedokteran utk anak tdk mampu dari daerah asal saya. Hampir berjalan satu bln, saya tbtb putuskan berhenti. D karenakan rupanya pihak pemerintah daerah yang melakukan program tsbt ketahuan korupsi. Malah meminta dari kami mahasiswa beasiswa bayaran dng jumlah ratusan juta. Jelas saya dan keluarga tdk sanggup. Akhirnya, masuk bulan September awal, dng putus asa saya sdh berpikir tdk akan kuliah. Tapi ibu saya (Krn saya tdk punya ayah. Ayah saya meninggal waktu saya kecil), akhirnya berani pinjam uang untuk menyekolahkan saya d luar kota. D situ saya nangis sejadi-jadinya melihat tekad ibu saya. Saya kuliah. Awalnya semua biaya masih bisa d perjuangkan dan d tutupi. Masuk semester 5, semua kelihatan berat. Saya mulai bekerja utk meringankan biaya. Saya menjadi ART utk anak berkebutuhan khusus. Malu? Iya. Tapi klw g gitu, mau makan apa? Oiya,sblm nya saya lupa. Ibu saya yg single parent hanya guru bantu d sebuah sekolah. Gajinya sangat tdk cukup untuk membiayai 3 org dng status semua bersekolah dan kuliah. Knp selama ini cukup, Krn buka warung d bantu adik saya. Kembali lagi, stlh kerja jd ART, rupanya fisik saya tdk sanggup. Krn kerja sambil kuliah. D tambah menghadapi anak berkebutuhan khusus. Saya jatuh sakit, dan harus d rawat 1 bln. Dan saya berhenti dari pekerjaaan itu. Untung kampus waktu itu masih tolerir. Tapi ttp saja, saya tdk lulus satu mata kuliah yg jadi penentu ambil mata kuliah skripsi nantinya. Dari sini lah d mulai awal saya akhirnya cuti. Dosen PA saya mengatakan tdk masalah. Ambil seminar 1 boleh boleh saja. Akhirnya saya ambil. Itu Uda semester 6. D libur lebaran semester 6 saya dapat panggilan Internship untuk jadi tester (pemberi instruksi dan skoring tes psikologi) untuk SMP-SMA se-Provinsi. Kesempatan langka. Saya punya kesempatan itu, satu-satunya dari universitas saya. Internshipnya berlanjut hingga akhir tahun kmrn (saya semester 7). Dan Krn Internship itu sedikit membantu biaya kuliah semester 7 saya. Sdh semester 7, sedang ambil seminar 1 (aturan fakultas saya gila. Utk skripsi mesti ambil K.A.U, T.P.S dan dua kali seminar terakhir mata kuliah skripsi. Satu tdk lulus, harus ngulang satu tahun kemudian). Di tengah ambil seminar 1, saya d nyatakan mahasiswa gantung. Tdk boleh lanjut seminar 1 Krn belum lulus K.A.U d semester 5 sblm nya yang mana dosen PA saya sebelumnya mengizinkan dan mengatakan beh2 saja. Yang punya masalah ini ada 50 org d angkatan saya. Sedih? Jelas! Ibaratnya sdh berjuang, malah d putuskan d tengah jalan . Masa sih ada mahasiswa status gantung? ADA d kampus.dan fakultas saya. Mau lapor ke manapun tetap statusnya g berubah. Dari sini saya sdh kurang semangat. Jujur. Tp saya tetap usahakan biar lulus. Awal tahun kmrn, saya usahakan daftar mata kuliah yg tersendat untuk d SP kan. Dan entah karena apa, dekan saya tdk mengizinkan adanya SP. Kesal? Iya. Marah? Jelas. Saya benar2 tdk tahu alasan tdk boleh SP. Saya ikuti lg maunya kampus. Hingga saya melihat status mahasiswa gantung spt itu, d tambah harus tetap bayar uang kuliah membuat saya stress. Saya hendak ceritakan ke ibu saya, tapi ibu saya malah jatuh sakit. Struk. Akhirnya ibu saya berhenti jadi guru bantu karena sakit d awal tahun ini. Tdk ada sumber pencarian utama lagi. Hanya jualan warung. Sdgkan saya sdh memasuki semester akhir,adik saya juga sedang fokus PKL. Dan adik saya paling kecil akan masuk kuliah. Dengan beban seperti ini membuat saya benar2 tertekan. Biaya kuliah semester ini bahkan tdk ada. Sempat ajukan penundaan pembayaran uang kuliah,tetap saja tdk tercukupi hingga jatuh tempo. Saya tdk daftar UTS. Saya pasrah waktu itu. Bnr bnr pasrah. Oleh pembimbing PA saya d perbolehkan UTS akhirnya. Syaratnya harus bisa uAs dan bayar uang kuliah saat hendak UAS. Saya pikir, masih punya buat nyarinya. Sblm UtS, saya dapat kesempatan langka. Menjadi Observer Recruitment dan assesor Recruitment salah satu perusahaan F&B terbesar d Indonesia yang sdg mengadakan rekrutmen bersama d daerah saya. Kok bisa jadi assesor? Bisa. Karena sertifikat pengalaman jadi tester psikotes sebelumnya (berhubung ketika magang jadi tester itu, langsung d bawah sebuah biro psikologi yang bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi. Jadi sedikit "terpandang" title internshipnya). Hasil jadi assesor itu juga g besar. Saya harus bagi utk keluarga, utk bayar uang kos (Krn telat 2 bulan) dan uang kuliah. Tibalah UTS. Saya ikuti semuanya. 3 hari setelah UTS, fakultas mengumumkan membuka pendaftaran UAS selama 4 hari saja tertanggal d mulai dari hari itu d umumkan. Kenapa cpt skali? Pertama, Krn akan libur lebaran. Kedua Krn admin yang bertugas memgimput data akan cuti hamil. Alasan yg tdk logis bukan? Bayangkan, saya harus mengumpulkan uang kuliah hanya dlm empat hari!. Tidak sanggup. Saya menyerah d titik itu. Saya heran dng aturan kampus,(yang mana nantinya saya mengetahui bbrp cerita gelap soal uang d kampus ini), hendak.menolong atau menenggelamkan mahasiswanya? Orang terdekat saya juga ikut bersedih dng kejadian ini. Sudah anak yatim, keadaan ekonomi melarat, kuliah d persusah lagi. Dan ternyata, saya tahu. Kalau bbrp pejabat fakultas menyisakan murid dng cara spt saya sejak tahun2 sebelumnya. Supaya apa? Supaya bisa d kuras! "Fitnah kamu". Enggak. 4 hari sebelum saya memutuskan utk cuti, saya ketemu teman yang dititipkan pembayaran uang wisuda tahun ini. D tangannya terdapat daftar mahasiswa yang akan wisuda. Yang membuat saya marah dan sedih, ada nama senior yang mmg lama lulus, dan belum seminar 1 tbtb terdaftar sebagai mahasiswa yg akan yudisium! Saya heran,saya tanyakan pada teman saya, kok bisa? Dia pun ikutan terkejut. Faktanya,nama tersebut d kasih oleh dekan kami, semalam sebelum saya dan teman saya bertemu. Saya tdk mau berburuk sangka secara jelas. Saya coba berani tanyakan pada senior yg namanya terdaftar tsbt. Scr blak2an dia mengakui kecurigaan saya. Ada bayaran gelap yg membuat dia tbtb lulus. saya marah sekali waktu itu. Kenapa harus saya d persulit begini? Biar saya bisa d kuras lebih lama? Padahal saya juga bkn orang mampu. Rasanya mau melapor ke pejabat negara ini. Karena saya tdk sanggup penuhi tunggakan kuliah dlm 4 hari, d tambah fakta yg saya temukan trsbt,membuat saya kecewa dan tertekan. Lebih membuat tertekan, 3 hari sebelum hari H pembayaran tunggakan kuliah itu, ibu saya sekarat . Hampir saja tdk tertolong. Tapi, puji Tuhan masih d kasih kesempatan. Dan Krn hancurnya perkuliahan itu, biaya yang menunggak, fakta busuknya fakultas ku, dan ibuku yg sakit, aku putuskan utk cuti sementara. D semester akhir ini. Berat rasanya dng keputusan ini. Akhirnya ku sampaikan niatku tersebut pada dosen PA ku. Jawabannya? "Bermasalah kali kamu sbg mahasiswa. Klw g punya uang,ya cari uang dulu. Malas saya urus mahasiswa seperti kamu. Kok bisa ya ada spt kamu ini" . Oh Tuhan, seperti d cambuk rasanya dengar beliau ngomong itu. Saya butuh solusi, bukan ejekan nyata spt itu. Yang membaca mungkin mikir, saya ngarang g mungkin spt itu tragisnya. Tapi begitulah adanya. D hina spt itu d kantor yang sedang sesak karena banyaknya siswa yg sedang bimbingan. Junior dan teman2 saya sampai ikutan menangis mendengar hinaan dosen tersebut. Bahkan ada yang sampai pilih berhenti dan pindah kampus. Saya benar2 marah,tertekan dan tdk tahu apa lagi. Saya beranikan untuk jumpai kaprodi lgsg utk minta izin. Dan saya sdg menunggu approved dari kampus. Saya tdk tahu, akan bergelar apa tdk nantinya. Saya takut dng masa depan saya sendiri. Oiya, knp saya berani ambil cuti juga, perusahaan besar tempat saya Internship sbg Observer dan assesor itu tetap memakai jasa saya. Setidaknya ngumpulin duit dulu buat sekolah adek2 saya. Setidaknya ada jaminan kehidupan keluargaku dulu. Menurut yang baca, salahkan saya mengambil keputusan ini? Salahkah saya cuti utk fokus cari duit dulu utk biaya obat dan sekolah adik2ku? Menurut readers semuanya, apa yg baiknya saya lakukan lagi mengenai perkuliahan saya?
0
2.3K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan