Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Sektor Konsumer Bisa Terpukul Gara-gara Jumlah Penduduk China
Sektor Konsumer Bisa Terpukul Gara-gara Jumlah Penduduk China

Jakarta, CNBC Indonesia - Populasi China, negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, bisa mencapai puncaknya dan melambat dalam waktu enam tahun lebih awal dari yang diperkirakan.

Demikian hasil prediksi terbaru yang dituangkan dalam sebuah laporan oleh perusahaan database online Global Demographics and perusahaan analisis Complete Intelligence.

Laporan itu menyebut populasi China kemungkinan akan mencapai titik maksimum pada tahun 2023. Sebelumnya, hasilnya memperkirakan China akan mencapai tingkat populasi maksimum pada tahun 2029.


"Apa yang kita lihat adalah laju pertumbuhan melambat dengan sangat cepat," kata Tony Nash, kepala eksekutif dan pendiri Complete Intelligence, mengutip CNBC International.

"Orang-orang memperkirakan populasi di China akan mencapai titik maksimum satu dekade lagi, padahal sebenarnya tidak," katanya. "Ini sudah di depan mata."


Penurunan angka kelahiran didorong oleh adanya "jurang kelahiran," menurut laporan itu. Jumlah wanita usia subur di China diperkirakan akan turun dari 346 juta pada 2018 menjadi 318 juta pada 2023.

Menurut laporan, wanita usia subur adalah mereka yang berusia 15 hingga 49 tahun.

Semakin sedikit wanita usia subur maka jumlah bayi baru lahir juga akan turun. Studi tersebut memperkirakan bahwa 13,3 juta bayi akan lahir pada 2023, turun dari 15,2 juta bayi tahun lalu.

Pada 2013 China telah melonggarkan kebijakan satu anaknya. Meski perubahan-perubahan itu awalnya menghasilkan peningkatan dalam jumlah kelahiran, namun efeknya mungkin berkurang. Para ibu di China diperkirakan tidak lagi memenuhi kriteria untuk melahirkan anak sejak kebijakan itu dicabut guna mengatasi masalah penuaan di negara itu.

Jumlah kelahiran per 1.000 wanita meningkat tajam dari 45,6 pada 2015 menjadi 49,9 pada 2016, tahun di mana semua pasangan China diizinkan memiliki dua anak. Pada 2018, angkanya turun drastis menjadi 43,9. Total kelahiran turun 12% dari 2017 hingga 2018.


"China telah berhasil menstabilkan total populasi," kata Clint Laurent, pendiri Global Demographics dalam siaran pers. "Tetapi menunda relaksasi Kebijakan Satu Anak berarti sekarang akan ada kekurangan jumlah perempuan yang melahirkan anak."

Nash Complete Intelligence mengatakan kepada Street Signs CNBC bahwa "Masalah sebenarnya ... adalah bahwa setiap wanita yang akan memiliki anak sebelum 2035 sudah melewati batas produktif."

"Benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan pemerintah China untuk memaksa lebih banyak bayi dilahirkan," tambahnya. Hanya ada satu cara mengatasinya, yaitu membuat setiap wanita memiliki lebih banyak anak, tetapi itu "tidak mungkin" terjadi karena rakyat China telah menjadi lebih kaya, kata Nash.


Dampak dari Menurunnya Populasi China
Penurunan populasi China yang akan terjadi kemungkinan akan berdampak negatif pada bisnis tertentu, kata laporan itu.

"Produk bayi dan anak akan menjadi yang pertama merugi," kata Nash.

Perusahaan barang konsumen sekarang akan memainkan "permainan pangsa pasar," bukannya pertumbuhan pasar secara keseluruhan, kata Nash. "Mulai sekarang, jauh lebih kompetitif."

Laporan China Maternity Cliff memprediksi akan ada dampak "signifikan" pada bisnis yang merupakan bagian dari pasar anak-anak usia prasekolah, seperti mainan dan tempat penitipan anak. Sekolah swasta dan negeri mungkin juga perlu menyesuaikan diri dengan jatuhnya jumlah siswa di tahun-tahun mendatang.


Lebih jauh ke masa depan, konsumsi bisa turun karena rasio ketergantungan meningkat di negara ini, kata Nash.

Rasio ketergantungan mengacu pada jumlah tanggungan dibandingkan dengan populasi yang bekerja.

"Rasio ketergantungan itu hanya memburuk dari tahun 2023 dan seterusnya," kata Nash. "Berapa banyak pendapatan yang harus dikeluarkan orang, berapa banyak yang dapat mereka masukkan ke dalam perekonomian ketika, katakanlah, seseorang harus merawat orang tua dan anak-anak mereka?"

Dia juga mengatakan negara itu, serta negara-negara Asia Utara lainnya, perlu mempertimbangkan dengan serius upaya-upaya otomatisasi untuk menjaga daya saing mereka.

Setelah 2023, negara-negara Asia Timur Laut seperti Korea, Jepang, Taiwan, dan China, semua akan mengalami batas maksimum populasi, menurut proyeksi itu.

"Jika bagian dunia itu akan terus memproduksi (sekitar 35%) barang global, mereka harus memperhatikan otomatisasi secara serius," katanya.

Tanpa anak muda dan pekerja baru, akan "jauh lebih sulit" bagi China untuk memiliki biaya rata-rata per pekerja yang terjangkau dan kompetitif secara global, katanya. Mungkin ada "migrasi serius" dari pekerjaan tingkat rendah ke berbagai wilayah seperti Bangladesh dan Vietnam ketika upah naik di China, tambah pimpinan Complete Intelligence.

Selain kekhawatiran tentang bisnis dan ekonomi, Nash mengatakan satu keprihatinan "besar" bagi China adalah perbedaan pendapatan.

"Ketika populasi menurun, kelas-kelas pendapatan itu semakin melebar, dan ... mobilitas ekonomi yang dimiliki orang-orang menurun," katanya. "Jadi itu risiko nyata."


sumur

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...penduduk-china

cilkaaa luewaa welass waa emoticon-Matabelo
sebelahblog
anasabila
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
2K
20
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan