techpackermediaAvatar border
TS
techpackermedia
Kalau Mardani Ali Sera Melambai, Memangnya Kenapa?
Geotimes.co.id - Kemarin, saya melihat beberapa akun di media sosial yang menyebarkan video Mardani Ali Sera yang sedang bicara. Deskripsi video itu menyiratkan sebuah gejala yang mengkhawatirkan: Orang-orang itu menyebut Mardani sebagai sosok yang melambai, ngondek, gemes, dan bences.

Untuk kalian yang tidak paham apa itu melambai, ngondek, dan bences, ini adalah istilah-istilah yang dimaksudkan untuk menyebut laki-laki yang feminin. Citra yang melekat pada para banci atau homoseksual. Ini stigma, tentu saja, dan tidak ada yang salah dari seorang laki-laki yang ingin tampil lembut, ngondek, atau bences. Yang salah adalah anggapan bahwa ngondek dan bences sebagai sesuatu yang menjijikkan.

Politik hari ini telah jatuh pada titik yang mengkhawatirkan. Kelompok pendukung Prabowo, melalui Ferdinand Hutahaean, ngotot menuntut dilakukan tes DNA PKI bagi capres-cawapres dan ini jelas luar biasa bebalnya. Sementara di sisi lain, beberapa pendukung Jokowi menyerang ekspresi dan gestur Mardani Ali Sera yang dianggap ngondek.

Pertanyaan saya, kalau ngondek kenapa? Apakah kalau gondek ia melanggar hukum? Kan tidak. Lagi pula apa sih yang hendak dicapai dengan menggoreng isu bahwa Mardani Ali Sera melambai? Bahwa ia homoseksual? Atau banci?

Di negeri yang memiliki kebencian terhadap homosekualitas, melabeli seseorang dengan sebutan banci, ngondek, dan sejenisnya punya dampak serius. Melabeli lawan politik dengan sebutan banci dan ngondek adalah tradisi maskulin yang mengerikan. Seolah-olah mutu seseorang diukur dari betapa macho dan gagahnya dia.

Memang kenapa kalau Mardani Ali Sera melambai? Apakah ia tidak boleh punya ekspresi feminin? Apakah sebagai laki-laki ia melulu harus gagah dan macho? Saat kita membela hak seseorang untuk ngondek, kita tak sedang mempromosikan LGBT, tapi hak dasar manusia yang memilih ekspresi gender secara partikular.

Mungkin para pendukung Jokowi lupa bahwa lelaki, seperti juga perempuan, berhak memilih ekspresi gender yang membuatnya nyaman. Jika seorang lelaki lebih suka pakai bedak daripada mendaki gunung, ya, itu haknya. Atau seorang lelaki lebih suka memasak daripada angkat barbel, itu juga haknya.

Memang kenapa kalau Mardani Ali Sera gemes-gemes bences? Apakah maskulin adalah satu-satunya ekspresi gender yang wajib dimiliki laki-laki? Apakah laki-laki tidak boleh sensitif, mudah menangis, perasa, dan penuh kasih sayang? Apakah lelaki melulu harus tampak gagah, beringas, dan gahar? Lebih dari itu, apakah seorang lelaki mesti menjadi maskulin?

Usaha mendiskreditkan sosok Mardani Ali Sera dengan tuduhan atau kecurigaan bahwa dia feminin adalah tindakan yang buruk. Stigma hanya akan merusak, dan politik yang berintegritas semestinya tak masuk dalam ranah personal seperti orientasi seksual atau ekspresi gender seseorang.

Apa urusan kita dengan orientasi seks atau ekspresi gender orang lain?

Dalam surat yang ditujukan kepada James Baldwin, Hannah Arendt menulis bahwa cinta adalah orang asing dalam politik; dan ketika ia mengganggu kepentingan seseorang, tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencapai kepentingan tadi kecuali dengan kemunafikan.

Surat itu ditulis Hannah pada 21 November 1962, tiga tahun sebelum peristiwa berdarah 1965 di Indonesia. Kita tahu, pada akhir September 1965, pembunuhan beberapa Jendral di Indonesia berakhir menjadi dalih untuk melakukan persekusi. Orang-orang yang dicap kiri diburu, disiksa, dan dibantai.

Saat itu, hanya dengan prasangka, tuduhan menjadi kader komunis, seseorang bisa dipenjara, haknya dikebiri, dan disembelih. Bertahun-tahun kemudian, prasangka, tuduhan, dan stigma, masih digunakan untuk melenyapkan yang liyan, yang berbeda.
sutarjo65
suralia
suralia dan sutarjo65 memberi reputasi
0
3.8K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan